Kategori gramatikal adalah golongan satuan bahasa yang dibedakan atas bentuk, fungsi, dan makna
seperti kelas kata, jenis, kasus, kata, dll. (Kridalaksana,1982).
Secara umum kategori
gramatikal yang banyak diikuti, membagi kata menjadi dua kelompok besar, yaitu
(1) kelompok yang disebut kata penuh (full word) dan (2) kelompok yang disebut
partikel atau kata tugas (function word). Ke dalam kelompok pertama termasuk
kata dan kelas verbal, nominal, ajektival, dan adverbial; dan ke dalam kelompok
kedua termasuk kata-kata yang disebut preposisi, konjungsi, dan interjeksi.
Tetapi perlu dicatat bahwa dalam bahasa Indonesia ada sejum!ah morfem dasar
yang belum berkategori baik gramatikal maupun semantikal, misalnya morfem acu,
juang, henti, kibar, kitar, dan remang (Chaer, 2009; Harimurti 1986).
Secara gramatikal
morfem-morfem tersebut tidak dapat muncu! daam satuan-satuan sintaksis tanpa
bergabung dulu dengan morfemmorfem tertentu, balk afiks maupun morfem dasar
Iainnya. Secara semantik monfem-morfem itu pun dianggap tidak bermakna,
sehingga dalam kamus Poerwadarminta (1982) maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1988) morfem-morfem tersebut memang didaftar sebagai lema (entri) tetapi tidak
diberi makna. Yang diiberi makna adalah bentuk derivasinya.
Kelas
kata atau partikel leksikal (bahasa
Inggris: part of speech, lexical category) adalah
penggolongan kata menurut
bentuk, fungsi, dan maknanya. Meskipun secara semantik ada
persamaan antara kelas dalam berbagai bahasa,
ciri-ciri formal kelas kata dapat berbeda antara bahasa. Misalnya, kelas nomina yang
secara semantik universal mewakili orang atau benda, dalam bahasa
Indonesia biasanya ditandai oleh ketidakbisaannya diberi
kata tidak. sedangkan dalam bahasa
Inggris nomina mempunyai penanda pluralis dan genitive. Katagori
gramatikal bahasa Indonesia dibagi menjadi delapan golongan besar yaitu katagori
nomina, verba, adjektiva, pendamping, dan penghubung.
Berikut ini penjelasan Kategori gramatikal dilihat dari katagori
nomina, verba, adjektiva, pendamping, dan penghubung
1.
Kategori Nominal
Kata-kata
atau leksem-leksem nominal dalam bahasa Indonesia secara semantik mengandung
ciri makna [+Benda ( B)]; dan oleh karena itu leksem-leksem nominal secara
struktural akan selalu dapat didahului oleh preposisi di atau pada. Berdasarkan
analisis semantik lebih lanjut leksem-leksem nominal ini dapat dikelompokkkan
atas tipe-tipe:
a) Tipe I
Tipe
I berciri makna utama [+Benda, + Orang (O)]. Tipe satu ini terbagi atas enam
subtipe I yang masing-masing berbeda pada ciri makna ketiga. Keenam suptipe I
ini adalah:
1. Subtipe Ia
Berciri makna [+Benda, +Orang, + Nama Diri
(ND)]. Contohnya, Anita, Sari, Vinda, dan Marsya. Selain berciri makna +B, +O,
dan +ND, leksem nominal dari subtipe ini juga mengandung komponen makna
[+bernyawa (NY), +konkret (K), dan tidak terhitung (-H)]. Jadi, secara
keseluruhan leksem nominal dari subtipe Ia ini mengandung ciri makna [+B, +O,
+ND, +NY, +K, -H].
2. Subtipe Ib
Berciri makna [+B, +O, + nama perkerabatan (NK)].
Contohnya ibu, bapak, kakak, dan adik. Selain itu, leksem nominal dari subtipe
Ib ini juga mengandung ciri makna [+NY, +K, dan +H}. Jadi, secara keseluruhan
leksem nominal dari subtipe Ib ini mengandung cciri makna [+B, +O, +NK, +Ny,
+K, +H].
3. Subtipe Ic
Berciri makna [+B, +O, +Nama Pengganti(NP).
Contoh dia, saya, kamu, dan mereka. Selain itu, leksem nominal dari subtipe Ic
ini mengandung pula makna [+Ny, +K, dan –H]. Jadi, secara keseluruhan
mengandung makna antara dia misalnya dengan mereka. Dia memiliki makna
[+Tunggal (T)], sedangkan mereka memiliki makna [-Tunggal ]. Perbedaan ciri
makna antara dia dan mereka dapat dilihat sebagai berikut:
Dia mereka
+B +B
+O +O
+NP +NP
+Ny +Ny
+K +K
-H -H
-H -H
+T -T
4. Subtipe
Id
Berciri makna [+B, +O, +Nama Jabatan(NJ)].
Contohnya, guru, lurah, camat, dangubernur. Selain itu,
leksem nominal dari subtipe Id ini mengandung pula makna [+Ny, +K, dan +H].
Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandunng makna [+B, +O, +Ny, +K,
dan +H].
5. Subtipe Ie
Berciri makna [+B, +O, dan Nama Gelar
(NG)]. Contohnya: insinyur, doktor,raden, dan sarjana
hukum (SH), selain itu, leksem-leksem nominal dari subtipe Ie ini jaga memiliki
ciri makna[+Ny, +K, dan +H]. Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan
mengandung makna [+B, +O, +NG, +Ny, +K, dan +H]
6. Subtipe If
Berciri makna [+B, +O, dan + Nama Pangkat
(Npa)].
