Motif diartikan sebagai daya
penggerak yang mendorong seseorang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
mencapai suatu tujuan. Menurut Sardiman AM (1997) Motif yang sudah aktif
disebut motivasi. Motivasi merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi
bisa ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku, sehingga
motivasi merupakan konstruksi jiwa.
Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi),
karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa yang melekat pada diri seseorang,
dikombinasikan dengan motivasi, dapat menjadi catur daya atau empat dorongan
kekuatan yang dapat mengarahkan individu
mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan. Robert M. W. Travers, Essentials of
Learning The New Cognitive Learning for Students of Education (New York: Macmillan,
Co., Inc., 1996), hh. 423-433.
Lawler mengemukakan bahwa
motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi penyebab seseorang
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan
yang dilakukan secara sadar, meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam
keadaan terpaksa seseorang mungkin saja melakukan suatu kegiatan yang tidak
disukainya. Kegiatan yang didorong oleh
sesuatu yang tidak disukai berupa kegiatan yang terpaksa dilakukan cenderung
berlangsung tidak efektif dan tidak efisien.
Motivasi juga dapat dinilai
sebagai suatu daya dorong (driving force) yang menyebabkan orang dapat berbuat
sesuatu untuk mencapai tujuan. Hal ini
dijelaskan oleh Chauhan bahwa motivasi menunjuk pada gejala yang melibatkan
dorongan perbuatan terhadap tujuan tertentu.
Para pakar sosial
berpendapat bahwa ada dua komponen utama untuk menganalisis motivasi sebagai
dasar tingkah laku individu, yaitu: (1) komponen internal, merupakan dorongan
yang berdasarkan kebutuhan atau motif, dan (2) komponen tujuan yang ingin
dicapai. Dengan tercapainya tujuan
berarti telah terpenuhi kebutuhan individu.
Komponen tujuan sifatnya eksternal yang berada di luar individu. Sehubungan dengan itu Maslow mengemukakan
bahwa studi motivasi sebagian merupakan studi tentang tujuan, keinginan dan
kebutuhan manusia.
Dalam suatu motif umumnya
terdapat dua unsur pokok, yaitu; 1) unsur
dorongan atau kebutuhan, atau disebut juga “proses tenaga” yang sifatnya internal dan 2) unsur tujuan, yang mengandung
unsur pembelajaran atau pembiasaan sebagai pengaruh faktor eksternal. Proses interaksi timbal balik antara kedua
unsur tersebut terjadi dalam diri individu, namun dapat dipengaruhi oleh
sesuatu di luar diri manusia.
Misalnya kondisi cuaca, kondisi
lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu
dapat saja terjadi perubahan motivasi pada diri seseorang dalam waktu singkat,
jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau mungkin tidak
terpenuhi.
Teori motivasi yang
berhubungan dengan pertumbuhan atau
pemenuhan berbagai kebutuhan dikembangkan oleh Maslow. Berdasarkan kebutuhan yang terkenal dalam
operasionalnya dipaparkan motif-motif individu dalam berbagai tingkatan. Bila kebutuhan individu pada tingkat yang
paling rendah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan lain pada tingkat yang lebih
tinggi segera timbul. Kebutuhan individu dimulai dari kebutuhan biologis yang
dibawa sejak lahir sampai dengan kebutuhan psikologis yang kompleks.
Suatu motif akan menguasai
tingkah laku seseorang bila motif yang berada di bawahnya sudah terpenuhi. Tingkah laku manusia mula-mula dikuasai oleh motif yang paling rendah, yaitu
motif fisiologis seperti lapar, haus, seks dan sebagainya. Setelah motif dasar
terpenuhi, motif di atasnya mulai menguasai sampai dengan motif yang paling
tinggi. yaitu motif aktualisasi diri. Kebutuhan yang sudah terpenuhi tidak
dapat berfungsi lagi sebagai motivator, misalnya udara buat bernapas.
Menurut Maslow, Motivasi
adalah energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh “feeling” dan didahului
oleh tanggapan terhadap tujuan. Selanjutnya dikemukakan bahwa motivasi ini
mengandung tiga elemen penting yaitu: (a) Motivasi mengawali perubahan energi
pada diri setiap individu, karena menyangkut perubahan energi manusia,
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik; (b) Motivasi ditandai oleh adanya
rasa/feeling, atau afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi ada hubungan
dengan. kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia;
(c) Motivasi akan terangsang karena adanya tujuan. Motivasi merupakan respon dari
tujuan. Tujuan ini menyangkut kebutuhan.
