FGI
Penelitian
Laporan Hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS): Upaya Meningkatkan Profesional Guru Melalui Penerapan Konsep Emaslim di SMP Negeri 1 Suralaya
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah
Peningkatan kualitas
pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif baik
itu dalam skala nasional maupun daerah. Namun dari berbagai faktor mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Meskipun begitu, nampak
jelas sebagian sekolah terutama di daerah pelosok belum menunjukkan peningkatan
mutu pendidikan yang jelas. Hal ini sungguh memperihatinkan bagi praktisi
pemerhati bidang pendidikan.
Menanggapi
permasalahan tersebut, salah satu pendekatan alternatif yang dapat menjadi
pilihan pemerintah dimasa sekarang ini adalah pendekatan khusus untuk
melibatkan peran aktif masyarakat. Sebagai salah satu daerah memiliki hak
istimewa dalam bidang pendidikan Daerah Istimewa Aceh dapat menjalani roda
pemerintahan dengan lebih leluasa terutama dalam mengatur bidang pendidikan,
untuk mencapai hasil yang optimal.
Sekolah merupakan
tempat penyelenggaraan kegiatan edukatif dan proses belajar mengajar. Sekolah
seharusnya memiliki tenaga pendidik profesional untuk mendukung
terselenggaranya proses belajar mengajar secara lancer. Karena keberhasilan
suatu proses belajar mengajar sangat tergantung kepada ketersediaan tenaga
pendidik, selain faktor pendukung lainnya keberhasilan proses belajar mengajar
mencerminkan peran guru yang sangat signifikan terhadap dunia pendidikan.
Kosekuensi paling
utama dalam tugas guru adalah yang berkaitan dengan akuntabilitas program
pendidikan. Dengan demikian tugas guru selaku tenaga pendidik dibidang
pendidikan dalam hubungannya dengan akuntabilitas program pendidikan sangatlah
berat, karena harus memberikan pelayanan kepada murid pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Guru adalah seorang yang bertanggung jawab penuh terhadap
peningkatan prestasi murid di sekolah. Sehingga dengan peningkatan keterampilan
guru dalam mengajar akan menghasilkan prestasi siswa yang tinggi, dengan kata
lain bahwa tingginya prestasi siswa tercermin dari professional guru.
Sehubungan dengan kedudukan guna Suryosubroto (1992:5) menyatakan bahwa:
“Didalam situasi
belajar mengajar, guru adalah leader dan bertanggung jawab penuh atas
kepemimpinannya itu. Ia tidak memberikan instruksi-instruksi dan tidak berdiri
di bawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri setelah masuk dalam
situasi kelas”.
Undang-undang
Republik Indonesia telah menetapkan guru sebagai tenaga pendidik professional
dengan tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak dari jalur pendidikan
formal, baik itu pendidikan dasar dan menengah. Guru adalah pelaksana
pendidikan di sekolah yang langsung berinteraksi dengan peserta didik dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam Proses Belajar Mengajar(PBM).
Syarifuddin
(1992:2)menambahkan bahwa:
“Guru sebagai salah
satu komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), memiliki posisi yang
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Karena fungsi utama guru adalah
merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran”.
Sekarang ini banyak
ditemukan berbagai kendala terhadap guru dalam peningkatan profesionalnya “ hal ini tentu saja membawa pengaruh
terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan”. Berbagai kendala terhadap
professional guru, Mulyasa (1995:15) yaitu:
Tidak adanya
kesesuaian disiplin ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi dengan mata
pelajaran yang diajarkan,
Tidak mempunyai
kompeten untuk menjadi guru,
Tidak menuasai bahan
pelajaran,
Tidak memiliki metode
pelajaran yang baik,
Belum memiliki
kemampuan memahami makna pengelolaan kelas, dan
Sering melalaikan
tugas.
Kepala sekolah adalah
pemimpin tertinggi di sebuah sekolah yang bertugas menggalang seluruh unsure komponen
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dengan mengarahkan
segenap kemampuan salam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi komponen-komponen disekolah sebagai suatu bentuk proses untuk
menciptakan visi menjadi aksi dengan memanfaatkan berbagai kekuatan yang ada.
Sebagai seorang
pemimpin kepala sekolah bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah yang dipimpin, selai itu juga
kepala sekolah mempunyai benyak peran berkaitan dengan hal tersebut.
Mulyasa (1995:98)
menyatakan:
“Peran kepala sekolah
bila dikajhi secara lebih luas adalah sebagai educator, manajer, administrator,
supervisor, leader, innovator dan motivator”.
Peran kepala sekolah
sebagai leader, bertanggung jawab penuh terhadap peningkatan kualitas sumber
daya manusia khususnya guru sebagai ujung tombak pendidikan dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
professional guru adalah dengan pembinaan dan pengembangan kualitas mengajar
guru. Sedemikian pentingnya pelaksanaan pembinaan guru yang dilakukan kepala
sekolah yang bertindak sebagai supervisor, Fattah (1994:80) menyatakan bahwa :
“Upaya pembinaan
profesi guru perlu dilakukan didalam suatu sistem sehingga pembinaan profesi
guru akan menjadi kegiatan yang bersifat terus menerus dan terprogram. Demikian
pentingnya pengembangan mutu kinerja guru dalam mewujudkan lembaga pendidikan
yang bermutu, maka program pengembangan yang demikian merupakan salah satu
pilihan yang urgensi untuk dilaksanakan dalam peningkatan mutu pendidikan,
Karena salah satu indikator mutu pendidikan adalah mutu kinerja guru”.
Pengamatan awal,
peneliti menemukan berbagai masalah yang perlu dipaparkan terhadap strategi
kepala sekolah dalam meningkatkan profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya antara
lain:
kepala sekolah
sebagai pemimpin dalam mengambil kebijakan belum menyentuh semua guru,
kepala sekolah
sebagai supervisor dalam melaksanakan teknik-teknik pembinaan masih belum
optimal,
kurangnya tindak
lanjut pembinaan yang dilakukan kepala sekolah, dan
guru masih kurang
berinovasi dan kreatif dalam melaksanakan tugasnya.
Guru sebagai tenaga
kerja profesional dituntut memiliki kompetensi dalam mendidik dan mengajar.
Kompetensi profesional guru, Hamalik (1996:39) menyatakan:
“Guru sebagai
profesional dan melakasanakan fungsi dan tujuan sekolah berdasarkan
kompetensi-kompetensi yang dimilikinya yaitu tanggung jawab moral, tanggung
jawab dalam bidang pendidikan di madrasah. Tanggunga jawab guru dalam bidang
kemasyarakatan dan tanggung jawab dalam bidang keilmuan”.