Contoh: sersan, obsir, letnan, dan kolonel. Selain
itu leksem-leksem nominal dari suptipe If ini memiliki pula ciri makna [+Ny,
+K, dan +H]. Jadi leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna [+B,
+O, +NPa, +Ny, +K, dan +H].
Ciri makna [+H] yang ada pada leksem
subtipe Ib, Ie, dan If; dan tidak ada pada leksem subtipe Id dan Ic menyebabkan
leksem yang memiliki ciri itu dapat diberi keterangan numeral seorang,
sedangkan yang tidak memiliki ciri itu tidak dapat diberi keterangan numeral
seorang.
Bandingkan:
a. Seorang
Fatimah -
seorang adik
b. Seorang
Hasan -
seorang camat
c. Seorang
kamu - seorang doktor
d. Seorang
dia -
seorang letnan
b) Tipe II
Berciri makna utama [+B dan institusi (I)].
Contoh : pemerintah, DPR, SMA, dan Pelni.Selain itu
leksem-leksem nominal tipe II ini juga memiliki ciri makna [+Orang metaforis
(Om), +K, +H]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem nominal ini berciri makna
[+B, +I, +Om, +K, dan +H].
Ciri makna [+Om menyebabkan leksem nominal
tipe II ini dapat menduduki fungsi gramatikal seperti leksem tipe I.
c) Tipe III
Berciri makna utama [+B, +Binatag (Bi)].
Contoh: tongkol, kucing, gelatik, harimau, dan onta.
Selain itu leksem-leksem nominal tipe III ini memiliki pula ciri makna [+Ny,
+K, dan +H]. Dengan demikian secara keseluruhan leksem-leksem nominal tipe III
ini berciri makna [+B, +Bi, +Ny, +K, dan +H].
d) Tipe IV
Berciri utama [+B dan +Tumbuhan (T)].
Leksem nominal tipe IV ini terdiri atas 3 subtipe, yaitu:
1. Subtipe IVa
Berciri makna utama [+B, +T], misalnya rumput,
perdu, ilalang, dan keladi. Selain itu leksem-leksem
nominal IVa memiliki pula ciri makna [+B, +Pohon (Po)]. Contoh: durian,
nangka, ketapang, mahoni,dan kelapa. Selain itu, leksem-leksem
nominal
2. subtipe IVb
Memiliki makna [+Hi, +H, dan K]. Jadi,
secara keseluruhan leksem nominal subtipe IVb ini memiliki ciri makna [+B, +Po,
+Hi, +H, dan K].
3. Subtipe IVc
Berciri makna utama [+B, +Tanaman (Ta)].
Misalnya padi, bayam, ketela, ubi, dankubis. Selain itu
leksem-leksem nominal subtipe IVc ini memiliki ciri makna [+Hi, +H, dan +K].
Jadi secara keseluruhan leksem-leksem ini mengandung makna [+B, +Ta, +Hi, +H,
dan +K]. Perbedaan makna dalm ciri [+T], [Po], dan [+Ta] adalah bahwa [+T]
mengandung segala sesuatu yang tumbuh; sedangkan [+Po] habnya yang berbatang
keras, dan [+Ta] adalah sebagai usaha suatu yang ditanam.
e) Tipe V
Berciri makna utama [+B, Buah-buahan
(Bb)]. Misalnya mangga, rambutan, pisang dan nanas. Selain itu tipe ini juga
memiliki makna [+H, +K, dan –Hi]. Jadi secara keseluruhan tipe ini memiliki
makna [+B, +Bb, +H, +K, dan –Hi]
f) Tipe VI
Berciri makna utama [+B, +Bunga-bungaan
(Bbu)]. Misalnya mawar, melati, kamboja, kembang sepatu, dan kenanga. Selain
itu leksem ini juga berciri makna [+H, +K, dan -Hi]. Jadi secara keseluruhan
tipe ini memiliki ciri makna [+B, +Bbu, +H, +K, dan –Hi].
g) Tipe VII
Berciri makna utama [+B, +Peralatan (Al).
Tipe ini terbagi atas sembilan subtipe, yaitu:
1.
Suptipe VII a, berciri makna utama [+B,
+Al, dan +Masak (Ms).
Contohnya panci,kompor dan kuali.
Selain itu subtipe ini juga memiliki makna [+K, +H, dan –Hi]. Dengan demikian
secara keseluruhan ciri makna subtipe ini adalah [+B, +Al, +Ma, +K, +H, dan
–Hi].
2.
Subtipe VII b, berciri makna utama [+B,
+Al, dan +Makan ( Mk).
Contohnya piring,garpu,
sendok dan gelas. Selain itu subtipe in juga memiliki ciri
makna [+K, +H, dan +Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memiliki ciri makna
[+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan +Hi].
3.
Subtipe VII c, berciri makna utama [+B,
+Al, dan +Pertukangan (Tk)].
Contohnya palu,
gergaji dan pahat. Selain itu sub tipe ini juga berciri
makna utama [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memili ciri makna
[+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan –Hi].
4.
Subtipe VII d, mengandung ciri makna
utama [+B, +Al, dan +Perbengkelan (Bkl)]. Contohnya kunci, bubut dan tang.
Selain itu subtipe ini juga bermakna utama [+K, +H, dan –Hi]. Secara
keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Bkl, +K, +H, dan –Hi].