Sejalan dengan itu Lawler
mengatakan bahwa fungsi motivasi bagi manusia adalah; 1) motivasi sebagai motor
penggerak bagi manusia, ibarat bahan bakar pada kendaraan, 2) motivasi
merupakan pengatur dalam memilih alternatif di antara dua atau lebih kegiatan yang bertentangan. dengan memperkuat
suatu motivasi akan memperlemah motivasi yang lain, oleh karena itu seorang
akan melakukan satu aktivitas dan
meninggalkan aktivitas yang lain, 3) motivasi merupakan pengatur arah atau tujuan dalam melakukan aktivitas. Dengan
kata lain setiap orang hanya akan
memilih dan berusaha untuk mencapai tujuan
pada sistem yang memberikan motivasi tinggi dan bukan mewujudkan tujuan
pada sistem yang lemah motivasinya.
Seseorang melakukan
aktivitas karena adanya suatu dorongan. Mengenai dorongan
ini ada dua teori yang muncul
yaitu; “biogenic theories dan “sosiogenic theories”. “Biogenic theories”
menyangkut proses biologis seperti instink dan kebutuhan-kebutuhan; sedangkan “sosiogenic
theories” menekankan adanya pengaruh kebudayaan/kehidupan masyarakat. Kedua
teori ini menunjukkan bahwa seseorang
melakukan aktivitas karena kebutuhan biologis, instink, unsur-unsur
kejiwaan lainnya yang dipengaruhi
perkembangan budaya manusia.
Hidup sejahtera yang
merupakan pencerminan dari pemenuhan kebutuhan sesuai dengan teori-teori yang
telah dikemukakan sebelumnya, adalah keinginan setiap orang. Usaha untuk
mencapai kondisi tersebut antara lain
dengan cara menjaga kesehatan, mengatur jumlah keluarga, dan menjaga lingkungan
agar tetap serasi dan seimbang. Setiap individu apabila merasakan sesuatu
manfaat bagi kesejahteraannya, akan berkembang menjadi suatu kebutuhan, maka
pelaksanaannya adalah kesadaran pribadi masing-masing secara sukarela tanpa
paksaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
McNeil mengemukakan bahwa
analisis motivasi oleh ahli-ahli psikologi
menggantungkan pada konsep
kebutuhan (need) dan dorongan (drive). Walter mengartikan motivasi sebagai
kebutuhan adalah sejalan dengan pandangan psikologi humanistik. Asumsi dasar
dari psikologi humanistik adalah bahwa sebagian besar tingkah laku
manusia bertujuan (purposeful). Kata “bertujuan” dimaksudkan bahwa sebagian besar tingkah laku manusia
diarahkan pada pemenuhan kebutuhan atau pencapaian tujuan.
Berdasarkan uraian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan merupakan faktor pendorong adanya
perbuatan. Kebutuhan merupakan motivasi
seseorang untuk berbuat. Maslow yang
dikenal sebagai bapak psikologi humanistik, dan bapak aktualisasi diri,
mengemukakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat
sama untuk seluruh species, tidak berubah, dan berasal dari sumber
genetis atau naluriah.
Kebutuhan-kebutuhan ini juga
bersifat psikologis, bukan semata-semata
fisiologis.
Para ahli psikologi
berpendapat bahwa dalam diri seseorang ada sesuatu yang menentukan perilaku,
yang bekerja dengan cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut. Di antara para ahli ada yang menyebut penentu
perilaku tersebut adalah kebutuhan (need),
ada juga yang menyebut dengan istilah “motif” (motive) dan ada juga yang menggunakan kedua istilah tersebut secara
bergantian. Istilah lain yang agak
berbeda dan sering pula digunakan adalah motivasi (motivation).
Motif dan motivasi merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan dan dibedakan, karena itu kedua istilah ini sering digunakan secara
bergantian dengan makna yang sama.
Sehubungan dengan
uraian-uraian di atas, Nawawi membedakan dua bentuk motivasi yang meliputi:
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah pendorong perilaku yang bersumber dari dalam
diri seseorang sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya manfaat/makna pekerjaan yang dilaksanakan,
baik karena mampu memenuhi kebutuhan atau menyenangkan, ataukah memungkinkan
seseorang mampu mencapai suatu tujuan, maupun karena memberikan harapan
tertentu yang sifatnya positif di masa depan. Misalnya perilaku yang bekerja
secara berdedikasi semata-mata karena merasa memperoleh kesempatan untuk
mengaktualisasikan dirinya secara maksimal, sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskan pekerja melaksanakan perilaku secara maksimal
karena adanya pujian, hukuman, aturan dan sebagainya.