Sehubungan dengan
kompetensi profesional guru, Mulyasa (1995:38) mengemukakan :
Bertanggung jawab
terhadap norma moral dan sosial tentang tindakannya baik di sekolah maupun di
masyarakat,
Menguasai secara
mendalam bahan pelajaran yang akan diajarkan, serta cara penyampaian kepada
siswa,
Mampu mengambil keputusan yang tepat secara
mandiri berkenaan dengan pembelajaran, kondisi peserta didik dan lingkungan,
Memiliki sikap wibawa
dalam hal emosional, spiritual, dan intelektual,
Memiliki kelebihan
dalam bidang ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang mata pelajaran yang akan diajarkan,
Disiplin dalam
melaksanakan tugas, tepat waktu dan mematuhi segala peraturan yang berlaku,
Bertanggung jawab
memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi.
Strategi kepala
sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam meningkatkan profesional guru dapat
dilakukan dalam berbagai cara, midalnya dengan mengadopsi konsep kepemimpinan
Emaslim yang biasa diterapkan pada sekolah berorientasi agama, misalnya
madrasah. Untuk mengadopsi dan menerapkan konsep ini dari sekolah berorientasi
agama ke sekolah yang berorientasi nasional seperti SMP, tentu saja diperlukan
suatu penelitian dalam mengungkapkannya. Berdasarkan permasalahan tersebut maka
peneliti tertarik untuk mengkaji cara dan langkah penerapan konsep Emaslim
untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitas guru di SMP Negeri 14 Bireun.
Dengan begitu peneliti mengangkat judul : “Simulasi Penerapan Konsep Emaslim
Guna Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Keprofesionalan Guru (Suatu Studi Pada SMP
Negeri 1 Suralaya )”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah diungkapkan diatas, peneliti dapat menuliskan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah strategi penerapan konsep
Emaslim oleh kepala sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam meningkatkan
profesional guru pada SMP Negeri 1 Suralaya ?”
3. Tujuan Penelitian
Tujuan utama
penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi penerapan konsep Emaslim oleh kepala
sekolah dalam meningkatkan profesional guru pada SMP Negeri 1 Suralaya .
Tujuan khusus yang
ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui:
Strategi kepala
sekolah dalam menerapkan peran sebagai educator dalam meningkatkan profesional
guru di SMP Negeri 1 Suralaya ,
Strategi kepala
sekolah dalam menerapkan manajemen dalam meningkatkan profesional guru di SMP
Negeri 1 Suralaya ,
Strategi kepala
sekolah dalam menerapkan peran sebagai administrator dalam meningkatkan
profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya ,
Strategi kepala
sekolah dalam menerapkan peran sebagai supervisor dalam meningkatkan
profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya .
4. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan tujuan
penelitian yang telah dirumuskan diatas, maka timbul pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
Bagaimana Strategi
kepala sekolah dalam menerapkan perannya sebagai educator dalam meningkatkan
profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya ?
Bagaimana Strategi
kepala sekolah dalam menerapkan perannya sebagai manajer dalam meningkatkan
profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya ?
Bagaimana Strategi
kepala sekolah dalam menerapkan perannya sebagai administrator dalam
meningkatkan profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya ?
Bagaimana Strategi
kepala sekolah dalam menerapkan perannya sebagai supervisor dalam meningkatkan
profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya ?
Bagaimana Strategi
kepala sekolah dalam menerapkan perannya sebagai leader dalam meningkatkan
profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya ?
Bagaimana Strategi
kepala sekolah dalam menerapkan perannya sebagai inovator dalam meningkatkan
profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya ?
Bagaimana Strategi
kepala sekolah dalam menerapkan perannya sebagai motivator dalam meningkatkan
profesional guru di SMP Negeri 1 Suralaya ?
B. Manfaat Penelitian
Secara umum
penelitian bermanfaat untuk para pembuat kebijakan agar dapat dijadikan bahan
rancangan sistem pembinaan guru yang lebih efektif di masa mendatang dan
departemen pendidikan Bireuen dalam meningkatkan komitmen dan program pembinaan
guru.
BAB II LANDASAN TEORI
1. Kepala Sekolah
Sebagai leader
Sekolah adalah suatu
organisasi yang bersifat unik dan kompleks. Artinya didalam organisasi tersebut
terdapat berbagai dimensi yang satu sama lainnya saling berkaitan dan saling
menentukan. SMP sebagai organisasi memiliki cirri-ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh organisasi-organisasi
lainnya. koordinasi tidak lian adalah tanggung jawab dari pimpinannya,
yaitu kepala sekolah sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan sekolah asalah
keberhasilan kepala sekolah.
Pengertian kepala
sekolah dapat dilihat dari kata pembentuknya, yaitu “kepala” dan “ sekolah” ,
“kepala”, diartikan sebagai “ketua” atau “pimpinan”, Wahjosumidjo (1990:84)
menyatakan :
“Kepala sekolah dapat
didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran. Mutu belajar mengajar di SMP sangat ditentukan oleh
keberadaan kepala sekolah, sehingga dapat dikatakan semakin berkualitas
kepemimpinan kepala sekolah, maka semakin baik
mutu sekolah yang dipimpinnya”.
Sudut pandang
manajemen pendidikan, kepemimpinan pendidikan meliputi kepedulian terhadap
usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan yang dipimpinnya.
Dalam hal ini mutu pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan satuan
pendidikan baik teknis maupun pengelolaan yang profesional yang mendukung
proses belajar mengajar peserta didik sehingga mencapai prestasi belajar yang
optimal.
Kepemimpinan dapat
diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang lain yang diarahkan
terhadap pencapaian tujuan organisasi, kedudukan dan pengaruh. Mengenai hal
ini, Mulyasa (1995:118) menyatakan :
“kepemimpinan sebagai
keterampilan dan kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain baik yang
kedudukannya lebih tinggi, setingkat maupun yang lebih rendah daripadanya dalam
berpikir dan bertindak agar perilaku yang semula mungkin individualistik dan
egoistic berubah menjadi perilaku organisasional”.
Kemampuan dan
keterampilan pemimpin dalam mengarahkan adalah faktor penting dalam
produktivitas kerja organisasi. Konsep dasar kepemimpinan dalam meningkatkan
kerja organisasi. Menurut Siswanto (1997:155) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai:
“Sifat dan perilaku untuk mempengaruhi para
bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga membentuk jalinan kerja yang
harmonis dengan mempertimbangkan aspek efisien dan efekti untuk mencapai tingkat
produktivitas kerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”.
Sehubungan dengan
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah, Anwar (1994:188)
menyatakan :
“Kepemimpinan
pendidikan adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi personil di
lingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar melalui kerja sama mau bekerja
sama dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditentukan”.
Susilo (1997:188)
mengatakan : “ Ada empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
pendidikan, yaitu:
Kemampuan untuk
membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri sendiri dan guru-guru dan
anggota staf sekolh lainnya.
Kemampuan
mengorganisasikan dan membantu staf didalam merumuskan perbaikan pengajaran di
sekolah dalam bentuk program yang lengkap.
Kemampuan untuk
mendorong dan membimbing guru-guru serta segenap staf agar mereka dengan penuh
kerelaan dan tanggung jawab berpartisipasisecara aktif pada setiap usaha-usaha
mencapai tujuan-tujuan sekolah sebaik-baiknya.