5. Subtipe
VII e, berciri makna utama [+B, +Al, +Pertanian (Tn)]. Contohnya cangkul,sabit,
dan garu. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H,
dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Tn, +K, +H,
dan –Hi].
6.
Subtipe VII f, berciri makna utama [+B,
+Al, dan + Perikanan (Ik)].
Selain
itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara
keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Ik, +K, +H dan –Hi].
7.
Subtipe VII g, berciri makna utama [+B, +Al,
dan +Rumah tangga (Rt) ]. Contohnyalemari, meja dan kursi.
Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara keseluruhan
subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan –Hi].
8.
Subtipe VII h, berciri makna utama [+B,
+Al, dan +Tulis menulis (Tm)]. Contohnya buku, pensil, penggaris,
dan pena. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan
–Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan
–Hi].
9.
Subtipe VII i, berciri makna utama [+B,
+Al, dan +Olahraga (Or)]. Contohnya raket,bola, net dan stik.
Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secra keseluruhan
subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Or, +K, +H, dan –Hi].
h) Tipe
VIII
Tipe
ini mengandung ciri makna utama [+B, +Makanan-minuman (Mm)].
Contohnyanasi, teh manis, susu, bakso, dan roti. Selain
iti tipe ini juga berciri makna [+K, -H, dan –Hi]. Secara keseluruhan tipe ini
berciri makna [+B, +Mm, +K, -H, dan –Hi].
i) Tipe
IX
Tipe
ini mengandung ciri makna utama [+B, +Geogrefi (Ge)]. Contohnya sungai,gunung dan laut.
Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara keseluruhan tipe
ini berciri makna [+B, +Ge, +K, +H, dan –Hi].
j) Tipe
X
Tipe
ini berciri makna utama [+B, +Bahan baku (Bb). Contoh pasir, semen,
batu dankayu. Selain itu tipe ini juga berciri makna
[+K, dan –H]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Bb, +K, dan –Hi].
2. Kategori
Verbal
Leksem-leksem
verbal dalam bahasa Indonesia secara semantik ditandai dengan mengajukan tiga
macam pertanyaan terhadap subjek tempat “verba” menjadi predikat klausanya.
Ketiga pertanyaan itu adalah (1) apa yang dilakukan subjek dalam klausa
tersebut, (2) apa yang terjadi terhadap subjek dalam klausa tersebut, dan (3)
bagaimana keadaan subjek dalam klausa tersebut.
Berdasarkan
analisis semantik, sejalan dengan Tampubolon (1979, 1988 a, 1988 b dalam
Chaer), kategori verbal dapat dibedakan menjadi dua belas tipe. Keduabelas tipe
itu adalah sebagai berikut:
a)
Tipe I
Tipe ini adalah verba yang secara semantik
menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi. Pelaku verba ini adalah sebuah
maujud berupa sebuah nomina yang berciri makna [+bernyawa]; dan tindakan
sebagai penggerak tindakan yang disebutkan oleh verba tersebut.
Secara semantik, verba tipe I ini
sebenarnya dapat dibedakan lagi menjadi verba tindakan yang (1) pelakunya
adalah manusia, (2) pelakunya adalah manusia dan bukan manusia, dan (3)
pelakunya bukan manusia. Contohnya adalah leksem baca dan tulis adalah
tindakan yang termasuk kelompok manusia; makan dan minum adalah
verba tindakan yang termasuk kelompok pelakunya manusia dan bukan manusia;
sedangkan pagut dan patukadalah verba tindakan
yang pelakunya bukan manusia.
b) Tipe
II
Adalah verba yang menyatakan tindakan dan
pengalaman. Pada verba ini pelakuya adalah sebuah maujud berupa nomina berciri
makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan yang disebut oleh
verba tersebut sekaligus dapat pula sebagai maujud yang mengalami (secara
kognitif, emosional, atau sensasional) tindakan yang dinyatakan oleh verba
tersebut. Contoh:
-
Dia menaksir harga mobil
bekas itu
-
Beliau menjawab pertanyaan
para wartawan.
Dia pada
kalimat pertama adalah maujud yang melakukan tindakan itu dan sekaligus
mengalaminya. Begitu juga denga pada kalimat kedua.
Yang melakukan tindakan dan yang
mengalaminya tidak harus selalu berupa maujud yang sama. Namun bisa juga atau
lazimnya adalah berupa dua maujud yang berbeda. Contoh:
-
Pak lurah tanya persoalan itu kepada
kami.
Dalam kalimat tersebut pak lurah adalah
pelaku utama; sedangkan yang mengalami adalah kami.
c) Tipe
III
Tipe ini adalah verba yang menyatakan
tidakan dan pemilikan (benafaktif). Pelaku verba ini adalah maujud berup nomina
berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan yag
disebutkan oleh verba tersebut; sedangkan pemilik (bisa juga ketidakpemilikian)
juga berupa nomina berciri makna [+bernyawa].
Contoh:
-
Dika beli mobil dari Pak Fuad.
-
Pemerintah bantu para petani.
Dari kedua kalimat tersebut Dika dan Pemerintah adalah
pelaku; sedangkan Pak Fuad dan para petani adalah
pemiliknya. Kadang pemilik tidak direalisasikan dalam suatu kalimat. Contoh:
-
Dika beli mobil baru.
d) Tipe
IV
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
tindakan dan lokasi (tempat). Pelaku tindakan berupa nomina berciri makna
[+bernyawa] yang dapat mengalami tindakan itu sendiri maupun tidak. Lokasinya
berupa frase preposisional.
