Guru
Penelitian
Analisis Data Dalam Studi Kasus Dan Cara Mengakhiri Pengumpulan Data Dalam Studi Kasus
Menganalisis data studi kasus adalah suatu hal yang sulit
karena strategi dan tekniknya belum teridentifikasikan secara baik. Tetapi
setiap penelitian hendaknya dimulai dengan strategi analisis yang umum yang
mengandung prioritas tentang apa yang akan dianalisis dan mengapa. Demikian pun
dengan studi kasus, oleh karena itu Creswell memulai pemaparannya dengan
mengungkapkan tiga strategi analisis penelitian kualitatif, yaitu: strategi
analisis menurut Bogdan & Biklen (1992), Huberman & Miles (1994) dan
Wolcott (1994). Menurut Creswell (1998:153), untuk studi kasus seperti halnya
etnografi analisisnya terdiri dari “deskripsi terinci” tentang kasus beserta
settingnya. Apabila suatu kasus menampilkan kronologis suatu peristiwa maka
menganalisisnya memerlukan banyak sumber data untuk menentukan bukti pada
setiap fase dalam evolusi kasusnya. Terlebih lagi untuk setting kasus yang
“unik”, kita hendaknya menganalisa informasi untuk menentukan bagaimana
peristiwa itu terjadi sesuai dengan settingnya.
Stake (Creswell, 1998:63) mengungkapkan empat
bentuk analisis data beserta interpretasinya dalam penelitian studi kasus,
yaitu: (1) pengumpulan kategori, peneliti mencari suatu kumpulan dari
contoh-contoh data serta berharap menemukan makna yang relevan dengan isu yang
akan muncul; (2) interpretasi langsung, peneliti studi kasus melihat pada satu
contoh serta menarik makna darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini
merupakan suatu proses dalam menarik data secara terpisah dan menempatkannya
kembali secara bersama-sama agar lebih bermakna; (3) peneliti membentuk pola
dan mencari kesepadanan antara dua atau lebih kategori. Kesepadanan ini dapat
dilaksanakan melalui tabel yang
menunjukkan hubungan antara dua kategori; (4) pada akhirnya, peneliti
mengembangkan generalisasi naturalistik melalui analisa data, generalisasi ini
diambil melalui orang-orang yang dapat belajar dari suatu kasus, apakah kasus
mereka sendiri atau menerapkannya pada sebuah populasi kasus. Lebih lanjut
Creswell menambahkan deskripsi kasus sebagai sebuah pandangan yang terinci
tentang kasus. Dalam studi kasus “peristiwa penembakan”, kita dapat
menggambarkan peristiwa itu selama dua minggu, menyoroti pemain utamanya,
tempat dan aktivitasnya. Kemudian mengumpilkan data ke dalam 20 kategori dan
memisahkannya ke dalam lima pola. Dalam bagian akhir dari studi ini kita dapat
mengembangkan generalisasi tentang kasus tersebut dipandang dari berbagai
aspek, dibandingkan, dibedakan dengan literatur lainnya yang membahas tentang
kekerasan di kampus.
Dari paparan di atas dapat diuraikan bahwa
“persiapan terbaik” untuk melakukan analisis studi kasus adalah memiliki suatu
strategi analisis. Tanpa strategi yang baik, analisis studi kasus akan
berlangsung sulit karena peneliti “bermain dengan data” yang banyak dan alat
pengumpul data yang banyak pula.
Untuk Robert K. Yin (1998:63)
merekomendasikan enam tipe sumber informasi seperti yang telah dikemukakan pada
bagian pengumpulan data. Tipe analisis dari data ini dapat berupa analisis
holistik, yaitu analisis keseluruhan kasus atau berupa analisis terjalin, yaitu
suatu analisis untuk kasus yang spesifik, unik atau ekstrim. Lebih lanjut Yin
(1998:140-150) membagi tiga teknik analisis untuk studi kasus, yaitu (1)
penjodohan pola, yaitu dengan menggunakan logika penjodohan pola. Logika
seperti ini membandingkan pola yang didasarkan atas data empirik dengan pola
yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi alternatif). Jika kedua pola
ini ada persamaan, hasilnya dapat menguatkan validitas internal studi kasus
yang bersangkutan; (2) pembuatan eksplanasi, yang bertujuan untuk menganalisis
data studi kasus dengan cara membuat suatu eksplanasi tentang kasus yang
bersangkutan dan (3) analisis deret waktu, yang banyak dipergunakan untuk studi
kasus yang menggunakan pendekatan eksperimen dan kuasi eksperimen.
1.
