Capaian Pembelajaran TK PAUD Pada Kurikulum Merdeka (Kurikulum Prototipe / Kurikulum Sekolah Penggerak). Pemerintah merevisi Capaian Pembelajaran Kurikulum Sekolah Penggerak setelah secara resmi dilaunching Kurikulum Merdeka untuk jejang TK PAUD SD SMP SMA SMK Sederajat. Pada Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka nama mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga telah diubah menjadi mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Sekalipun nama mata pelajaran Pendidikan Pancasila namun muatan kuriklum berisi Pendidikan Pancasila da Pendidikan Kewaganegaraan. Revisi tertuang dalam Keputusan BSKAP Kemendikbudristek Nomor 008/H/KR/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada PAUD, Dikdas, Dan Dikmen Pada Kurikulum Merdeka
Berdasarkan lampiran
1 Keputusan BSKAP Kemendikbudristek
Nomor 008/H/Kr/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada PAUD, Dikdas, Dan Dikmen
Pada Kurikulum Merdeka, Rasional Capaian Pembelajaran Jenjang TK PAUD pada
Kurikulum Merdeka adalah bawa Penyusunan
Capaian Pembelajaran di
Pendidikan Anak Usia
Dini (TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) dapat dimaknai sebagai
sebuah tanggapan terhadap adanya
kebutuhan untuk menguatkan
peran PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) sebagai fondasi
jenjang pendidikan dasar Capaian Pembelajaran merupakan masukan
kurikulum yang digunakan oleh
satuan PAUD (TK/RA/BA,
KB, SPS, TPA)
dalam merancang pembelajaran sehingga
dapat mencapai STPPA.
Capaian Pembelajaran memberikan kerangka
pembelajaran yang memandu pendidik di satuan PAUD (TK/RA/BA,
KB, SPS, TPA)
dalam memberikan stimulasi
yang dibutuhkan oleh anak usia dini.
Stimulasi dirancang
dengan cara memperkaya
lingkungan yang akan menyuburkan interaksi anak
dengan lingkungan di
sekitar, termasuk pendidik dan
orangtua. Kurikulum berdasarkan
pendekatan konstruktivistik yang berasal dari teori Piaget dan Vygotsky
juga percaya bahwa pembelajaran perlu melibatkan anak dalam interaksi aktif
antara diri dan lingkungannya. Diharapkan proses stimulasi akan memberikan
dampak yang optimal
pada peningkatan karakter,
keterampilan, maupun pengetahuan anak.
Stimulasi tersebut dilakukan
pada semua aspek perkembangan
anak, baik dari
aspek moral dan
agama, fisik motorik, emosi
dan sosial, bahasa,
dan kognitif melalui
kegiatan bermain. Peran guru
dan orang tua
pada stimulasi anak
usia dini selaras dengan
pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu guru dan orang tua berfungsi sebagai
fasilitator, mentor, dan
mitra anak dalam
proses perkembangannya.
Selanjutnya guru perlu
bekerja sama dengan
orang tua untuk memastikan
keselarasan antara pendidikan
di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan di rumah
dalam keseharian anak.
Secara umum,
dapat dikatakan stimulasi
bertujuan agar anak bertumbuh kembang
optimal secara holistik
dan siap bersekolah. Diharapkan mereka kelak membentuk
pribadi yang dicita-citakan dalam profil
pelajar Pancasila, yaitu
sebagai pelajar sepanjang
hayat yang kompeten, berkarakter,
dan berperilaku sesuai
nilai-nilai Pancasila. Proses
membangun pengetahuan anak terjadi ketika ia sedang bermain dan berinteraksi
dengan lingkungannya secara
aktif. Proses tersebut berupa desain
lingkungan belajar yang
sesuai dari satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) serta tantangan
dan dukungan yang diberikan bagi
tiap anak oleh
pendidik untuk memastikan
anak memperoleh kemampuan-kemampuan baru.
Bermain bagi
anak usia dini
adalah belajar, yang
didukung dengan masukan dari
orang lain yang
lebih berpengalaman di
sekitarnya (pendidik, orang tua/wali,
saudara yang lebih
tua, dan sebagainya). Anak bertindak dari perilaku
bermain dan model yang dicontohkan oleh orang
dewasa atau anak-anak
yang lebih tua.
