Pengertian kreativitas adalah kemampuan individu untuk
mempergunakan imaginasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi
dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan
hasil yang baru serta bermakna.
Menurut Lumsdaine (1995: 14) pengertian kreativitas menurut adalah
mempergunakan imaginasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi
dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan
hasil yang baru serta bermakna. Artinya mengembangkan pemikiran alternatif atau
kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu melihat sesuatu dari berbagai
sudut pandang dalam interaksi individu dengan lingkungan sehingga diperoleh cara-cara baru untuk
mencapai tujuan yang lebih bermakna.
Pernahkah anda merasa pemikiran kosong atau
merasa tidak berdaya karena tidak dapat berbuat apa-apa?. Kreativitas merupakan
aktivitas dinamis dalam diri kita yang
melibatkan proses mental pada alam sadar maupun di bawah sadar. Pada saat kita
mengatakan dalam alam bawah sadar tidak mampu melakukan maka secara sadar kita
menjadi tidak mampu melakukan. Sebaliknya pada saat kita menunjukkan kemampuan
kita melakukan sesuatu secar sadar maka akan tumbuh keberhargaan diri pada alam
bawah sadar dan tertampilkan kembali dalam sikap percaya diri.
Kreativitas melibatkan keseluruhan otak.
Seseorang akan bertindak kreatif manakala mempergunakan potensi otak dengan
optimal. Mempergunakan kedua belahan otak, otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang mengatur kemampuan logika dan
otak kanan yang mengatur humanistis. Implikasinya setiap persoalan yang datang
dilihat tidak hanya dari kacamata logika tetapi berbagai dimensi yang
menyertainya. Contoh sederhana, jika ditanyakan pada Bapak ibu apa guna
pensil?. Jawaban secara logika adalah alat untuk menulis atau menggambar sesuai
dengan fungsi utama. Mari kita menggunakan otak kanan, dengan bentuk dan
kondisinya pensil dapat dipergunakan untuk mengganjal jendela, konde rambut
ataupun membolongi kertas.
Kreativitas mengekspresikan kualitas solusi penyelesaian masalah. Kunci
kreativitas adalah kemampuan menilai permasalahan dari berbagai sudut pandang
sehingga menjadi solusi yang lebih baik.
Menurut Mamat Supriatna (2006), kreativitas
adalah kemampuan cipta, karsa dan karya seseorang untuk dapat menciptakan
sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat ditemukan dengan menghubungkan
atau menggabungkan sesuatu yang sudah ada. Kreativitas adalah bakat yang
dimiliki oleh setiap orang yang dapat dikembangkan dengan pelatihan dan
aplikasi yang tepat. Banyak studi telah dilakukan tentang perilaku kreatif dari
para musisi, ilmuwan besar, arsitek, pujangga, dan pelukis. Hasilnya adalah
bahwa proses kreativitasnya sama, baik kreativitas itu terpusat pada pemecahan
masalah sehari‑hari, atau penemuan ilmiah tingkat tinggi.
Menurut Need Herrmann pada dasarnya jika kita
melibatkan secara penuh pikiran yang dimiliki sehingga membangkitkan ide dan kenyataan tentang sesuatu yang
diinginkan atau ingin dicapai kita memfasiliasi berkembangnya kreativitas.
Kekuatan pikiran membayangkan berbagai kemungkinan dalam mencapai apa yang
diinginkan dalam koridor norma-norma yang dapat ditoleransi. Artinya orang
kreatif tahu apa yang diinginkan dan dapat menetapkan tujuan berperilaku.
B. Mengapa Perlu Mengembangkan Kreativitas
Manusia adalah makhluk yang diberi kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan tantangan kehidupan. Perubahan
yang terus menerus secara global menuntut manusia beradaptasi dengan cepat terhadap berbagai situasi dan kondisi yang seringkali
tidak dapat diprediksi. Tingkat keragaman dan kedalam permasalahan sangat
tinggi karena berada dalam koridor konteks yang kompleks. Manusia dituntut
memikirkan dan bertindak dengan berbagai cara untuk dapat menguraikan
kompleksitas tantangan dan memikirkan berbagai alternatif tndakan yang dapat
dilakukan untuk menghadapi tantatangan, utuk itulah manusia membutuhkan
kretaivitas.