Penjodohan
Pola
Membandingkan
pola yang didasarkan atas empiri dengan pola yang diprediksikan (prediksi
alternatif). Jika kedua pola ini ada persamaan, maka menguatkan validitas
internal studi kasus. Jika studi kasus eksploratoris, polanya berhubungan
dengan variabel dependen / independen dari penelitian. Jika studi kasus
deskriptif, maka penjodohan pola akan relevan dengan pola variabel–variabel
spesifik yang diprediksi dan ditentukan sebelum pengumpulan data.
a. Variabel-variabel Nonequivalen sebagai Pola
Desain Variabel
Nonequivalen yang Dependen : Pola variabel dependen yang berasal dari salah
satu desain penelitian kausal eksperimen potensial. Artinya eksperimen atau
kuasi eksperimen bisa mempunyai banyak variabel dependen (keanekaragaman hasil)
b. Eksplanasi Tandingan sebagai Pola
Terakulasi pada
istilah operasional. Karakteristiknya : masing-masing mencakup pola variabel
independen yang terungkap (contoh : jika eksplanasi valid, maka yang lain tidak
valid). Kehadiran Variabel independen tertentu mengeluarkan kehadiran variabel
independen yang lain. Dapat digunakan untuk kasus tunggal dan multikasus.
c. Pola-pola yang Lebih Sederhana
Mempunyai jenis
minimal dari variabel-variabel dependen atau independen. Kasus yang sederhana,
ada dua variabel dependen yang berbeda, penjodohan pola dimungkinkan dengan
pola yang berbeda untuk kedua variabel yang telah ditetapkan.
Ketepatan
Penjodohan Pola : Prediksi pola variabel dependen yang nonequivalen, pola yang
didasarkan atas penjelasan tandingan (pola sederhana),serta perbandingan antara
pola yang diprediksi dan pola aktual bisa tak mencakup kriteria kuantitatif /
statistik.
2.
Pembuatan
Eksplanasi
Tujuannya untuk
menganalisis data studi kasus dengan membuat eksplanasi tentang
karya tersebut. Menunjukkan bagaimana eksplanasi tidak dapat
dibangun hanya atas serangkaian peristiwa aktual studi kasus.
a Unsur-unsur Eksplanasi
Pembuatan
eksplanasi dalam bentuk narasi, karena tidak bisa persis. Studi kasus yang baik
adalah eksplanasinya mencerminkan proposisi yang signifikan secara teoritis.
b. Hakikat Perulangan dalam Pembuatan Eksplanasi
·
Membuat
pernyataan teoritis/proposisi awal tentang kebijakan / perilaku sosial
·
Membandingkan
temuan kasus awal dengan pernyataan / proposisi
·
Memperbaiki
pernyataan / proposisi
·
Membandingkan
perbaikan dengan fakta-fakta yang ada
·
Mengulangi
proses sebanyak mungkin jika perlukan
c. Persoalan-persoalan Potensial dalam
Pengembanagn Eksplanasi
Acuan
diletakkan pada tujuan asal inkuiri dan eksplanasi alternatif bisa mengurangi
persoalan potensial. Pengamanannya yaitu : Penggunaan berkas studi kasus ,
penetapan data dasar untuk setiap kasus, serta rangkaian bukti selanjutnya.
3.
Analisis
Deret Waktu
Makin rumit dan
tepat pola, makin tertumpu analisis deret waktu pada landasan yang kokoh bagi
penarikan konklusi studi kasus.
a.
Deret
Waktu Sederhana
Dalam deret
waktu hanya ada variabel dependen atau independen saja. Logika esensial yang mendasari
desain deret waktu adalah pasangan antara kecenderungan butir-butir data dalam
perbandingannya dengan :
·
Kecenderungan
signifikan teoritis yang ditentukan sebelum permulaan penelitian
·
Kecenderungan
tandingan yang ditetapkan sebelumnya
·
Kecenderungan
atas dasar perangkat / ancaman terhadap validitas internal
b.
Deret
Waktu yang Kompleks
Disebabkan jika
kecenderungan kasus dipostulasikan lebih kompleks. Deret waktu yang lebih
kompleks melahirkan persoalan yang lebih besar bagi pengumpulan data, sehingga
mengarah pada kecenderungan lebih elaboratif yang membuat analisis lebih
mantap. Pola deret waktu yang diprediksi dan aktual, jika keduanya sama-sama
kompleks, akan menghasilkan bukti yang kuat untuk proposisi teoritis awal.
c.