Contoh:
-
Nita pergi ke pasar.
-
Beliau baru tiba dari dari
Yogyakarta.
e) Tipe
V
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
proses. Subjek dalam kalimat ini berupa nomina umum yang mengalami proses
perubahan keadaan atau kondisi. Contoh:
-
Daun tembakau itu layu.
-
Kaca jendela
itu pecah.
Ada tiga persoalan mengenai verba tipe V
ini (dan juga verba proses lainnya, tipe VI, tipe VIII). Ketiga persoalan itu
adalah:
(1) Proses perubahan yang
terjadi pada suatu maujud dapat berlangsung dalam waktu singkat dapat juga
dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, ada verba proses yang dapat
diberi keterangan “sedang” seperti “sedang pecah”.
(2) Sebenarnya suatu
proses atau perubahan bukan hanya terjadi pada verba proses saa tetapi juga
pada verba tindakan, sebab sesungguhnya suatu tindakan akan menyababkan
terjadinya proses.
(3) Sering kita sukar
untuk membedakan verba proses dengan verba keadaan (verba tipe IX, X, XI, dan
XII). Misalnya pada verba layu. Diuji daengan pertanyaan “apa
yang terjadi pada subjek?” maka jawabannya subjek itu layu. Jadi, jelas layudi
situ adalah proses. Tetapi kalau diuji denga pertanyaan “bagaimana keadaan subjek?”
maka jawabannya adalah subjek itu layu dan menjadi verba keadaan.
f) Tipe
VI
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
proses-pengalaman.
Contoh:
-
Rupanya kau sudah bosan padaku.
-
Ibu cemas akan keselamata anank-anak itu.
Pada kedua kalimat itu bosan dan cemas adalah
proses pengalaman sedangkan kaudan ibu adalah
maujud yang mengalami prose situ.
g) Tipe
VII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
proses benefaktif subjek dalam kalimat yang menggunaan verba tipe VII ini
berupa nomina yang mengalami suatu proses atau kejadian memperoleh atau
kehilangan (kerugian).
Contoh:
- PSSI
menang 2-0 atas Singapura.
- Dia
kalah 2 juta rupiah.
Menang dan kalah adalah
verba proses benefaktif; sedangkan PSSI dan dia adalah
maujud yang mengalami peristiwa yang dinyatakan oleh verba tersebut.
h) Tipe
VIII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
proses-lokatif. Subjek dalam tipe ini berupa nomina yang mengalami suatu proses
perubahan tempat (lokasi).
Contoh:
- Pesawat
itu baru tiba dari Surabaya
- Matahari terbit di
ufuk timur
Leksem tiba dan terbit pada
kalimat adalah verba proses-lokatif; sedangkan leksempesawat dan matahari adalah
maujud yang mengalami proses perubahan lokasi itu.
i)
Tipe IX
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
keadaan. Subjek kalimat dalam tipe ini berupa nomina umum yang berada dalam
keadaan atau kondisi yang dinyatakan oleh verba tersebut.
Contoh:
- Wajah
mereka selalu cerah.
- Sawah-sawah
di situ mulai kering.
Cerah dan kering pada
kalimat di atas adalah verba keadaan; sedangkan leksemwajah mereka dan sawah-sawah adalah
maujud yang berada dalam keadaan itu.
j)
Tipe X
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
keadaan pengalaman. Subjek dalam kalimat yang menggunakan tipe ini
adalah sebuah nomina yang berada dalam keadaan kognisi, emosi, atau sensasi.
Contoh:
- Dia
memang takut kepada orang itu.
- Kami tahu hidup
di kota memang sukar.
Takut dan tahu pada
kalimat di atas adalah verba keadaan pengalaman. Pada kallimat pertama, subjek Dia yang
mengalami keadaan yang disebutkan oleh predikat takut, pada kalimat
kedua kami adalah subjek yangmengalami keadaan tahu itu.
k)
Tipe XI
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
keadaan benafaktif subjek dalam kalimat yang menggunakan tipe XI ini adalah
sebuah nomina yang menyatakan memiliki, memperoleh, atau kehilangan sesuatu.
Contoh:
- Ia
sudah punya istri.
- Dia ada uang
lima juta.
Punya dan ada pada
kalimat di atas adalah verba keadaan benefaktif. Sedangkan iadan dia adalah
subjek yang berada dalam keadaan memiliki. Menurut Tampubolon (1979) verba
dasar yang menyatakan keadaan keadaan benefaktif hanya kedua kata itu saja.
Tetapi yang bukan verba dasar cukup banyak seperti berhasil,
kehilangan, beruntung, berwarna, memiliki, dan bertubuh.
l)
Tipe XII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
keadaan-lokatif. Subjek pada kalimat yang mengunakan verba ini adalah nomina
yang berada dalam satu tempat atau lokasi.
Contoh:
- Petani
itu diam di gubuk itu.
- Pak
Menteri hadir di sana.
Diam dan hadir adalah
verba yang menyatakan keadaan lokatif. Sedangkan petani itu dan Pak
Menteri adalah subjek yang berada di tempat yang disebutkan pada
unsure keterangan.
-
Verba dasar Tipe XII ini memang jarang,
tetapi verba yang bukan dasar cukup banyak seperti mengalir, berganti,
berserakan, bermimpi, dan menanjak.
3. Kategori
Adjektival
Leksem-leksem
adjektival dalam bahasa Indonesia secara semantik adalah leksem yang
menerangkan keadaan suatu nomina atau menyifati nomina itu. Secara
semantik akjetival dapat dibagi menjadi delapan tipe.