Kemampuan untuk
membina dan memupuk kerja sama salam mengajukan dan melaksanakan program-
program supervise.
Sebagai pengelola
pensisikan berartikepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi
sekolah dengan seluruhnya substansinya. Disamping itu, kepala sekolah
bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka
mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Karena itu, sebagai pengelola kepala
sekolah harus memiliki tugas untuk membangkitkan dan mengembangkan kinerja para
personal (terutama para dewan guru) kearah profesional yang diharapkan,
Burhanuddin (1995:30) menyatakan:
“Kepala sekolah
mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan,
mengawasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan pendidikan di sekolah dengan
perincian mengatur proses belajar mengajar, mengatur administrasi kantor,
mengatur administrasi murid, mengatur administrasi pegawai, mengatur
administrasi kelengkapan, mengatur administrasi keuangan, mengatur administrasi
perpustakaan, mengatur pembinaan kemuridan dan mengatur hubungan sekolah dengan
masyarakat”.
Sebagai pimpinan
formal kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan
melalui upaya menggerakkan para bawahannya. Dalam hal ini kepala sekolah
bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik yang berhubungan
pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi
terlaksananya PBM ( Proses belajar Mengajar) secara efisien.
Usaha untuk
memberdayakan para personil dapat dilaksanakan melalui pembagian tugas secara
proporsional. Agar kerja sama dan tugas-tugas yang dimaksudkan dapat berjalan
secara efektif dan efisien maka diperlukan upaya dan usaha. Kepala sekolah juga
dituntut untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan mengendalikan perilaku bawahan
kea rah pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Disinilah letak fungsi
kepemimpinan dalam penyelenggaraanpendidikan sekolah. Anwar (1994:79)
menyatakan:
“Kepemimpinan dan pengelolaan
sekolah menuntut kepala sekolah untuk memiliki:
Kemampuan dan
pengetahuan tentang tujuan proses dan teknologi yang melandasi pendidikan di
setiap jenjang sekolah, dan
Komitmen kepada
perbaikan profesional secara terus menerus”.
Kepala sekolah sebagai
pemimpin pengajaran harus bertanggung jawab dalam mengembangkan kepemimpinan
pengajaran dalam memajukan dan memperlancar pemerataan kesempatan pendidikan
dan mampu menggerakkan potensi organisasi sekolah untuk perbaikan pembelajaran.
Selaku pemimpin pengajaran disekolah, kepala sekolah harus menjalankan
fungsinya dalam mengembangkan potensi pembelajaran yang ada.
Selain fungsi diatas,
kepala sekolah sebagai pemimpin pengajaran harus bertanggung jawab dalam
penggunaan dan pemeliharaan gedung sekolah sesuai dengan fungsinya. Peran
kepala sekolah dalam hal ini menyusun jadwal penggunaan seluruh gedung dan
mengatur pemeliharaannya. Kepala sekolah melibatkan staf-stafnya untuk merawat
gedung sekolah, perlengkapan dan perbekalan yang dimilki sekolah.
Sumijo (1995:20)
mengemukakan bahwa kepala sekolah yang berhasil dapat dilihat dari :
Pengetahuan dan
partisipasi didalam aktivitas kelas,
Keterkaitan terhadap
perbaikan pengajaran,
Usaha membantu
efektivitas program tentang hal-hal dengan pengajaran,
Pemantauan terhadap
penggunaan efektivitas waktu pelajaran,
Memiliki sikap
positif ke arah para guru, pustakawan, “yang berkaitan”, laboran, tenaga
administrasi dan para siswa.
Dari kutipan di atas,
dapat dijelaskan bahwa indikator keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan
tugasnya sebagai kepala pengajaran, sehingga efektivitas kegiatan pembelajaran
berhasil dengan baik. Hal ini akan terlihat pada kualitas peserta didik setelah
proses pembelajaran berakhir.
B. Peran Kepala
Sekolah
Bidang
pendidikan SMP sebagai salah satu bentuk
organisasi lembaga pendidika, maka kepala sekolah berperan sebagai pemimpin
pendidikan adalah mewujudkan visi dan misi sekolah yang mengarah pada
peningkatan mutu pendidikan, pendapat Mulyasa (1993:23) yaitu:
“Visi adalah daya
pandang yang jauh, mendalam dan luas yang merupakan daya pikir abstrak yang
memiliki kekuatan sangat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik,
waktu dan tempat. Oleh karena itu visi adalah kunci energi manusia. Kunci
atribut kepemimpinan pendidikan. Visi dipandang sebagai suatu inovasi dalam
proses manajemen pendidikan. Karena baru akhir-akhir ini disadari dan ditemukan
bahwa visi sangat mendominasi peranannya dalam proses pembuat keputusan
pimpinan dan dalam perbuatan kebijakan dan menyusun strategi”.
Pihak sekolah dalam
menggapai visi dan misi pendidika perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah
dalam menjalankan roda kepemimpinannya, meskipun pengangkatan kepala sekolah
tidak dilakukan secara sembarangan, bahkan diangkat dan guru yang sudah
berpengalaman atau mungkin sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah,
namun tidak dengan sendirinya membuat kepala sekolah menjadi profesional dalam
melakukan tugas. Berbagai kasus menunjukkan masih banyak kepala sekolah yang
terpaku dengan urusan-urusan administrasi, yang sebenarnya bisa dilimpahkan
kepada tenaga administrasi. Dalam pelaksanaan fungsinya sebagai kepala sekolah
merupakan pekerjaan yang sangat berat, yang menuntut kemampuan ekstra.
Perspektif ke depan
mengisyaratkan bahwa kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai figure
dan mediator, bagi perkembangan masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian
pekerjaan kepala sekolah semakin hari semakin banyak dan meningkat dan akan
selalu meningkat sesuai dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan. Semua
itu harus dipahami oleh kepala sekolah dan yang lebih penting adalah bagaimana
kepala sekolah mampu mengamalkan dan menjadikan hal tersebut dalam bentuk
tindakan nyata di sekolah. Peleksanaan peran, fungsi dan tugas tersebut tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, karena saling berkaitan satu sama lainnya dan
saling mempengaruhi serta, serta menyatu
dalam pribadi seorang kepala sekolah yang profesional.
Kinerja kepala
sekolah tidak hanya meningkatkan tanggung jawab dan otoritasnya dalam
program-program sekolah, kurikulum dan keputusan personel, tetapi juga
mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas keberhasilan murid dan
programnya Nurkolis (1993:119) menyatakan:
“Kepala sekolah harus
pandai dalam memimpin, pendelegasian tugas, edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator dan motivator”.
Sebagai Edukator
Sebagai Edukator
(pembimbing), kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.
Sebagai Manajer
Peran sebagai manajer,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan guru
melalui kerja sama yang kooperatif, member kesempatan kepada guru untuk
meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh guru dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah.