Kronologis
Bisa dipandang
sebagai bentuk khusus dari analisis deret waktu, berfokus langsung pada
kekuatan utama studi kasus yang telah diketengahkan sebelumnya (studi kasus
memungkinkan peneliti melacak peristiwa lebih dari waktu biasa). Kronologi mencakup
beberapa tipe variabel dan tak terbatas pada variabel tunggal/ganda saja. Jenis
keadaan tertentu dalam teori eksplanatoris :
·
Peristiwa
terjadi sebelum peristiwa lain (urutan kebalikannya tidak terjadi)
·
Kejadian
harus diikuti oleh kejadian yang lain atas dasar kontingensi
·
Peristiwa
hanya bisa mengikuti peristiwa lain setelah lintasan waktu diprediksi
·
Periode
waktu tertentu ditandai oleh kelompok kejadian berbeda secara substansial dari
kejadian periode waktu lainnya
d.
Kondisi-kondisi
untuk Analisis Deret Waktu
Jika penggunaan
analisis deret waktu relevan dengan studi kasus, bentuk yang esensial adalah
identifikasi indikator spesifik yang perlu dilacak, juga interval waktunya.
Sehingga data yang relevan dikumpulkan terlebih dahulu dan dianalisis secara
tepat.
Selain ketiga teknik analisis untuk studi kasus di atas, yang
dikatagorikan sebagai bentuk analisis yang dominan. Yin (1998:140-150) juga menambahkan tiga Bentuk-Bentuk
Analisis yang kurang Dominan, yakni
1.
Menganalisis
Unit-unit Terjalin
Yaitu unit yang
kurang dominan daripada kasusnya sendiri, banyak butir data telah terkumpul,
pendekatan-pendekatan analisis yang relevan mencakup hampir setiap teknik dalam
ilmu sosial. Contoh : Respons terhadap suatu survey. Dalam studi kasus,
analisis unit terjalin dilakukan di dalam masing-masing kasus.
2.
Membuat
Observasi Berulang
Adalah bentuk
analisis yang kurang diminati, dilakukan secara lembur (disebut tipe analisis
deret waktu khusus). Tetapi hanya bisa dilakukan atas basis lintas-bidang. Sehingga
dipandang sebagai pendekatan analisis yang terlepas dari analisis deret waktu.
3.
Mengerjakan
Survei Kasus: Analisis Sekunder Lintas Kasus
Ada 2
pendekatan yaitu : pertama, survey kasus merupakan pendekatan analisis lintas
kasus dan tidak sama dengan analisis kuantitatif Kedua, dalam teknik analisis
lintas kasus survey mempunyai keterbatasan ketat dalam kaintannya dengan
analisis multi kasus. Survey kasus akan memperoleh generalisasi teoritis atau
statistik. Survey kasus merupakan teknik relevan untuk tujuan penelitian
eksplisit (analisis sekunder). Teknik survey kasus dapat meminimalkan bias-bias
dan merupakan teknik yang diinginkan jika diaplikasikan (tapi tidak dipandang
sebagai analisis dominan).
Creswell mengemukakan bahwa dalam studi kasus
melibatkan pengumpulan data yang banyak karena peneliti mencoba untuk membangun
gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Untuk diperlukan suatu analisis yang
baik agar dapat menyusun suatu deskripsi yang terinci dari kasus yang muncul.
Seperti misalnya analisis tema atau isu, yakni analisis suatu konteks kasus
atau setting dimana kasus tersebut dapat menggambarkan dirinya sendiri. Peneliti mencoba untuk menggambarkan studi ini
melalui teknik seperti sebuah kronologi peristiwa-peristiwa utama yang kemudian
diikuti oleh suatu perspektif yang terinci tentang beberapa peristiwa. Ketika banyak
kasus yang akan dipilih, peneliti sebaiknya menggunakan analisis dalam-kasus
yang kemudian diikuti oleh sebuah analisis tematis di sepanjang kasus tersebut
yang acapkali disebut analisis silang kasus untuk menginterpretasi makna dalam
kasus.
Cara Mengakhiri Pengumpulan Data dalam Studi
Kasus
Batas
akhir penelitian dalam Studi kasus tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti
dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah,
kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Peneliti pengakhiri pengumpulan
data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau sudah tidak
ditemukan lagi data baru.
Setelah
mengakhiri pengumpulan data selanjutnya peneliti melakukan melakukan analisis
dan penyimpulan dari hasil penelitian yang digunakan untuk mengecek kembali
kepada konsep atau teori yang telah dibangun pada tahap pertama penelitian.
Analisis dan penyimpulan dapat dilakukan pula dengan dengan mengkaji
saling-silangkan hasil-hasil penelitian dari setiap kasus. Hasil analisis dan
penyimpulan di gunakan untuk menetapkan atau memperbaiki konsep atau teori yang
telah dibangun pada awal tahapan penelitian.
Tidak ada komentar