Manusia
itu berbeda satu sama lainnya tidak hanya dengan kemampuan melakukan sesuatu (Ability
to do) tetapi juga berbeda dengan kemauan untuk melakukan sesuatu (will to do),
kemauan atau dorongan untuk melakukan sesuatu disebut motivasi.
Hoy dan Miskell seperti
dikutip oleh Wahyusumidjo, mengatakan bahwa: Motivasi sangat mempengaruhi
perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu, mempertahankan kegiatan ke arah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. dengan kata lain motivasi sangat mempengaruhi seseorang dalam
bertindak. Dengan demikian motivasi
ialah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi merupakan penggerak
dalam diri manusia untuk berbuat serta memberikan arah kepada perbuatan
tersebut. Produktivitas seseorang dalam
suatu lembaga sebagian besar ditentukan oleh motivasi orang untuk menghasilkan sesuatu. Motivasi
merupakan keadaan psikologis yang manifestasinya dapat diketahui melalui
tingkah laku. Seseorang akan melakukan
sesuatu pekerjaan dengan gigih kalau dia mempunyai motivasi yang sangat
kuat. Sebaliknya seseorang mungkin akan
meninggalkan tugas atau kurang bergairah melakukan pekerjaan kalau ia tidak
mempunyai motivasi untuk melakukannya.
Untuk menyelesaikan suatu pekerjaan seseorang di samping memerlukan
kecakapan pribadi, juga memerlukan motivasi agar pekerjaan tersebut dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Secara umum dapat dikatakan
bahwa motivasi merupakan salah satu
faktor yang dominan bagi seseorang dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Banyak
pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan baik oleh orang yang bermotivasi kuat
walaupun kecakapannya sedang-sedang saja.
Sebaliknya orang yang berkecakapan tinggi tetapi tidak mempunyai
motivasi yang memadai mungkin tak dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan
baik. Makin tinggi motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan makin
tinggi pula kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Konsep lain yang berkaitan
dengan motivasi adalah konsep “needs” atau kebutuhan, dan “incentive” atau
rangsangan. Menurut Hersey Blanchard
istilah motif dan “need” dapat digunakan secara bergantian (inter-changeably).
Kebutuhan manusia dapat pula
dibagi atas dua macam yaitu; kebutuhan yang disadari (conscious needs) dan
kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs). Keduanya tidak dapat dipisahkan secara mutlak.
Kebutuhan yang satu dengan yang lainnya selalu berkaitan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Peranan kebutuhan sebagai penggerak tingkah laku
dikemukakan oleh Caprio sebagai berikut “Needs may be considered the sours of behavior, active forces get behavior going”.
Motivasi seseorang cenderung
berkurang kekuatannya apabila kebutuhan
sudah dipenuhi atau apabila kebutuhan itu tak dapat dipenuhi (blocked).
Kalau kebutuhan mengenai sesuatu
telah terpenuhi, maka berkurang keinginannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dan ia lebih cenderung untuk memenuhi kebutuhan yang lain yang lebih tinggi
tingkatannya.
Menurut Lewin’s Field
Theory, bahwa nilai suatu lingkungan akan mempengaruhi tindakan atau perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang. Teori ini membagi nilai tersebut atas dua macam yaitu; (a Region of positive value), yaitu seseorang berusaha untuk memperoleh
sesuatu, apabila yang diinginkan telah diperoleh maka hal itu akan mengurangi
keinginan yang terjadi pada dirinya, seperti keinginan memperoleh makanan bagi
orang yang sedang lapar, (2) a region of
negative value), yaitu; seseorang
berusaha untuk menjauhi sesuatu, dan kalau hal itu terjadi akan menimbulkan
keterangan pada dirinya, seperti menjauhi anjing bagi orang yang takut anjing.
Hasil penelitian yang
dilakukan di Universitas Oregon menunjukkan bahwa imbalan yang bersifat
intrinsik (intrinsic reward) lebih berpengaruh untuk memotivasi guru-guru
daripada imbalan yang bersifat ekstrinsik (extrinsic reward). Hasil penelitian
tersebut juga menunjukkan bahwa imbalan yang bersifat intrinsik lebih sering
digunakan terhadap guru-guru yang mengajar murid-murid mempunyai prestasi yang
lebih tinggi, sedangkan imbalan yang bersifat ekstrinsik lebih sering digunakan
untuk guru-guru yang mengajar pada sekolah yang murid-muridnya mempunyai
prestasi rendah.