Sebagai Administrator
Kepala sekolah
sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai
aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan
pendokumenan seluruh program sekolah. Nurkolis (1993:121) menyatakan:
“sebagai
administrator maka kepala sekolah memiliki dua tugas utama, pertama, sebagai
pengendali struktur organisasi yaitu mengendalikan bagaimana cara pelaporan,
dengan siapa tugas tersebut harus dikerjakan dan dengan siapa berinteraksi dalam
mengerjakan tugas tersebut. Kedua, melaksanakan administrasi subtansif yang
mencakup administrasi kurikulum, kesiswaan, personalia keuangan, saran dan
prasarana hubungan dengan masyarakat dan administrasi umum”.
Kegiatan tersebut
perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas
sekolah, kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan dalam
penyusunan kelengkapan data administrasi peserta didik, penyusunan kelengkapan
data administrasi kegiatan ekstrakurikuler, dan menyusun kelengkapan data
administrasi hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik.
Kemampuan mengelola
administrasi personalia harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data
administrasi tenaga guru; serta pengembangan kelengkapan data administrasi guru
non-guru; seperti pustakawan, laporan pegawai tata usaha, penjaga sekolah, dan
teknisi. Kemampuan mengelola administrasisaran dan prasarana harus diwujudkan
dalam pengembangan kelengkapan data administrasi gedung dan ruang; pengembangan
dan administrasi mobile; pengembangan kelengkapan data administrasi Alat Mesin
Kantor (AMK); pengembangan kelengkapan data administrasi buku atau bahan
pustaka pengembangan kelengkapan data administrasi alat laboratorium serta
pengembangan kelengkapan data administrasi alat bengkel dan workshop.
Kemampuan mengelola
administrasi kearsipan harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data
administrasi surat masuk; pengembangan kelengkapan data administrasi surat
keluar; pengembangan kelengkapan data administrasi surat keputusan; dan
pengembangan kelengkapan data administrasi surat edaran.
Sebagai Supervisor
Beragamnya
permasalahan terhadap guru dalam meningkatkan kinerjanya tentu akan memberikan
pengaruh dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab. Umumnya, guru
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya tingkat tertentu mereka jujur dan
berprestasi. Tetapi belum banyak diantara mereka yang akuntabel dalam bekerja.
Belum banyak pendidik memberi rasa puas kepada stakeholders tentang proses dan
hasil kerjanya. Mengenai kewajiban lebih mengutamakan tugas pokok daripada
tugas sampingan cukup sulit dinilai, kecuali bila diadakan pengamatan khusus.
Pidarta (1990:280) mengatakan:
“Hampir semua
pendidik dewasa ini melaksanakan tugas sampingan, tetapi mana yang mereka
utamakan apakah tugas pokok atau tugas sampingan memang sulit diketahui. Hal
ini mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, mereka tidak merasa
cukup hidup dari gaji yang ada”.
Sebagai Leader
Berkaitan dengan
kepemimpinan Siagian (1997:117) menyatakan:
Tiga macam bentuk
gaya kepemimpinan, yaitu:
“Implementasinya
kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dan tiga sifat kepemimpinannya,
yakni demokratis, otoriter, laissez-faire”.
Berikut merupakan
uraian ketiga gaya kepemimpinan kepala sekolah:
Tipe demokratik
Tidak sedikit orang
yang mendambakan atasan yang tergolong sebagai pemimpin yang demokratik. Bahkan
ada pendapat yang mengatakan bahwa tipe inilah yang ideal. Cirri-ciri pokoknya
antara lain:
Menerima pendapat
yang mengatakan bahwa sumber daya manusia merupakan unsur yang paling strategik
dalam organisasi meskipun sumber daya dan dana lainnya tetap diakui sebagai
sumber yang penting, seperti uang dan modal mesin, materi, metode kerja, waktu,
dan informasi yang kesemuanya itu hanya bermakna apabila diolah dan digunakan
oleh manusia misalnya menjadi produk untuk dipasarkan kepada para konsumen yang
memerlukannya.
Mengakui hakikat dan martabat manusia. Dengan
demikian, berupaya untuk selalu memperlakukan para bawahan secara manusiawi.
Gaya kepemimpinan
yang demokratik rela dan mau melimpahkan wewenang pengambilan keputusan kepada
para bawahannya sedemikian rupa tanpa kehilangan kendali organisasional, dan
tetap bertanggung jawab atas tindakan para bawahannya itu.
Para bawahannya adalah
insane dengan jati diri yang khas dank arena itu harus diperlakukan dengan
mempertimbangkan kekhasannya itu.
Pemimpin yang
demokratik tangguh membaca situasi yang dihadapi dan dapat menyesuaikan gaya
kepemimpinannya dengan situasi tersebut.
Mendorong para
bawahan mengembangkan kreativitasnya untuk diterapkan secara inovatifdalam
pelaksanaan dan berkarya berupa ide, teknik, dan cara baru, dan didorong agar
tidak puas dengan keadaan yang sudah ada pada saat ini.
Tidak ragu-ragu
membiarkan para bawahannya mengambil resiko dengan catatan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh telah diperhitungkan dengan matang.
Pemimpin yang
demokratik bersifat mendidik dan membina, dalam hal bawahan berbuat kesalahan
dan tidak serta merta bersifat menghukum atau mengambil tindakan punitive.
Tipe Otoriter
Seorang pemimpin yang
tergolong sebagai orang yang otoriter memiliki ciri-ciri yang pada umumnya
negatif. Karena itu, tipe ini bukanlah merupakan tipe yang diandalkan, terutama
apabila dikaitkan dengan upaya meningkatkan produktivitas kerja. Ciri-ciri yang
menonjol pada tipe ini antara lain sebagai berikut:
Ciri pertama tadi
sering diikuti oleh ciri kedua yaitu kegemarannya menonjolkan diri sebagai
“penguasa tunggal” dalam organisasi. Tidak dapat menerima adanya orang lain
dalam organisasi yang potensial yang akan menyaingi dirinya. Orang yang
berpotensi demikian akan segera disingkirkannya.
Penonjolan diri yang
berlebihan sebagai simbol keberadaan organisasi, hingga cenderung bersikap
bahwa dirinya dan organisasi adalah identik. Napoleon yang berkata bahwa
“Negara adalah aku” merupakan contoh dari apa yang dimaksud. Dengan demikian,
yang bersangkutan memandang dan memperlakukan organisasi sebagai miliknya.
Pemimpin yang
otoriter biasanya dihinggapi “penyakit” “gila kehormatan” dan menggemari
berbagai upacara atau seremoni yang menggambarkan “kehebatannya”.
Tujuan pribadinya
identik dengan tujuan organisasi. Ciri ini merupakan “konsekuensi” dari tiga
ciri yang disebut terdahulu. Dengan ciri ini timbul persepsi kuat dalam dirinya
bahwa para anggota organisasi mengabdi padanya.
Karena pengabdian
para karyawan diinterpretasikan sebagai pengabdian kepadanya sendiri, loyalitas
para bawahan merupakan tuntutan yang sangat kuat. Demikian kuatnya, sehingga
“mengalahkan” kriteria kekaryaan yang lain seperti kinerja kejujuran.