Kemampuan beradaptasi dipengaruhi oleh
bagaimana manusia memandang suatu permasalahan. Apakah permasalahan dianggap
sesuatu yang menyulitkan, merugikan dan mengancam diri atau permasalahan
dipandang sebagai tantangan yang membuat diri menjadi lebih tahu, terampil atau
mampu bertindak lebih baik. Orientasi memandang suatu persoalan merupakan kunci
awal seseorang memiliki kreativitas. Pandangan positif memfasilitasi
berkembangnya imajinasi tentang kondisi yang harus dihadapi sehingga persoalan
dapat dilihat secara komprehensif. Imajinasi berbagai pengalaman sendiri dan atau
orang lain yang dimaknai sebagai proses
belajar memberi peluang pada inidividu melihat berbagai kemungkinan atau alternatif tindakan yang dapat
dilakukan.
Pola asuh orang tua maupun pendidikan di
sekolah membuat banyak orang di Indonesia tidak dapat menunjukkan kreativitas.
Orang tua bertindak atas dasar aturan-aturan baku yang tidak memfasilitasi
adanya celah untuk berubah. Dengan berbagai alasan dari mulai tabu, pamali,
kata orang tua, hingga menjadi instruksi
yang berharga mati. Sebuah pelanggaran yang dilakukan anak pada aturan tersebut
membuat anak dicap nakal oleh orang tua. Contoh anak usia taman kanak-kanak
berada pada masa senang mencoret-coret apapun menjadi gambar yang belum jelas.
Orang tua menganggap nakal karena mengotori tembok atau meja. Padahal jika
orang tua memfasiliasi ruangan dengan menempel kertas roti setinggi badan anak
di tembok yang diganti setiap waktu setelah penuh coretan yang dibuat anak pada kertas tersebut
membuat keterampilan motorik halus tangan dan jari mencapai kematangan. Hal
penting lain yang diperoleh anak dari
kegiatan tersebut adalah berkebanggannya mencoretkan apapun sesuai bentuk yang
ada pada anggannya.
Pengalaman belajar yang diperoleh di sekolah
tidak jauh berbeda, kurukulum dan proses pembelajaran menuntut anak bertindak
sama atas stimulasi yang diberikan. Dari sejak taman kanak-kanak anak dipaksa
untuk menggabar daun berwarna hijau padahal ada daun berwarna kuning, ada daun berwarna merah, atau malah putih dalam kehidupan nyata keseharian.
Jika imajinasi tentang daun berkembang ada berbagai kemungkinan warna sebagai
gradasi dari hijau, kuning dan merah. Secara teoritik hukum mendel
menjustifikasi kemungkinan tersebut.
Variasi dan keragaman harus dipandang sebagai
potensi yang membuat kehidupan menjadi menarik dan berwarna. Hal yang tidak
menyenangkan jika semua orang berpikir dan bertindak seragam. Kehidupan menjadi
mati karena orang akan bergerak dan beryindak dalam rutinitas yang sistematik
terkontrol. Manusia menjadi tidak berbeda dengan robot.
Bersikap kreatif membawa dampak positif pada
diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pada diri sendiri mendorong aktulisasi
potensi yang dimiliki. Bagi orang lain memberikan kepuasaan karena tindakan
yang dilakukan dalam waktu yang lebih cepat, memberi hasil yang lebih tepat,
hasil yang lebih banyak, dan merupakan hasil karya yang orisinal dan unik.
Meningkatkan Potensi dan Ketahanan Mental
Setiap manusia dianugrahi potensi yang dibawa
sejak lahir dan akan berkembang menjadi prestasi diri manakala manusia
berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan dalam hal ini sekolah harus menjadi
lingkungan perkembangan yang kondusif untuk berkembang dan teraktualisasikannya
potensi yang dimiliki. Mengetahui dan memahami potensi diri merupakan modal
dasar untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk
menjalani kehidupan yang lebih efektif, adaptif dan produktif. Implikasinya
kreativitas adalah mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki secara
kompleks untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi
serta memiliki kepekaan terhadap peluang dan memanfaatkannya untuk kebermaknaan
kehidupan secara optimal.
Seseorang yang secara kreatif mengembangkan
dan meningkatkan potensi yang dimiliki memiliki ketahanan mental yang lebih
kuat, karena mampu melihat masalah secara lebih jernih dengan mempertimbangkan
berbagai sudut pandang, menjadikan masalah sebagai tantangan untuk mencapai
kesuksesan, serta mampu memikirkan dan memilih solusi yang paling mungkin dilakukan secara tepat.