Tokoh terkemuka yang telah banyak
memberikan sumbangan terhadap perumusan motivasi adalah Maslow. Dia telah
berhasil menyusun klasifikasi tingkat kebutuhan manusia. Tingkat kebutuhan
manusia itu menurut Maslow meliputi: (1) kebutuhan fisiologis (physiological
needs), (2) kebutuhan akan rasa aman (safety or security needs), (3) kebutuhan
sosial (social needs), (4) kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs),
dan (5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).
Menurut Maslow apabila
kebutuhan tingkat bawah secara relatif telah terpenuhi maka akan timbul
keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi. Sehubungan dengan teori yang dikemukakan
tersebut, pimpinan yang bijaksana akan berusaha untuk memperhatikan kebutuhan
bawahannya. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut diduga akan merangsang
guru-guru bekerja lebih efektif dan lebih efisien.
Teori Maslow telah
memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah para pekerja yang sebelumnya mungkin
diabaikan pada suatu organisasi. Di lain pihak teori Maslow ini juga mengandung
beberapa kelemahan atau kekurangan. Udai Parek menjelaskan bahwa tidak ada
dalam organisasi manapun kebutuhan yang lebih tinggi muncul menunggu dipenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi muncul menunggu dipenuhi kebutuhan tingkat yang
lebih rendah.
Kritikan-kritikan yang
dikemukakan terhadap teori Maslow antara lain: (1) sulit dibuktikan bahwa
kebutuhan-kebutuhan manusia mengikuti suatu hirarki (2) terdapat hubungan yang
berbeda-beda pada tiap individu, (3) timbulnya kebutuhan pada tingkat yang
lebih tinggi bukan semata-mata disebabkan terpenuhinya kebutuhan tingkat yang
lebih rendah, dan (4) kebutuhan-kebutuhan ini elastis sifatnya dan sulit
diketahui seberapa banyak dapat dikatakan suatu kebutuhan itu sudah cukup atau
sudah memuaskan. Sungguhpun
terdapat beberapa kelemahan pada teori
Maslow, tetapi teori tersebut sangat bermanfaat dalam menjelaskan
mekanisme motivasi dalam organisasi.
Pengertian motivasi telah
banyak dikemukakan, antara lain oleh Thompson bahwa motivasi adalah besarnya
keinginan seseorang untuk mencapai prestasi. Jika keinginan seseorang untuk
mendapatkan prestasi yang tinggi, maka motivasinya juga akan tinggi, demikian
pula sebaliknya. Fuoss dan Troppmann mengemukakan definisi motivasi sebagai
suatu respon secara langsung terhadap penurunan suatu kebutuhan. Selanjutnya Singer mendefinisikan motivasi
sebagai dorongan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian di atas, maka
segala tindakan serta tingkah laku manusia didorong oleh sesuatu kekuatan yang
disebut dengan motivasi atau dengan kata lain bahwa motivasi manusia merupakan
latar belakang yang melandasi kelakuan manusia untuk mencapai tujuan. Olehnya
itu, pengetahuan mengenai motivasi manusia memberikan jawaban terhadap
pertanyaan terhadap mengapa seseorang melakukan suatu tindakan maupun tidak
bertindak terhadap berbagai situasi.
Motivasi dapat dikelompokkan
berdasarkan sumbernya. Menurut Fouss dan
Troppmann mengemukakan bahwa sumber motivasi berasal dari luar (ekstrinsik) dan
dari dalam (intrinsik). Motivasi
ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri individu sehingga seseorang ikut
berpartisipasi. Kuat lemahnya motivasi
ekstrinsik tergantung pada besarnya nilai penguat dari waktu ke waktu,
sedangkan motivasi intrinsik adalah dari dalam yang menyebabkan seseorang ikut
berpartisipasi. Seseorang yang memilih
motivasi intrinsik akan lebih tekun, bekerja keras, teratur dan disiplin dalam
menjalankan tugas serta tidak menggantungkan dirinya pada orang lain. Motivasi intrinsik bersifat khusus dan
diartikan sebagai motif.
Motif merupakan faktor
internal yang membangun, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laku
seseorang. Pada diri tiap-tiap manusia
ada motif tertentu yang mendorong untuk melakukan suatu tindakan atau
perbuatan. Motif didorong suatu kebutuhan dan keinginan memenuhinya. Perbedaan
pengertian antara motif dan motivasi dikemukakan oleh Martens mengemukakan
bahwa motif adalah sumber pendorong dan penggerak perbuatan manusia, sedangkan
motivasi adalah proses aktualisasi dari sumber penggerak dan pendorong (motif)
tersebut.