Seorang pemimpin yang
otoriter biasanya menyadari bahwa gaya kepemimpinannya yang otoriteritu hanya
efektif jika yang bersangkutan menerapkan pengendalian dan pengawasan yang
ketat.
Tipe laissez-faire
Tipe ini ditandai oleh
ciri-ciri yang mungkin dapat dikatakan “aneh” dan sulit membayangkan situasi
organisasional dimana tipe ini dapat digunakan secara efektif. Ciri-ciri yang
menonjol ialah:
Memperlakukan bawahan
sebagai “rekan”,
Gaya santai yang
berangkat dari pandangan bahwa organisasi tidak menghadapi masalah yang serius,
Pemimpin tipe ini
tidak senang mengambil resiko dan lebih cenderung pada upaya mempertahankan
status quo.
Tipe ini gemar
melimpahkan wewenang kepada para bawahan dan lebih menyenangi situasi bahwa para
bawahanlah yang mengambil keputusan dan keberadaanya dalam organisasi lebih
bersifat suportif.
Enggan mengenakan
sanksi apalagi sanksi yang keras terhasap bawahan.
Keserasian dalam
interaksi organisasional dipandang sebagai etos yang perlu diperhatikan.
f. Sebagai Inovator
peran sebagai
inovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru mengintegrasikan
setiap kegiatan memberikan teladan kepada seluruh guru di sekolah, dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
Sehubungan dengan
peran ini, kepala sekolah sebagai inovator, Mulyasa (1995:119) mengemukakan:
“kepala sekolah
sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara
konstruktif, krestif, delegatif, integratif, rasional, dan objektif, pragmatif,
keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel”.
Berikut merupakan
peran kepala sekolah sebagai inovator, terhadap cara-cara melakukan pekerjaan:
Konstruktif,
dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di
sekolah, kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap guru agar
dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugasnya yang diembankan
kepada masing-masing guru.
Kreatif, dimaksudkan
bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala
sekolah harus berusahamencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan
tugasnya. Hal ini dilakukan agar para guru dapat memahami apa-apa yang
disampaikan kepala sekolah sebagai pemimpin, sehingga dapat mencapai tujuan
sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Delegatif,
dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di
sekolah, kepala sekolah harus berusaha mendelegasikan tugas kepada guru sesuai
dengan deskripsi tugasnya, jabatan serta kemampuan masing-masing.
Integratif,
dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di
sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga
dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan secara efektif, efisien dan
produktif.
g. Sebagai Motivator
sebagai Motivator, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para guru dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat itumbuhkan melalui
pengaturan lingkungan fisik pengaturan sarana kerja, disiplin. Dorongan
penghargaan secara efektif dan menyediakan berbagai sumber belajar melalui
pengembangan pusat sumber belajar (Mulyasa, 1995:121).
Nurkolis (1993:121)
menyatakan:
“kepala sekolah
sebagai motivator harus selalu memberikan motivasi kerja kepada guru, sehingga
mereka bersemangat dan bergairah dalam menjalankan tugasnya dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan”.
Motivasi kerja adalah
daya pendorong yang menyebabkan orang berbuat sesuatu. Motivasi merupakan salah
satu bagian terpenting dalam meningkatkan kinerja seseorang. Motivasi kerja
seseorang akan ditentukan oleh stimulusnya yang merupakan mesin penggerak
motivasi seseorang sehingga menimbulkan pengaruh perilaku seseorang.
Siswanto (1997:122)
menyatakan:
“Timbulnya motivasi
kerja seseorang ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu:
Kinerja,
Penghargaan,
Tantangan,
Tanggung jawab,
Pengembangan,
Keterlibatan, dan
Kesempatan.
3. Konsep Profesional
Pengertian Profesi
Guru sebagai pejabat
profesional dalam melaksanakan tugas agar benar-benar diterima oleh masyarakat
sebagai pejabat profesi maka harus memiliki ciri-ciri seperti dikemukakan
Pidarta (1992:265) sebagai berikut:
Bekerja sepenuhnya
dalam jam-jam kerja,
Pilihan pekerjaan itu
didasarkan pada motivasi yang kuat,
Memiliki perangkat
pengetahuan, ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan
latihan yang lama,
Membuat keputusan
sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau menangani klien,
Pekerjaan berorientasi
kepada pelayanan bukan untuk kepentingan pribadi,
Pelayanan itu
didasarkan kepada kebutuhan objektif klien,
Memiliki otonomi
untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan klien,
Menjadi anggota
organisasi profesi. Sesudah memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu,
Memiliki kekuatan dan
status yang tinggal sebagai ekspert dalam spesialisasinya, dan
Keahlian tidak boleh
diadvertensikan untuk mencari klien.
Profesi guru dalam
menjalankan tugas keguruan memerlukan pengetahuan khusus di bidangnya, terus
melakukan latihan-latihan agar pelaksanaan tugasnya barhasil dengan baik yang
berkaitan dengan kompetensi.
Soetjipto (1994:19)
juga mengemukakan kriteria profesi keguruan sebagai berikut:
Jabatan yang
melibatkan kegiatan intelektual,
Jabatan yang menggeluti
suatu batang tubuh ilmu khusus,
Jabatan yang yang
memerlukan persiapan profesional yang lama bandingkan dengan pekerjaan yang
memerlukan latihan harian belaka,
Jabatan yang
memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan,
Jabatan yang menjanjikan
karir hidup dan keanggotaan yang permanen,
Jabatan yang
menentukan baku (standarnya) sendiri,
Jabatan yang lebih
mementingkan layanan di atas kepentingan pribadi, dan
Jabatan yang
mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Berdasarkan pendapat
para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa profesi guru adalah suatu jabatan yang
melekat pada guru dan menuntut kemampuan guru dalam mendidik dan mengajar. Guru
hendaklah mempunyai bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian
kuat dan tegar serta berperikemanusiaan yang mendalam.
Pengertian
Profesional
Profesional mengacu
kepada sikap dan komitmen anggota profesi jabatan untuk bekerja berdasarkan
standar yang tinggi dank ode etik profesinya. Dikalangan masyarakat yang
bersangkutan kelak dikatakan tumbuh kembang profesional jika keprofesian
menjadi budaya pandangan. Paham dan pedoman hidup seseorang atau kelompok
masyarakat. Syarifuddin, Nasution (1994:29) menyatakan:
“Profesional adalah
suatu pekerjaan yang didasarkan kepada pendidikan dan pelatihan khusus dengan
tujuan memberikan layanan dengan keahliannya kepada orang lain dengan imbalan
dan gaji tertentu. Pekerjaan itu dilaksanakan seseorang apabila dia telah
mendapatkan ijazah tertentu sehingga tidak sembarang orang dapat melakukan pekerjaan
tersebut.