1. Tipe I adalah leksem ajektif
yang menyatakan sikap, tabiat, atau perilaku batin manusia yang termasuk di
dalamnya yang dipersonifikasikannya.
Misalnya: marah, galak, baik, sopan,
berani, takut dan jahat.
2. Tipe II adalah leksem ajektif
yang menyatakan keadaan bentuk.
Misalnya: bundar, bulat, lengkung, bengkok,
lurus, dan miring
3. Tipe III adalah leksem
ajektif yang menyatakan ukuran.
Misalnya: panjang, pendek, tinggi, gemuk,
kurus, lebar, luas, ringan,dan berat.
4. Tipe IV adalah leksem yang
menyatakan waktu dan usia.
Misalnya: lama, baru, muda, tua.
5. Tipe V adalah leksem ajektif
yang menyatakan warna.
Misalnya: merah, kuning, biru, hijau,
ungun, cokelat dan lembayung.
6. Tipe VI adalah leksem ajektif
yang menyatakan jarak
Misalnya: jauh, dekat, sedang.
7. Tipe VII adalah leksem
ajektif yang menyatakan kuasa tenaga.
Misalnya: kuat, lemah, segar, lesu dan
tegar.
8. Tipe VIII adalah leksem
ajektif yang menyatakan kesan atau penilaian indra.
Misalnya: sedap, lezat, manis, pahit,
cantik, tampan, cemerlang, harum, bau, wangi, kasar, halus dan licin.
Perbedaan yang hakiki antara verba-keadaan
dengan ajektifal adalah terletak pada fungsinya dalam suatu kontruksi. Pada
kontruksi predikat leksem-leksem tersebut cenderung berciri verba sedangkan
pada kontruksi atributif berciri ajektiva. Misalnya kontruksi meja batu danmeja
itu baru. Pada kontruksi meja baru, leksem baru adalah
ajektiva sedangkan padameja itu baru adalah verba, sebab meja
baru adalah kontruksi atributif sedangkan meja itu baru adalah
kontruksi predikatif.
4.
Kategori Pendamping
Kategori
pendamping adalah leksem-leksem tetentu yang mendampingi nomina,
verba, ajektif, dan juga klausa untuk memberikan keterangan tertentu yang bukan
menyatakan keadaan atau sifat.
a) Pendamping
Nomina
Leksem-leksem
pendamping nomina, antara lain, menyatakan:
1) Pengingkaran
Leksem ini hanya satu yaitu kata bukan yang
ditempatkan di muka nomina tersebut. Misalnyabukan buku, bukan ayam, bukan
guru, dan bukan agama.
2) Kuantitas atau jumlah
Jumlah leksem untuk menyatakan kuantitas banyak antara
lain:
-
Beberapa
-
Semua
-
Seluruh
-
Sejumlah
-
Banyak
Semua pendamping yang menyatakan kuantitas
di atas ditempatkan di muka nominanya dan yang lain adalah sebagian,
separuh, dan sementara.
3) Pembatasan
Leksemnya adalah hanya dan saja. leksem
hanya ditempatkan di muka nomina, sedangkan leksem saja di belakang nomina.
Misalnya hanya air putih, hanya dia, hanya sopir, kopi
saja, siapa saja, dan mereka saja.
4) Tempat berada.
Leksem yang digunakan adalah di dan pada.
Misalnya di kelas, di pasar, di Bogor, pada dinding, pada
ayah, dan pada tahun. Pendamping di dan pada seringkali
secara bebas dapat dipertukarkan seperti di tahun atau pada
tahun, di ayah atau pada ayah, tetapi di
Bogor tidak dapat menjadi pada Bogor. Perbedaanya
adalah menyatakan lokasi yang sebenarnya, sedangkan pada untuk
lokasi yang tidak sebenarnya. Bogor adalah lokasi yang sebenarnya. Jadi, dapat
dengan pembanding di tetapi tidak dapat dengan pendamping pada.
Sebaliknya agama tidak dapat di agama tetapi dapat pada
agama.
5) Tempat Asal
Leksem yang digunakan adalah dari.
Misalnya dari Jepang, dari rumah, dan dari pasar.Selain
menyatakan asal tempat, pendamping dari dapat juga menyatakan asal
bahan sepertidari gula, dari semen, dan dari tanah liat; juga dapat
menyatakan asal waktu seperti dari pagi, dari kemarin, dan dari
hari senin.
6) Tempat tujuan atau arah
sasaran.
Leksem yang digunakan adalah ke dan kepada. Misalnya ke
pasar, ke Bogor, ke sekolah; kepada ayah, kepada polisi, kepada agama.
Pendamping ke lazim untuk menyatakan tempat
yang sebenarnya sedangkan kepada untuk menyatakan tempat yang
tidak sebenarnya.
7) Hal atau perkara
Leksem yang digunakan adalah tentang,
mengenai, perihal, dan masalah. Pendamping ini lazim
digunakan di depan nomina yag berada dalam suatu klausa intransitif. Misalnya:
-
Berdiskusi mengenai nilai-nilai sastra.
-
Berbicara tentang kenakalan remaja.
-
Berdebat mengenai pancasila.
8) Alat
Leksem yang digunakan adalah kata dengan,
misalnya (menulis) dengan pensil, (memotong) dengan pisau, dan
(mengikat) dengan tali. Tapi perlu dicatat, pendamping dengan selain
menyatakan “alat” dapat juga digunakan untuk menyatakan kebersamaan seperti
(pergi)dengan kakak, (berjalan) dengan adik dan
(bermain) dengan teman-temannya.