Mengamati tugas dan peran
serta pengertian motivasi di atas, maka tidak mengherankan bila seseorang
pegawai juga didasari oleh beberapa motivasi tertentu. Menurut Pate, McClenaghan dan Rotella,
sebagian orang aktif mencari karier dalam pegawai karena kekuasaan yang
dimiliki, sebagian lagi karena status, kesenangan membantu kebutuhan
pegawai menolong memperbaiki pegawai
secara terus-menerus, prestise, ingin dikenal.
Di samping itu, Harsono
mengemukakan bahwa motivasi seseorang memilih karier sebagai pegawai karena
ingin mengamalkan pengetahuan dan keterampilannya, senang menolong pegawai,
memperoleh kepuasan, serta memperoleh status dan pengakuan di masyarakat. Apapun motivasinya seorang pegawai tidak
boleh memandang tugasnya sebagai tugas yang ringan tetapi benar-benar menjadi
pegawai yang baik. Jauh lebih luas dan lebih kompleks dari pada sekedar pegawai
di kantor saja.
Selanjutnya, Rushall dalam Pyke mengemukakan ciri-ciri
umum yang dapat dijadikan sumber motivasi pegawai antara lain: Prestasi yang
telah dicapai, penghargaan yang diraih, tanggungjawab yang dibebankan, promosi yang diharapkan, kemajuan yang
dicapai serta pekerjaan yang dapat dilakukan sendiri.
Berdasarkan uraian di atas,
maka motivasi kerja guru adalah keseluruhan daya penggerak atau tenaga
pendorong yang menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan kegiatan atau
aktivitas dalam menjalankan tugas sebagai guru yang dilaksanakan secara
sistematis, berulang-ulang, kontinyu dan progresif untuk mencapai tujuan.
Konstruk variabel ini yang dikembangkan mempunyai indikator adalah dimensi
instriksik dan ekstrinsik. Indikator
dari dimensi instrinsik adalah kesadaran, kebutuhan dan harapan. Indikator dari dimensi ekstrinsik adalah
pujian, hukuman dan aturan.
Daftar Pustaka
Sardiman A.M., Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali,
1996), h. 73.
Robert M. W. Travers, Essentials
of Learning The New Cognitive Learning for Students of Education (New York: Macmillan,
Co., Inc., 1996), hh. 423-433.
Edward E. Lawler, Motivation
in Work Organizations (San Francisco: Josse-Bass, 2004), h. 1.
S. S. Chauhan, Advanced
Educational Psychology (New Delhi: Vikkas Publishing House, Ltd., 1998), h. 67.
Abraham H. Maslow, Motivation
and Personality (New York: Parper and Row Publisher, 1990), h. 22.
Fouss dan Troppmann, op.
cit., h. 190.
Rainer Martens, Coaches Guide to Sport Psychology (New York:
Human Kinetics Publisher. Inc., 1992), h. 18.
Peter JL. Thompson, Introduction
to Coaching Theory (England:
International Amateur Athletic Federation, 2001), h. 7.
Donald E. Fouss dan Robert
J. Troppmann, Effective Coaching: A Psychological Approach (New York: John Wiley & Sons, 1991), h.
189.
[1] Robert N. Singer, Motor Learning Human Performance (New
York: Macmillan Publishing Co. In., 1995), h. 407.
Russel R. Pate, Bruce
McClenaghan dan Robert Rotella, Dasar-dasar
Ilmiah Kepelatihan, terjemahan Kasiyo Dwi Jowinoto (Semarang: IKIP Semarang Press,1993), h. 23.
Harsono, Coaching dan
Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching (Jakarta: Tambak Kusuma, 1998), h. 2.
Frank S. Pyke, Better
Coaching Advanced Coach’s Manual (Australia:
Australian Sports Commission, 2001`), hh. 152-155.
Udai Parek, Perilaku
Organisasi, terjemahan Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Management (Jakarta:
Migas Surya dan Grafindo, 1984), h. 111.
Elton B. McNeil, The Psychology of Being Human (San Francisco:
Canfield Press, 1994), h. 192.
Walter B. Kolesnik, Motivation: Understanding and Influencing
Human Behavior (Boston: Allyn and Bacon Inc., 1998), h. 146.
Frank G. Goble, Psikologi
Humanistik, Terjemahan A. Supratiknyo (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 70.
Paul Hersey & Kenneth H.
Blanchard, Management of Organizational Behavior (New Delhi: Prentice-Hall of India, Private
Limited, 1998), h. 16.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan
dan Motivasi (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1995), h. 177.
Tidak ada komentar
Posting Komentar