Mereka mengajukan pertanyaan untuk
belajar lebih banyak,
dan dapat dirangsang
untuk belajar lebih banyak melalui dukungan dari orang dewasa yang
terlibat, atau anak-anak yang
lebih tua yang
menanggapi minat anak, menjelaskan berbagai hal, mengajari
mereka kata-kata untuk berbicara tentang
apa yang mereka
lakukan, dan mendorong
anak untuk mengeksplorasi lebih
cermat, atau berpikir lebih dalam. Bermain secara alami dan
spontan yang berasal
dari ide-ide anak
merupakan kegiatan belajar yang
menyenangkan yang dengan
dukungan yang tepat,
akan mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan bermakna bagi anak
tentang diri mereka
dan dunianya. Melalui
bermain, anak-anak
menampilkan hal-hal yang
ia ketahui tentang
dunianya yang memberikan
kesempatan yang tepat bagi pendidik atau orang tua/wali, untuk menstimulasi
anak mengambil langkah berikutnya, atau mencoba tantangan berikutnya
agar mereka belajar
lebih banyak. Stimulasi bermain yang
berkualitas, yang selaras
dengan minat anak
dan menantang secara tepat
akan memberikan kesempatan
kepada anak untuk menunjukkan
pengenalan tentang dirinya
sebagai anak Indonesia, dan
mendemonstrasikan
kemampuannya dalam
mengeksplorasi, memecahkan masalah,
berpikir dan mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila. Anak tersebut akan memiliki kesadaran terhadap
alam dan lingkungan,
serta tumbuh dan berkembang menjadi
anak yang kreatif,
bugar, sehat, serta
dapat berkomunikasi dan berekspresi dengan bahasa dan seni.
Berikut adalah
sejumlah rasional yang mendasari penyusunan Capaian Pembelajaran di jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) pada
Kurikulum Merdeka:
Pertama, memberikan
lebih banyak ruang
kemerdekaan bagi satuan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) untuk menetapkan
kebutuhan pengajaran dan pembelajaran.
Kebutuhan belajar mengajar
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus didasarkan pada kebutuhan anak. Ini
membutuhkan pertimbangan kemampuan fisik, sosial, moral, linguistik, dan kognitif
anak serta penyediaan
berbagai lingkungan yang menantang dengan
dukungan pendidik ke
tiap anak yang
memadai untuk memastikan potensi
belajar anak terwujud.
Lingkungan PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) perlu ramah dan dekat dengan anak agar ia merasa cukup
percaya diri untuk
dapat bermain dan
menjelajah di dalamnya. Ini
berarti pertimbangan harus diberikan pada konteks sosial dan budaya
anak dan sumber
daya yang tersedia.
Orang tua/wali juga harus
dilibatkan dalam kegiatan
PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA), sehingga mereka
dapat mendukung pembelajaran
anak tentang diri mereka
sendiri dan dunia
mereka serta anak
dapat memperluas eksplorasi. Pertimbangan
juga harus diberikan
pada sumber daya ekonomi
dan masyarakat yang
mungkin tersedia di lingkungan
rumah dan satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk dapat memberikan
dukungan yang memadai.
Beragamnya keadaan
sosial budaya ekonomi
dan sumber daya masyarakat Indonesia
adalah sinyal bahwa
penjabaran mengenai apa yang perlu dipelajari di satuan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus tetap
menyediakan ruang kemerdekaan
bagi satuan pendidikan
dan ekosistemnya untuk menentukan
bagaimana mereka akan menggunakan sumber
dayanya untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Capaian Pembelajaran
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) pada Kurikulum Merdeka merupakan fase fondasi,
yang artinya fase ini merupakan pijakan pertama anak di dunia pendidikan dan
tujuannya adalah memfasilitasi tumbuh kembang
anak secara optimal, yang
tidak hanya siap
bersekolah, namun lebih
siap menempuh perjalanannya dalam
berkembang dan berperan
di komunitas, negara, dan
dunia. Selaras dengan
semangat Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, Capaian
Pembelajaran tidak
preskriptif (secara mengikat
memberikan ketentuan baku)
membatasi ragam laju dan kebutuhan anak dalam belajar berdasarkan usia
(karena anak unik dan
tidak dapat dibandingkan
satu dengan yang
lainnya) – dan juga tidak
preskriptif membatasi rangkaian
pembelajaran yang dapat dilakukan
satuan.