C. Proses Kreatif / Kreativitas
Proses kreatif dapat digambarkan dalam empat
tingkatan, yaitu :
1)
Tingkat persiapan, usaha dibuat untuk memahami dan mengerti tentang kebutuhan
personal. Individu memberikan perhatian secara mendetail terhadap objek
sehingga dipahami secara utuh dalam berbagai dimensi sudut pandang. Sudut
pandang paling tidak meliputi kondisi fisik objek, kegunaan atau manfaat, serta
suasana atau situasi yang terbentuk karena keberadaan objek. Kebutuhan individu
akan terkait dengan ketiga sudut pandang secara parsial, kombinasi maupun sebagai
keutuhan. Contoh pada saat melihat kursi siswa, individu akan memberikan
perhatian dari sisi fisik apakah bentuknya cukup mewakili sebuah kursi atau
tempat untuk duduk dan apakah tidak ada bagian yang membahayakan. Dari sudut
pandang kegunaan atau manfaat apakah kursi cukup kuat untuk diduduki atau
menahan berat badan siswa. Dari sudut pandang suasana atau situasi yang
tercipta apakah posisi kursi tidak menghalangi siswa atau guru berjalan,
mendukung suanasana kelas yang menyamankan dan apakah cukup pantas untuk
menempati bagian dari ruangan.
2)
Tingkat inkubasi (pengeraman), yaitu upaya untuk mengembangkan ide dari
perhatian yang diberikan untuk menjawab persoalan yang dihadapi individu.
Contoh : pada saat sekolah memiliki ruangan
dengan ukuran tertentu yang harus menampung sejumlah siswa untuk duduk
dan menulis, maka bentuk dan ukuran kursi seperti apa yang harus dibuat atau
dibeli sehingga memenuhi tujuan yang diharapkan.
3)
Tingkat wawasan, yang membawa individu pada pengertian baru. Artinya terbuka
kemungkinan terjadi perubahan bentuk, ukuran dan fungsi dari suatu objek untuk
memenuhi beberapa tujuan yang diharapkan. Contoh : ruangan yang ada tidak
memungkinkan diisi dengan meja dan kursi karena akan membuat siswa tidak
leluasa bergerak. Yang dibutuhkan adalah kursi yang juga berfungsi sebagai meja
dan tempat menyimpan barang/ tas, cukup ringan untuk dipindahkan dan dirapihkan
dengan cara melipat kursi, mampu menahan beban sebarat 30 – 50 kg dan tinggi
120 – 160 cm, serta cukup memberi ruangan untuk bergerak keluar dan duduk.
4)
Tingkat pengesahan/penemuan, yang menyadarkan individu tentang ide kreatif pengesahan
atau tingkat implementasi. Upaya mewujudkan ide dalam bentuk nyata. Contoh :
untuk memperoleh kursi sesuai kebutuhan pada tingkat wawasan awalnya perlu
dibuatkan gambar, mempertimbangkan bahan, mengerjakan, menata dalam ruangan dan
memanfaatkan benda baru.
D. Ciri-ciri Orang Kreatif (Kreatifivitas)
D. Ciri-ciri Orang Kreatif (Kreatifivitas)
Seseorang yang kreatif / kreativitas memiliki
karakteristik sebagai berikut :
- Cenderung melihat suatu persoalan sebagai tantangan untuk menunjukkan kemampuan diri.
- Cenderung memikirkan alternatif solusi/tindakan yang tidak dilakukan oleh orang-orang pada umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
- Tidak takut untuk mencoba hal-hal baru.
- Mau belajar mempergunakan cara, teknik dan peralatan baru.
- Tidak takut dicemoohkan oleh orang lain karena berbeda dari kebiasaan
- Tidak malu bertanya berbagai informasi tentang sesuatu hal yang dianggap menarik.
- Tidak cepat puas terhadap hasil yang diperoleh.
- Toleran terhadap kegagalan dan frustasi.
- Memikirkan apa yang mungkin dapat dilakukan atau dikerjakan dari suatu kondisi, keadaan atau benda.
- Melakukan berbagai cara yang mungkin dilakukan dengan tetap berdasar pada integritas, kejujuran, menjujung sistem nilai, dan bertujuan positif.
- Tindakan yang dilakukan efektif, efisien, dan produktif.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Terimakasih banyak atas artikel yang telah dibagikan,, ini menjadi referensi saya dalam mengerjakan tugas proyek mata kuliah.. ^_^
BalasHapus