Profesional merupakan
suatu pekerjaan yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan
mengharuskan adanya pembayaran dalam pelaksanaannya kemampuan profeional
merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam melakukan aktifitas, karena
dengan adanya kemampuan profesional seseorang akan mampu melakukan sesuatu
sebagaimana yang diharapkan. Perilaku profesional merupakan otonomi atau
kemandirian dalam melaksanakan profesinya.
Seseorang yang
profesional harus mampu mandiri dalam mengambil keputusan dan mampu membebaskan
dirinya dari pengaruh luar dan interest pribadinya. Namun demikian prinsip
kemitraan kerja dengan berbagai pihak terkait tetap masih dibutuhkan dalam
rangka mengembangkan dan meningkatkan profesi yang digelutinya. Sehubungan
dengan hal tersebut, Makmun (1990:70) mengemukakan karakteristikseorang yang
profesional adalah:
Memiliki daya dan
citra unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya,
Mampu melakukan
sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional terhadap apa yang dilakukannya,
Menguasai perangkat
pengetahuan baik teori maupun seluk beluk apa yang menjadi pekerjaannya,
Menguasai
keterampilan tentang cara dan bagaimana cara melakukan tugasnya,
Memahami perangkat
persyaratan ambang tentang ketentuan kelayakan normative minimal kondisi dari
proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang dapat diterima
dari apa yang yang dilakukabnnya,
Memiliki kewenang
yang memancar atas penguasaan perangkat kompetensinya yang dalam batas waktu
tertentu dapat didemonstrasikan dan teruji.
Dari berbagai
pendapat diatas, profesional adalah keahlian khusus yang dimiliki seseorang
dalam melakukan suatu kegiatan. Syarat-syarat sebagai tenaga profesional,
yaitu:
Suatu jabatan yang
memiliki fungsi dan signifikasi sosial yang menentukan,
Jabatan yang menuntut
keterampilan,
Keahlian yang
dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan teori dan metode
ilmiah,
Jabatan itu
berdasarkan kepada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit
yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum,
Jabatan itu
memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama,
Proses pendidikan
untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai
profesional itu sendiri,
Dalam memberikan
layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik
yang dikontrol oleh organisasi profesi,
Tiap anggota profesi
mempunyai kebebasan dalam memberikan pendapat terhadap permasalahan profesi
yang dihadapinya,
Dalam prakteknya
melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas campur tangan orang luar,
dan
Jabatan ini mempunyai
prastise yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh karenanya memperoleh imbalan
yang tinggi pula.
Pengertian
Profesionalime dan Profesionalitas
Profesinalisme
merupakan penampilan seseorang sebagai profesional atai penampilan suatu
pekerjaan sebagai suatu profesi sehingga seseorang akan terlihat bagaimana
profesionalismenya tinggi, sedang, atau rendah (Supriadi, 1998:96) selanjutnya
Supriadi (1998:96) menyebutkan bahwa “profesionalisme juga mengacu kepada sikap
dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dank
ode etik profesinya”
Berikutnya makmun
(1990:49) menyatakan:
“Dikalangan orang
atau masyarakat yang bersangkutan telah dikatakan tumbuh kembang
profesionalisme jika konsepsi keprofesian itu telah menjadi budaya pandangan,
faham dan pedoman hidup seseorang atau kelompok orang atau masyarakat terentu.
Selanjutnya “Profesionalitas adalah ukuran kadar keprofesian”.
Pengertian
Profesionalisasi
Kemampuan profesional
seseorang dapat ditingkatkan dengan berbagai cara seperti menempuh lanjutan
pendidikan, penataran pelatihan dan berbagai kegiatan lainnya. peningkatan
profesional seseorang harus dilakukan secara sistematis, dalam arti perencanaan
yang matang, dilaksanakan secara taat asas dan di evaluasi secara objektif.
Proses membuat seseorang atau badan organisasi menjadi profesional disebut
profesionalisasi.
Nurdin (1995:14)
menyatakan:
“profesinalisasi
merupakan suatu proses dinamis yang terus menerus berkembang ke arah pencapaian
kriteria profesi yang ideal. Sehubungan dengan pengembangan profesional guru,
esensi pengembangan profesional yang dilakukan kepala sekolah dikatakan efektif
jika mampu meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya secara baik,
sehingga mampu mengubah perilaku guru ke arah yang lebih profesional. Bentuk
pengembangan dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Namun pada umumnya
pengembangan profesional yang dilakukan kepala sekolah adalah melalui kegiatan
supervisi pengajaran”.
4. Kompetensi Guru
Guru merupakan salah
satu komponen tenaga kependidikan yang memegang fungsi dan mengemban tanggung
jawab yang paling besar dalam proses pembelajaran, baik didalam kelas maupun
diluar kelas, termasuk pelaksanaan tugas-tugas bimbingan pengelolaan dan
bimbingan karir bagi peserta diluar. Selain tugas yang di emban guru demikian
banyak bertambah lagi dengan kemajuan iptek yang sangat cepat menuntut adanya
peningkatan kemampuan profesional guru, baik dilakukan secara pribadi, kelompok
maupun secara kelembagaan dan dilakukan secara kontinyu.
Kompetensi guru
adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam mentransfer ilmunya
kepada anak didik. Pada prinsipnya kompetensi seorang guru yang profesional
minimal harus ada empat komponen yaitu penguasaan materi atau bahan, metode,
alat, dan evaluasi. Ke empat itu tidaklah berdiri sendiri. Tetapi saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. guru sebagai pendidik
tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga
menyangkut pengembangan kepribadian, dan pembenarkan nilai-nilai etika dan
estetika para siswa dalam menghadapi tantangan hidup masyarakat.
Secara terperinci
mengenai profesional guru, Suryosubroto (1992:5) mengatakan bahwa pelaksanaan tugas
mengajar dengan baik, guru harus memiliki 5 kompetensi yang meliputi:
Mengelola kelas,
meliputi: mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran dan menciptakan iklim
belajar mengajar yang serasi,
Penggunaan media atau
sumber, meliputi: mengenal, memilih dan menggunakan media membuat alat bantu
pelajaran yang sederhana, menggunakan perpustakaan dalam proses pembelajaran,
menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan, menguasai
landasan-landasan pendidikan mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar,
dan menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.
Mengenai fungsi layanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah, meliputi: mengenal fungsi dan layanan program bimbingan
dan penyuluhan dan menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan,
Mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah.
Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan
pengajaran.
kompetensi guru di
atas merupakan profil kemampuan dasar yang harus dimiliki guru. Kompetensi
tersebut dikembangkan berdasarkan pada analisis tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh guru dalam membelajarkan anak didik. Melalui pengembangan
kompetensi profesi, diusahakan agar penguasaan akademis dapat terpadu secara
serasi dengan kemampuan mengajar. Hal ini perlu karena seorang guru diharapkan
mampu mengambil keputusan secara profesional dalam melaksanakan tugasnya yaitu
keputusan yang mengandung wibawa akademis dan praktis secara kependidikan.