Kedua, menguatkan
transisi PAUD-SD. Kesinambungan pembelajaran di PAUD dan
sekolah dasar, adalah
peran kunci mengingat
periode anak usia dini
sebetulnya adalah usia
0-8 tahun (Shonkoff
et al, 2016). Capaian Pembelajaran
Jenjang PAUD (TK/RA/BA,
KB, SPS, TPA) pada Kurikulum Merdeka berupaya untuk
menempatkan kurikulum PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
dan sekolah dasar
dalam satu lajur
pembelajaran (learning
progression) sehingga ujung capaian kurikulum adalah titik berangkat di kelas 1
sekolah dasar, dan
terus dibangun hingga
usainya fase A, di
kelas 2
sekolah dasar. Hal
ini yang diharapkan
akan mendukung kesiapan
bersekolah anak dalam rentang usia tersebut.
Kesiapan bersekolah
dimaknai sebagai hadirnya hasil interaksi dari tiga dimensi: peserta
didik yang siap
(ready children), keluarga
siap (ready family), dan
sekolah yang siap
(ready school) (UNICEF,
2012). Sesuai dengan teori
Bronfenbrenner (1979 dan 1989), ketiga dimensi ini berada dalam sebuah
ekosistem besar yang dipengaruhi oleh nilai budaya serta kerangka kebijakan
yang berlaku. Kesiapan
bersekolah merupakan kondisi yang
terus dibangun berdasarkan
kemitraan antara satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA),
keluarga, sekolah dasar kelas rendah.
Komponen penting
dari kesiapan bersekolah
yang dapat didukung satuan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) diantaranya adalah:
● Kematangan emosi yang cukup untuk mengatasi
masalahnya sehari-hari.
● Keterampilan sosial yang memadai untuk
berinteraksi sehat dengan teman sebaya.
● Kematangan
kognitif yang cukup
untuk berkonsentrasi saat bermain-belajar.
● Pengembangan keterampilan
motorik dan perawatan
diri yang memadai untuk
dapat berpartisipasi di
lingkungan sekolah secara mandiri.
Keterampilan umum
ini dipelajari di
lingkungan dimana anak-anak memiliki kesempatan untuk
berinteraksi, dimana ada masalah-masalah yang
perlu mereka selesaikan
ketika berinteraksi dengan
teman. Pendidik juga perlu
siap mendukung anak-anak
untuk terlibat secara baik
dengan orang lain,
menyelesaikan perselisihan secara
konstruktif, dan mengelola emosi
mereka. Pendidik juga
perlu mengajari anak
cara mendengarkan dengan cermat,
dan memberikan stimulus
untuk membangun konsentrasi dan
keterampilan mengingat anak
untuk mendukung kesiapan bersekolah.
Ketiga, menguatkan
artikulasi penanaman literasi, matematika, sains, teknologi, rekayasa, dan seni sejak di
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA). Literasi
dan matematika awal
tersirat di dalam
kurikulum terdahulu namun dalam
pelaksanaannya, masih ada
satuan yang menghindari penggunaan aspek
pembelajaran ini ditengarai
karena kekhawatiran terjadinya
schoolification (anak belajar
secara klasikal di
mana fokus lebih ke
muatan pembelajaran di
ruangan kelas dalam
waktu lama dengan kertas
dan pensil), sementara
penting dalam pembelajarannya anak usia
dini untuk mengeksplorasi diri
dan lingkungan. Pengenalan pada sains,
matematika, teknologi, rekayasa,
dan seni dihadirkan
di PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) untuk membantu
anak memecahkan masalah dan
berkreasi. Kemampuan literasi
dan matematika di
sini tidaklah diartikan sebagai keharusan membaca, menulis, atau
berhitung karena semua pendidikan
di PAUD (TK/RA/BA,
KB, SPS, TPA) kembali pada prinsip
berpusat pada kebutuhan
anak. Artinya, kemampuan literasi dan
matematika adalah kemampuan
dasar yang dibutuhkan anak untuk
dapat memahami dunia,
serta dapat menggunakan kemampuan tersebut
dalam kegiatan sehari-harinya. Agar
anak memiliki kemampuan literasi
dan matematika awal
dalam makna yang luas,
maka penggunaan metode drilling yang secara
sempit memaknai kemampuan ini
sebagai kemampuan baca,
tulis, hitung –
harus dihindarkan. Hal yang
diperlukan adalah pemahaman
yang meluas di satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) dan
komunitas orang tua mengenai perkembangan literasi dini,
matematika awal, sains, teknologi, rekayasa,
dan seni dalam
PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) yang mencakup pengembangan:
● Kemampuan menyimak dan mengolah informasi.