9) Pelaku
Leksem yang digunakan adalah kata oleh yang
ditempatkan di muka nomina. Misalnya olehanak buahnya, dan oleh
ayahnya.
10) Batas tempat dan batas waktu
Leksem yang digunakan adalah kata, sampai dan hingga yang
ditempatkan di muka nomina atau nomina waktu. Misalnya, sampai Jakarta,
sampai pasar, sampai pagi, sampai pukul dua,; hingga sore, hingga larut malam, dan hingga
tengah hari.
b) Pendamping
Verba
Leksem-leksem pendamping verba, antara
lain, menyatakan:
1) Pengingkaran.
Leksem yang digunakan adalah kata tidak dan bukan yang ditempatkan di
muka verba itu. Misalnya tidak mandi, tidak datang, tidak
pulang, tidak menangis, dan tidak berhasil.
Leksem bukan hanya
digunakan di muka verba dalam suatu klausa yang dikontraskan dengan klausa
lainnya. Misalnya :
-
Dia bukan menangis karena
sedih melainkan karena gembira.
-
Kami bukan membantah
perintah Bapak, hanya meminta waktu untuk mengerjakannya.
2) Berbagai aspek. Antara
lain aspek selesai (perpektif) dengan leksem sudah, telah,dan pernah, aspek
belum selesai (imperfek) dengan leksem masih dan lagi;aspek
baru mulai (inkoatif) dengan leksem mulai. Contoh pemakaian.
-
Mereka sudah makan.
-
Ibu pernah makan daging rusa.
-
Dia masih duduk di SD.
3) Berbagai modalitas.
Antara lain leksem belum,sedang, akan, boleh, dapat, harus, wajib,
mesti, dan jangan.
-
Susi sedang makan
-
Dia akan datang
-
Kita mesti mendengar kata guru
4) Kuantitas. Leksem yang
diguakan, antara lain; sering, seringkali, acapkali, jarang, banyak,
kurang selalu, dan sebagainya. Contoh pemakaian:
-
Kami sering duduk di depan kelas.
-
Dia seringkali lewat dari jalan
ini.
5) Kualitas. Leksem yang
digunakan antara lain: sangat, agak, cukup, paling, dansekali. Leksem-leksem
ini lazimnya mendampingi verba keadaan. Contoh pemakaian:
-
Lili sangat cantik.
-
Kami paling suka menulis puisi ketika senja
menjelma.
6) Pembatasan. Leksem yang
digunakan adalah kata saja dan hanya Leksem saja diletakkan di
belakang verba, sedangkan hanya di muka verba. Misalnyamenangis
saja, tidur saja.
c) Pendamping Ajektiva
Leksem-leksem pendamping ajektiva, antara
lain menyatakan:
1) Pengingkaran. Leksem
yang digunakan adalah kata tidak dan bukan. Misalnya tidak
baik, tidak lurus, tidak gemuk, tidak bandel, dan tidak merah.
Leksem bukan dapat
digunakan dimuka nama warna seperti bukan merah, bukan hijau, dan bukan
kuning; dan di muka ajektiva yang mirip dengan verba keadaan seperti bukan
bandel, bukan kosong, bukan nakal, danbukan buruk.
2) Kualitas. Leksem yang
digunakan adalah kata-kata sangat, agak, cukup, paling, sekali, maha, dan serba. Misalnya sangat
baik, agak datar, cukup licin, paling miskin, pandai sekali, maha mulia, dan serba
modern.
d) Pendamping
Klausa
Leksem-leksem pendamping klausa mempunyai
posisi yang agak bebas. leksem-leksem itu dapat ditempatkan pada awal klausa di
tengah klausa, atau pada akhir klausa. Distribusinya ini tentu saja memberi
nuansa makna yang berbeda.
Leksem-leksem
pendamping klausa ini, antara lain, memberi makna:
1) Kepastian. Leksem
yang digunakan adalah pasti, tentu, dan memang misalnya:
- Pasti dia
hadir
- Dia hadir pasti
- Memang, dia
belum makan dari pagi
- Dia memang belum
makan dari pagi
2) Keraguan. Leksem yang
digunakan adalah kata barangkali, mungkin, dan boleh
jadi.Misalnya:
- Barangkali dia
lupa.
- Kami mungkin tidak
hadir di pesta pernikahanmu.
3) Harapan. Leksem yang
digunakan adalah kata-kata moga-moga, semoga, mudah-mudahan, hendaknya,
sebaiknya, dan seharusnya. Misalnya:
- Kamu hendaknya menemani
ayah ke ladang.
- Kamu seharusnya tidak
berkata begitu
5. Kategori
Penghubung
Kategori
penghubung adalah leksem-leksem tertentu yang bertugas menghubungkan, baik kata
dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan
kalimat secara koordinatif maupun secara subordinatif.
a) Penghubung koordinatif
Leksem-leksem penghubung koordinatif,
antara lain menyatakan makna:
1)
Penghubungan
Leksem yang digunakan adalah untuk
menyatakan penggabungan antara dua buah kata, dua buah frase, atau dua buah
klausa; serta untuk menyatakan penggabungan bisa sama seperti dan,
dengan untuk menyatakan gabungan biasa antara dua buah kata.
Perhatikan contoh berikut:
· Loli dan Rina sedang
belajar
· Kakek serta Nenek
pergi ke Lampung.