Selanjutnya tugas
pedagogis seorang guru adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin,
Suryosubroto (1992:5) menyatakan:
“Didalam situasi
pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinan
yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan instruksi-instruksi dan tidak berdir
dibawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah masuk dalam
situasi kelas. Setelah masuk kelas tugas adalah sebagai pemimpin dan bukan
semata-mata mengontrol atau mengkritik”.
Berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah diuraikan diatas, Suryosubroto (1992:10) menyatakan
bahwa: “ tugas guru dalam proses belajar mengajar dapat dikelompokkan ke dalam
3 (tiga) kegiatan yaitu:
Menyajikan/melaksanakan
pengajaran, menyampaikan materi menggunakan metode mengajar, menggunakan
media/sumber mengelola kelas mengelola interaksi belajar mengajar.
Menyusun program
pengajaran: program tahunan pelaksanaan kurikulum, program caturwulan, program
satuan pelajaran, perencanaan program mengajar, dan
Melaksanakan evaluasi
belajar yang meliputi : menganalisis hasil evaluasi belajar melaporkan hasil
evaluasi belajar, dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
Akhirnya dapat
dikatakan, jika profesional guru sangat erat kaitannya dengan kompetensi yang
dimiliki seseorang guru sebagai tenaga pendidik pengajar.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
1. Pendidikan
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Melalui
metode ini, peneliti mengkaji secara komnperhensif terhadap fenomena-fenomena
dan kejadian yang terjadi di lokasi penelitian sesuai fokus permasalahan yang
telah ditentukan. Hakikatnya penelitian kualitatif berusaha mengamati orang
dalam lingkungan hidupnya berinteraksi dengan sesame, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Moleong (1990:9) mengatakan
penelitian kualitatif memiliki karakteristik dan ciri-ciri tertentu, yaitu:
Penelitian kualitatif
melakukan penelitian pada latar alamiah,
Peneliti merupakan
alat pengumpul data utama,
Menggunakan metode
kualitatif,
Analisis data secara
induktif,
Teori dasar,
Laporannya berisi
kutipan-kutipan data (secara deskriptif),
Lebih mementingkan
proses daripada hasil,
Adanya batas yang
ditentukan oleh fokus,
Adanya kriteria
khusus untuk keabsahan data,
Desain bersifat
sementara, dan
Hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama,
Penelitian ini,
peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian dan fokus perhatian pada upaya
pemahaman perilaku “sikap. Pendapat dan persepsi berdasarkan pandangan subjek
yang diteliti. Proses pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak
langsung dengan subjek penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian
dilaksanakan pada SMP Negeri 1 Suralaya . Penelitian dilaksanakan mulai bulan
April 1998 sampai tanggal 14 Juni 1998.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini
terdiri dari mereka yang dianggap dapat memberikan gambaran. Data dan informasi
yang diperlukan dalam penelitian. Sedangkan yang berhubungan dengan subjek
penelitian, bagian-bagian mana, onjek mana atau siapa saja yang akan dijadikan
sumber data. Hal ini sangat tergantung pada isi teori atau konsep yang
digunakan. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala SMP dan guru tetap pada SMP
Negeri 1 Suralaya .
4. Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah wawancara, obserasi dan dokumentasi. Agar data
diperoleh lebih valid peneliti melihat dokumentaso yang dipersiapkan oleh tata
usaha. Mulyana (1994:156) mengemukakan:
Penelitian kualitatif
bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pengalaman
orang-orang. Sebagaimana dirasakan orang- orang yang bersangkutan. Penelitian
kualitatif menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman
historis (dokumentasi) dan merupakan instrumen yang akurat untuk memperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Sedangkan untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan peran dan tugas kepala sekolah menerapkan
konsep Emaslim dalam meningkatkan profesional guru, peneliti menggunakan teknik
wawancara dengan pedoman pada pertanyaan yang telah dipersiapkan terhadap
kepala sekolah dan guru. Teknik observasi yang dilakukan oleh penelitia adalah
untuk melihat secara langsung kejadian terhadap proses pelaksanaan tugas kepala
sekolah menerapkan konsep Emaslim. Berikut merupakan uraian dari perencanaan
proses wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Wawancara proses
pengumpulan data melalui wawancara dilakukan dengan mencatat semua jawaban yang
diberikan oleh responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Pertanyaan yang diajukan berupa bagaimana pelaksanaan peran dan tugas kepala
sekolah menerapkan konsep Emaslim.
Mulyana (1994:180)
menyatakan:
“Wawancara adalah
bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dan seorang lainnya dengan mengajukan pertanyan-pertanyan,
berdasarkan tujuan tertentu”.
5. Teknik Analisa
Data
Analisa data dalam
penelitian ini akan dilakukan secara langsung berkesinambungan dari awal sampai
akhir proses penelitian. Adapun proses awal analisis data yaitu:
Tahap perencanaan,
Tahap pengumpulan
data,
Tahap pemisahan data,
Data yang telah
dipisahkan akan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian, dan
Tahap penyelesaian.
Sehubungan dengan
analisis data penelitian kualitatif, Arikunto (1992:12) menyatakan:
“Analisis data
kualitatif adalah proses mengatur dan mengorganisasikannya dalam setiap pola
dan situasi uraian dasar. Dengan demikian dalam menganalisis data diperlukan
daya kreatif dari peneliti untuk mengolah data menjadi bermakna”.
Teknik analisis data
dilakukan secara berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian, dilapangan
dan diluar lapangan, Moleong (1990:103) berpendapat:
Analisis data adalah
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan sesuai dengan
tujuan penelitian. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
dengan: (1) reduksi, (2)penyajian data, dan (3) verifikasi dan kesimpulan.
Proses analisis data
dalam penelitian ini meliputi (1)
reduksi, (2)penyajian data, dan (3) verifikasi dan kesimpulan. Reduksi data
yaitu membuat abstraksi dan seluruh data yang diperoleh dari hasil penelitian
di lapangan atau menelaah kembali keseluruhan data yang telah dikumpulkan (baik
melalui wawancara, observasi maupun studi dokumen sehingga akan ditemukan data
yang sesuai dengan kebutuhan untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan
penelitian.
Penyajian data adalah
pengelompokkan data yang ada sedemikian rupa sehingga data akan tersusun secara
sistematis untuk dapat diambil kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan upaya
memaknai data yang diperoleh. Verifikasi adalah proses untuk meyakinkan hasil
pengumpulan data dan pengolahan data secara triangulasi .
Triangulasi dilakukan
dengan tahapan-tahapan yang dapat mengabsahkan data. Setelah data diperoleh,
dilakukan pengecekan dengan melihat sumber data dan mengkonfirmasi dengan
berbagai sumber sehingga data yang ada akan memiliki kecenderungan yang sama
dan akan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Gambaran Umum SMP
Negeri 1 Suralaya
Berdasarkan SMP
negeri 1 Suralaya didasarkan keinginan masyarakat terhadap SMP bermutu, karena
saat itu sekolah seperti ini belum ada. Meningkatnya minat masyarakat terhadap
sekolah unggul pemerintah mangambil kebijakan member izin berdirinya SMP Negeri
1 Suralaya. SMP Negeri 1 Suralaya secara terus menerus melaksanakan programnya.
Hal ini dilakukan bukan hanya sekedar untuk melaksanakan tugas pokok yang
semata tetapi lebih dari itu adalah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan
yang semakin dituntut dapat memberikan layanan terhadap kebutuhan masyarakat
pengunaan jasa pendidikan.