● Kemahiran
berbahasa yang memadai
untuk berpartisipasi dalam percakapan sehari-hari,
mengekspresikan gagasan, pendapat,
dan perasaan, menjelaskan berbagai
peristiwa yang dekat
dengan kehidupan anak, mendengarkan
secara efektif, dan
merespons dengan tepat.
● Kecintaan pada buku, yang dipupuk dengan
mendengarkan berbagai cerita serta teks
informasi sederhana dan
menarik sehingga dapat mendorong anak untuk mengekspresikan
tanggapan mereka.
●
Pengalaman langsung
yang memadai dalam
menghitung di antaranya berbagai
jenis jumlah kecil, menyortir objek yang berbeda dengan cara yang berbeda,
menggunakan bahasa matematika untuk mengidentifikasi objek
yang panjang, pendek, berat,
ringan, penuh, kosong, cepat,
lambat, dan juga untuk menjelaskan beberapa bentuk sederhana di lingkungan
mereka; dan
● Pengalaman
yang cukup dalam
mengeksplorasi berbagai elemen lingkungan alam
mereka serta alat-alat
sederhana, teknologi dan bahan konstruksi agar mereka terbiasa dan
mampu menggambarkan pengalaman mereka dan apa yang telah mereka pelajari.
Keterampilan awal
ini dikembangkan melalui
kegiatan belajar-bermain
dengan tetap memperhatikan
keunikan anak. Setiap
anak memiliki minat yang berbeda
dan tingkat keterampilan yang berbeda, oleh karena itu pendidik
perlu mengenali dan
menanggapi hal ini.
Keterampilan keaksaraan awal PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) harus fokus pada pengembangan keterampilan
bahasa lisan. Anak
perlu meningkatkan
perbendaharaan kata dan
keterampilan berbicara serta
menyimak, dengan cara terlibat
dalam percakapan dengan
pendidik dan orang tua/wali. Percakapan
ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas bahasa
lisan reseptif dan ekspresif anak.
Demikian pula, untuk
mengembangkan keterampilan matematika
awal, pendidik perlu terlibat
dalam percakapan dengan
setiap anak di
mana mereka membantu anak untuk memahami dan menggunakan beberapa
ide dan
bahasa matematika sederhana
yang berlaku dalam
kegiatan bermain. Pengalaman sains,
teknologi, dan kerekayasaan
yang sesuai untuk anak-anak
di PAUD (TK/RA/BA,
KB, SPS, TPA)
memerlukan penyediaan materi untuk
dimainkan anak agar
dapat merangsang eksplorasi
mereka. Setiap elemen lingkungan alam yang menjadi bagian dari PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dapat
menjadi stimulus untuk mendorong anak
berpikir secara ilmiah.
Perangkat mekanis sederhana yang dapat
digunakan anak untuk
bermain dengan aman,
atau bahan yang dapat
digunakan untuk konstruksi
memungkinkan anak untuk mengeksplorasi elemen
teknologi dan kerekayasaan.
Peran pendidik, sekali lagi,
untuk terlibat dalam percakapan empat
mata dengan setiap anak, setiap hari
mencari tahu apa yang sedang dieksplorasi oleh anak, apa yang
membuat mereka penasaran
dan menanyakan jenis pertanyaan yang
akan mendorong anak
untuk mengeksplorasi lebih banyak dan memikirkan tentang hasilnya.
Keempat, lebih
memberikan pijakan bagi anak untuk memahami dirinya dan dunia.
Hasil pembelajaran di
PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) menekankan pentingnya
untuk membantu anak-anak memahami
dan bangga akan identitas
mereka, dan untuk
memperkuat pemahaman mereka tentang
dunia dimulai dengan
menjelajahi lingkungan
sekitarnya. Anak-anak membutuhkan kepercayaan diri dan kepercayaan pada kemampuan
mereka agar dapat
secara efektif menjelajahi
dan belajar tentang dunia
mereka. Mereka perlu
merasa bangga terhadap dirinya sendiri,
budaya asal mereka,
penampilan dan cara
hidup mereka. Pendidik perlu
mendukung anak-anak untuk
mengembangkan identitas yang kuat
dan positif dengan
menghormati dan menyambut masing-masing keunikan
anak serta latar
belakang sosial dan
budaya mereka.