· Kami menangkap ayam itu serta memasukkannya
ke dalam kandang.
Penghubung dan dan serta
dapat dipakai untuk menghubungkan dua buah adjektiva yang maknanya sejalan
seperti
· Gadis itu
ramah dan rajin
· Guru kami tinggi dan besar
Tetapi tidak dapat dipakai untuk
menghubungkan dua adjektiva yang maknanya berlawanan, kecuali pada posisi
subjek. Perhatikan!
· Pemuda itu rajin dan malas
· Rajin dan malas bagi
kami tidak ada bedanya
2) Pemilihan
Leksem yang digunakan adalah kata atau. Leksem
ini dapat menghubungkan kata dengan kata dan juga klausa dengan klausa.
Misalnya:
· Dia atau Ahmad
yang kau cari?
· Saya akan
datang sendiri mengatarkan buku ini atau kau yang akan datang
mengambilnya ke rumahku?
3) Mempertentangkan
dan mengontraskan
Leksem yang digunakan adalah tetapi yang
dapat digunakan antara kata dan kata atau klausa dan klausa, sedangkan yang
digunakan antara klausa dengan klausa; namun yang digunakan antara kalimat dan
kalimat; dan sebaliknya yang digunakan antara kalimat dan kalimat. Contoh
pemakaian.
Anak
itu cerdas tetapi malas
· Anak itu memang cerdas tetapi malas.
· Dua orang pencuri masuk
ke rumah itu, sedangkan seorang temannya menunggu di luar.
4) Mengoreksi
atau membetulkan
Leksem yang digunakan adalah melainkan dan hanya yang
digunakan di anatara dua klausa. Misalnya:
· Bukan dia yang
datang, melainkan temannya.
· Kami tidak meminta
ganti rugi yang banyak, hanya meminta yang wajar-wajar saja.
5) Menegaskan
Leksem yang digunakan adalah bahkan,
itupun, malah, lagipula, apalagi, padahal, dan jangankan. Perhatikan
contoh berikut ini.
· Ditambah garam
sayur ini bukan menjadi sedap. Malah menjadi tidak enak.
· Masakan di restauran
ini enak dan harganya murah. Lagipulapelayanannya baik.
· Jangankan seribu
rupiah, seratus pun saya tak punya.
6) Pembatasan
Leksem yang digunakan adalah kecuali dan hanya. Kedua
leksem ini dipakai di antara dua klausa. Contoh:
· Semua pertanyaannya
dapat kujawab, kecuali pertanyaan mengenai jumlah penduduk miskin
itu.
· Soal-soal itu dapat
kuselesaikan dengan baik, hanya soal nomor lima yang aku ragukan
jawabannya.
7) Mengurutkan
Leksem yang digunakan adalah lalu,
kemudian, selanjutnya, dan setelah itu. Perhatikan
contoh berikut:
· Dia mengambil
sebuah buku, lalu duduk membacanya.
· Beliau menyilakan
kami masuk, kemudian menyuruh kami duduk.
Dalam suatu paragraf yang klausa-klausa
atau kalimat-kalimat merupakan kejadian yang kronologis, semua leksem
penghubung itu dapat digunakan, misalnya:
· Mula-mula diambilnya kertas dan pena, lalu ditulisnya
sebuah surat,kemudian dipanggilnya anaknya, selanjutnya disuruhnya
anaknya itu mengantarkan surat itu.
8) Menyamakan
Leksem-leksem yang digunakan adalah yaitu dan yakni untuk
menyamakan dan menjelaskan; dan leksem adalah dan ialah untuk
menyamakan-menjelaskan dua konsituen yang sama maknanya. Perhatikan contoh
berikut:
· Presiden pertama
Republik Indonesia, yaitu Soekarno, dimakamkan di Blitar.
· Soekarno adalah Presiden
pertama Republik Indonesia.
9) Kesimpulan
dari yang sudah dibicarakan sebelumnya
Leksem yang digunakan adalah jadi,
karena itu, oleh sebab itu, dan dengan demikian.
Perhatikan contoh berikut!
· Mereka adalah
orang-orang yang sering berlaku curang. Oleh karena itu kita harus
berhati-hati menghadapinya.
· Sejak kecil
anak-anak itu harus kita biasakan bangun pagi-pagi, mandi, dan berangkat ke
sekolah pada waktunya. Dengan demikian, kelak mereka akan menjadi manusia
yang berdisiplin.
b) Penghubung Subordinatif
Penghubung subordinatif menghubungkan dua
konstituen yang kedudukannya tidak setingkat. Konstituen yang satu merupakan
konstituen bebas, sedangkan konsituen yang lain, yang di mukanya diberi leksem
penghubung subordinatif ini merupakan konsituen bawahan yang terikat pada
konsituen pertama. Posisi kedua konsituen itu dapat dipertukarkan sehingga
penghubung subordinatif itu dapat berada pada awal kalimat maupun ditengah
kalimat.
Leksem-leksem subordinatif ini antara lain,
menyatakan makna:
1) Penyebab
Leksem yang digunakan adalah sebab,
karena, lantaran dan berhubung, misalnya:
· Mereka terlambat karena jalan
macat.
· Anak itu sakit
perut lantaran terlalu banyak makan mangga muda.
2) Akibat
Leksem yang digunakan adalah hingga,
atau sehingga, sampai dan sampai-sampai.Misalnya:
· Dia terlalu
banyak makan mangga muda hingga perunya sakit.
· Tukang copet
itu dipukuli orang banyak sampai mukanya babak belur.