Relevansi PAUD sangat
ditentukan oleh manfaat yang dirasakan secara konkret oleh
keluarga dan anak.
Keluarga perlu melihat
jejak serta dampak dari
partisipasi anak-anaknya di
PAUD (Smith, 1996), karenanya tujuan
dari setiap pembelajaran
perlu dikaitkan dengan pengalaman anak
sehari-hari dan kontekstual
(selaras dengan nilai sosial
budaya lingkungan) sehingga
menumbuhkan kesadaran bahwa dirinya
adalah bagian dari
lingkungannya serta meningkatkan kompetensi dirinya
untuk dapat berperan
dalam kegiatan sehari-hari.
Capaian Pembelajaran PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) secara spesifik menekankan
pentingnya pendampingan anak
dalam menemukan jati dirinya,
serta menguatkan pemahaman
anak terhadap dunianya melalui
eksplorasi terhadap lingkungan sekitar.
Tujuan Capaian Pembelajaran (CP) TK PAUD pada pada
Kurikulum Merdeka.
Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah pembelajaran yang mengintegrasikan semua
aspek perkembangan anak
dengan penekanan pada
kesejahteraannya. Tujuan capaian
pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA,
KB, SPS, TPA) adalah memberikan arah yang sesuai dengan usia
perkembangan anak pada
semua aspek perkembangan anak (nilai
agama-moral, fisik motorik,
emosi-sosial, bahasa, dan kognitif)
dan menarasikan kompetensi
pembelajaran yang diharapkan dicapai anak
pada akhir PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA), agar anak siap mengikuti jenjang pendidikan
selanjutnya.
Karakteristik
Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) pada Kurikulum Merdeka. Pembelajaran
di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memiliki karakteristik yang memandang
setiap anak dipandang
unik dan memiliki
potensi (kelebihan/kekuatan)
masing-masing sehingga memungkinkan
untuk dikembangkan lebih lanjut
melalui dalam lingkungan
yang dirancang dengan cermat
di mana stimulasi bermain diberikan
dan pembelajaran disediakan oleh
pendidik. Scaffolding
(perancah, dukungan belajar secara terstruktur)
sangat penting diberikan
pendidik dengan cara terlibat
dalam percakapan sehari-hari
dengan setiap anak,
yang seiring waktu akan
memberikan tantangan, dukungan
dan bimbingan bagi anak untuk mengembangkan keterampilan
motorik, keterampilan sosial dan
nilai-nilai moral, keterampilan
bahasa lisan dan
kemampuan anak untuk secara
produktif memikirkan dan mengeksplorasi lingkungan.
Pembelajaran di PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) pada Kurikulum Merdeka perlu memperhatikan beberapa
karakteristik spesifik yaitu: 1)
Mendukung terbentuknya kesejahteraan diri (well-being) anak. 2) Menghargai dan menghormati anak. 3) Mendorong
rasa ingin tahu anak. 4)
Menyesuaikan dengan usia,
tahap perkembangan, minat dan kebutuhan anak. 5) Memberikan stimulasi secara holistik
integratif. 6) Memberikan tantangan,
bimbingan, dan dukungan
pada pembelajaran tiap anak melalui percakapan dan interaksi bermakna
dengan tiap anak. 7) Melibatkan keluarga
sebagai mitra. 8) Memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar.
9) Menggunakan penilaian otentik (penilaian yang diperoleh bersamaan dengan
berlangsungnya proses pembelajaran).
Lingkup
capaian pembelajaran di
PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) pada Kurikulum Merdeka mencakup tiga
elemen stimulasi yang
saling terintegrasi. Tiga
elemen stimulasi tersebut merupakan
elaborasi aspek-aspek perkembangan nilai agama dan moral, fisik
motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan nilai Pancasila serta bidang-bidang lain
untuk optimalisasi tumbuh kembang anak
sesuai dengan kebutuhan
pendidikan abad 21
dalam konteks Indonesia. Tiap
elemen stimulasi mengeksplorasi aspek-aspek perkembangan
secara utuh dan
tidak terpisah. Ketiga
elemen stimulasi tersebut
adalah: 1) Nilai
agama dan budi
pekerti, yang mencakup kemampuan dasar-dasar
agama dan akhlak
mulia; 2) Jati
diri mencakup pengenalan jati diri anak Indonesia yang sehat secara emosi dan sosial dan berlandaskan Pancasila,
serta memiliki kemandirian fisik; 3)
Dasar-dasar Literasi, Matematika,
Sains, Teknologi, Rekayasa,dan Seni yang
mencakup kemampuan memahami
berbagai informasi dan berkomunikasi serta
berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca. Setiap elemen stimulasi harus digunakan sebagai dasar
untuk mengeksplorasi aspek perkembangan anak secara keseluruhan, bukan secara
terpisah.
Rumusan Capaian
Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) pada Kurikulum Merdeka. Pada akhir
fase fondasi, anak menunjukkan kegemaran mempraktikkan dasar-dasar nilai agama dan budi pekerti;
kebanggaan terhadap dirinya; dasar-dasar
kemampuan literasi, matematika,
sains, teknologi, rekayasa, dan
seni untuk membangun sikap positif terhadap belajar dan kesiapan untuk
mengikuti pendidikan dasar. Elemen Capaian Pembelajaran
1. Nilai Agama dan Budi Pekerti:
Anak
percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa,
mulai mengenal dan mempraktikkan
ajaran pokok sesuai
dengan agama dan kepercayaanNya. Anak
berpartisipasi aktif dalam
menjaga kebersihan,
kesehatan dan keselamatan
diri sebagai bentuk
rasa sayang terhadap dirinya
dan rasa syukur
pada Tuhan Yang
Maha Esa. Anak menghargai
sesama manusia dengan
berbagai perbedaannya dan mempraktikkan
perilaku baik dan
berakhlak mulia. Anak menghargai
alam dengan cara
merawatnya dan menunjukkan rasa
sayang terhadap makhluk
hidup yang merupakan ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Jati Diri:
Anak
mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi
diri serta membangun hubungan
sosial secara sehat.
Anak mengenal dan memiliki
perilaku positif terhadap
diri dan lingkungan
(keluarga, sekolah,
masyarakat, negara, dan
dunia) serta rasa
bangga sebagai anak Indonesia yang
berlandaskan Pancasila. Anak
menyesuaikan diri dengan lingkungan,
aturan, dan norma
yang berlaku. Anak menggunakan fungsi
gerak (motorik kasar,
halus, dan taktil)
untuk mengeksplorasi dan memanipulasi
berbagai objek dan
lingkungan sekitar sebagai bentuk pengembangan diri.
3. Dasar-dasar
Literasi, Matematika, Sains,
Teknologi, Rekayasa, dan Seni:
Anak mengenali
dan memahami berbagai
informasi, mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan,
atau menggunakan berbagai media
serta membangun percakapan.
Anak menunjukkan minat, kegemaran,
dan berpartisipasi dalam
kegiatan pramembaca dan pramenulis.
Anak mengenali dan
menggunakan konsep
pramatematika untuk memecahkan
masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Anak menunjukkan kemampuan
dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Anak menunjukkan rasa ingin tahu melalui
observasi, eksplorasi, dan
eksperimen dengan menggunakan
lingkungan sekitar dan media sebagai sumber belajar, untuk mendapatkan
gagasan mengenai fenomena
alam dan sosial. Anak menunjukkan kemampuan awal
menggunakan dan merekayasa teknologi serta untuk mencari informasi, gagasan,
dan keterampilan secara aman dan bertanggung jawab. Anak mengeksplorasi berbagai
proses seni, mengekspresikannya serta mengapresiasi karya seni.
Untuk mengetahui
secara lengkap Capaian Pembelajaran TK PAUD
Pada Kurikulum Merdeka (Kurikulum Prototipe / Kurikulum Sekolah Penggerak), silahkan
download dan baca Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen
Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Nomor 008/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada PAUD, DIKDAS, dan DIKMEN Pada Kurikulum Merdeka (Kurikulum
Prototipe / Kurikulum Sekolah Penggerak) melalui salinan dokumen yang eterdapat
di bawah ini
Link download Keputusan BSKAP Kemendikbudristek Nomor 008/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada PAUD, Dikdas, Dan Dikmen Pada Kurikulum Merdeka (DISINI)
Demikian informasi
tentang Capaian Pembelajaran TK PAUD Pada
Kurikulum Merdeka (Kurikulum Prototipe / Kurikulum Sekolah Penggerak).
Semoga ada manfaatnya. Dapat berita dan informasi terbaru lainnya melalui laman
ainamulyana.info
Tidak ada komentar
Posting Komentar