3) Syarat atau kondisi yang harus dipenuhi
Leksem yang digunakan adalah jika,
jikalau, kalau, bila, bilamana, dan asal. Misalnya:
· Bila dia datang
kita segera berangkat.
· Bilamana cuaca
buruk, jendela itu harus kalian tutup.
4) Pengandaian
Leksem yang digunakan adalah andaikata,
seandainya, dan andaikata. Misalnya:
· Andaikata saya
punya uang satu miliar, kamu akan saya bagi separuhnya.
· Andaikan puteri
itu menjadi pacarku saya akan senang sekali.
5) Penegasan
Leksem yang digunakan adalah walau
(walaupun), biar (biarpun), meski (meskipun), kendati (kendatipun), sungguhpun,
sekalipun dan walaupun. Misalnya:
· Meskipun tidak
lulus ujian, dia tertawa-tawa saja.
· Sayur ini
masih terasa hambar walaupun sudah ditambah garam.
6) Perbandingan
Leksem yang digunakan adalah seperti,
sebagai, laksana, seolah-olah, dan seakan-akan. Misalnya:
· Dimakannya nasi itu
dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan.
· Sorot matanya begitu
tajam seolah-olah kami ini betul-betul bersalah.
7) Tujuan
Leksem yang digunakan adalah agar, supaya,
untuk, buat, bagi, dan guna. Misalnya:
· Buat orang-orang kaya
harga karcis masuk itu sangat murah.
· Jalan layang dibangun guna melancarkan
arus lalu lintas.
8) Waktu
Leksem yang digunakan bermacam-macam,
tergantung pada waktu yang diterangkan, diantaranya adalah ketika,
sewaktu, dan tatkala untuk menyatakan waktu yang bersamaan; sementara,
selama, sambil dan seraya untuk menyatakan jangka waktu tertentu yang
bersamaan; sejak, atau semenjak nntuk menyatakan
awal waktu; sampai. Untuk menyatakan batas waktu; sebelum Untuk
menyatakan waktu lebih dahulu sesudah, setelah, dan sehabis Untuk
menyatakan waktu lebih kemudian. Contohnya:
· Mereka datang ketika nenek
tidak ada dirumah.
· Sewaktu kami tiba
beliau sedang tidur.
· Tatkala melihat
kami, dia cepat-cepat bersembunyi.
9) Penjelasan
Leksem yang digunakan adalah kata bahwa:
misalnya
· Kabar bahwa mereka
akan menikah bulan depan saya sudah tahu.
· Kami belum mendengar bahwa harga
sembako sudah normal lagi.
10) Keadaan atau cara
Leksem yang digunakan adalah dengan dan tanpa.
Misalnya:
· Dengan berbisik-bisik
ditawarkannya majalah porno itu kepada setiap penumpang.
· Dia berjalan terus tanpa menoleh
ke kiri dan ke kanan.
Namun menurut Saeed (2003:
55) kategori gramatikal seperti kata benda, kata depan dll, meskipun
didefinisikan dalam linguistik modern pada tingkat sintaksis dan morfologi, tidak
mencerminkan perbedaan semantik: berbagai kategori kata harus diberi deskripsi
semantik yang berbeda. Sebagai contoh: nama, kata benda umum, kata ganti, dan
apa yang kita sebut kata-kata logika semua menunjukkan karakteristik yang
berbeda dari referensi dan maknanya:
Contoh :
a. nama mis Fred Flinistone
b .
Kata umum mis anjing, pisang, tarantula
c. ganti mis Aku, kamu, kita, mereka
d. kata logika mis tidak, dan, atau, semua,
apapun
Melihat jenis kata-kata,
kita dapat mengatakan kata itu beroperasi dengan cara yang berbeda. Beberapa
jenis kata dapat digunakan untuk merujuk misalnya nama, sedangkan yang lain mungkin
tidak misalnya jenis kata yang masuk katagori kata-kata logika. Beberapa jenis kata hanya dapat ditafsirkan
dalam konteks tertentu saja misalnya kata ganti, sedangkan yang lain digunakan
dalam berbagai macam konteks misalnya kata yang masuk dalam katagori kata-kata
logis; dan seterusnya. Tampaknya juga bahwa hubungan semantik akan cenderung berbeda
antara anggota dari kelompok yang sama, bukan di seluruh kelompok, sehingga
hubungan semantik antara kata benda umum seperti pria wanita, hewan dan lainnya
lebih jelas daripada antara setiap kata benda dengan kata-kata seperti dan,
atau, tidak, dan sebaliknya.
Kata kunci: Kategori gramatikal; Kategori gramatikal; Kategori gramatikal; Kategori gramatikal Kategori gramatikal Kategori gramatikal; Kategori gramatikal
Sumber Bacaan / Daftar Pustaka
Sumber Bacaan / Daftar Pustaka
Chaer,
Abdul. 2009. Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta.
------------------------. Sintaksis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta.
Fromkin,
Victoria dan Robert Rodman. 1998. An
Introduction to Language (Edisi ke-6). Orlando : Harcourt Brace
College Publishers.
Lyons, John.
1996/1995. Linguistic Semantics. Cambridge : Cambridge University Press.
Matthews,
Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford : Oxford University
Press.
Russo, Vito.
1993. History of Motion Pictures. Microsoft
Encarta 96 Encyclopedia © 1993-1995
Microsoft Corporation.
Saeed, John.I.
2000/1997. Semantics. Oxford:
Blackwell Publishing Ltd.
Tidak ada komentar