SMP negeri 1 Suralaya
memiliki jumlah guru tetap sebanyak 17 orang, pesuruh 1 orang dan tenaga
kontrak 1 orang. Secara umum SMP Negeri 1 Suralaya memiliki 12 ruangan kelas, 1
ruangan kepala sekolah, 1 ruangan pustaka dan 1 ruangan UKS.
Kepala sekolah yang
bertanggung jawab berusaha mengetahui dan merumuskan visi sekolah yang
dipimpinnya. Jika visi belum ada, perlu dirumuskan dengan melibatkan semua pihak
yang berkepentingan (Stake holders) seperti murid, guru, pegawai, dan komite
sekolah. Selanjutnya visi itu disosialisasikan sehingga menjadi cita- cita
bersama.
Setelah visi
dirumuskan berikutnya adalah memikirkan bagaimana cara untuk merealisasikan. Cara
untuk meraih visi itulah yang disebut misi. Dengan kata lain, misi adalah
tindakan untuk mewujudkan visi (mengubah visi menjadi misi). Berdasarkan hasil
dokumentasi, visi dan misi SMP Negeri 1 Suralaya adalah:
Visi :
Menyiapkan generasi
muslim yang bertaqwa, terampil, mandiri, dan berwawasan luas kedepan.
Misi :
Membekali tamatan SMP
Negeri 1 Suralaya yang menguasai iptek dan imtaq
Menghidupkan nuansa
islami dalam setiap kegiatan murid
Memberi pelatihan
keterampilan bagi muris yang kurang mampu
Sebagai lembaga
pendidikan dan untuk memperlancar pelaksanaan manajemen pendidikan, sekolah
memiliki struktur organisasi yang dirancang dan dikembangkan oleh kepala
sekolah dan merupakan hak preogratif kepala sekolah. Berikut merupakan tugas
dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, kepala pustaka, pegawai
pustaka, bimbingan konseling dan tenaga administrasi yang diperoleh berdasarkan
dokumentasi di SMP Negeri 1 Suralaya .
Kepala sekolah
bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pendidikan
dan pengajaran. Fungsi kerjanya adalah:
Menyusun rencana
kerja dan penbagian tugas serta mengawasi pelaksanaannya.
Mengatur
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah
Mengatur
penyelenggaraan urusan tata usaha sekolah
Mengatur penyelenggaraan urusan kepegawaian
sekolah
Mengatur
penyelenggaraan urusan keuangan sekolah
Mengatur
penyelenggaraan urusan saran dan prasarana sekolah
Mengatur
penyelenggaraan urusan rumah tangga sekolah
Mengatur
penyelenggaraan urusan laboratorium sekolah
Mengatur
penyelenggaraan urusan perpustakaan sekolah
Mengatur
penyelenggaraan urusan pembinaan kemurudan
Mengatur hubungan
antara pimpinan , guru, dan murid
Menyelenggarakan
hubungan dengan orang tua murid dan masyarakat
Melakukan
pengendalian pelaksanaan seluruh kegiatan di sekolah
Melakukan tugas-
tugas lain yang diberikan atasan.
Kepala Tata Usaha
bertugas membantu kepala sekolah yang berhubungan dengan seluruh kegiatan
ketatausahaan. Rincian kerja Kepala tata Usaha adalah:
Bertugas dan
bertanggung jawab atas berlakunya garis kebijakan kepala sekolah di bidang
ketatausahaan
Membina staf tata
usaha sekolah sehingga mampu dan kreatif dalam melaksanakan tugas masing-
masing
Bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan administrasi sekolah
Membantu semua pihak
sekoalh dalam ketatausahaan pada khususnya dan kelancaran fungsi sekolah pada
umumnya
Menyusun program
pembinaan administrasi
Membuat konsep dan
memaraf surat- surat keluar
Membantu kepala
sekolah dalam mengelola keuangan rutin
Wakil kepala sekolah
Bidang kurikulum,
meliputi hal-hal sebagai berikut: penyususnan dan penjabaran kalender akademik
menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran
Bidang kemuridan,
meliputi hal-hal sebagai berikut:mengatur program belajar, mengikuti
pelaksanaan pemilihan murid teladan sekolah, menyelenggarakan cerdas cermat,
olah raga prestasi
Bidang saran dan
prasaran, meliputi hal-hal sebagai berikut: merencanakan kebutuhan sarana dan
prasaran untuk menunjang pross KBM, merencanakan program, mengatur pemanfaatan
saran dan prasarana, mengelola perawatan, perbaikan, dan pengisian, pengaturan
pembakuan, penyusunan laporan
Bidang hubungan
dengan masyarakat meliputi hal-hal sebagai berikut: mengatur dan mengembangkan
hubungan dengan komite sekolah, menyelenggarakan bakti sosial, karyawisata,
menyelenggarakan pameran hasil pendidikan(gebyar prestasi murid), dan menyusun
laporan
Wali kelas, bertugas
membantu kepala sekolah secara teknis dan administratif yang berhubungan dengan
urusan kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
Penanggung jawab terhadap
ketertiban kelas termasuk mengenali setiap individu murid yang menjadi tanggung
jawabnya
Bertanggung jawab
terhadap pengisian dan penghimpunan nilai sumatif dan sub sumatif pada leger
dan raport yang berasal dan setiap guru bidang studi yang mengajar pada kelas
yang bersangkutan serta mengisi buku pelengkap dan mengurusi pendaftaran
peserta ujian (EBTA) bagi kelas ujian
Bertanggung jawab
terhadap penyiapan kelas termasuk kelengkapan ketertiban kebersihan kelas dan
lain-lain
Membuat catatan
tentang mutasi muris dan perubahan kelas
Selalu mengadakan
konsultasi dan kerja sama dengan guru BP
Menyiapkan sura-surat
peringatan terhadap murid dan pemberitahuan kepada orang tua/wali murid
Bertanggung jawab tas
semua pelaksanaan tugas kepala sekolah
Guru bertanggung
jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses
belajar mengajar secara efektif dan efisien tugas dan tanggung jawab guru
adalah:
Melaksanakan kegiatan
pembelajaran
Melaksanakan kegiatan
penilaian program belajar, ulangan harian, ulangan umum, ujian akhir
Melaksanakan analisis
hasil ulangan harian
Mengatur dan
melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
Mengisi daftar murid
Melaksanakan kegiatan
membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada guru lain dalam kegiatan proses
belajar mengajar
Membuat alat peraga
Menumbuh kembangkan
sikap menghargai karya seni
Melaksanakan tugas
tertentu di sekolah
Membuat catatan
tentang kemajuan muridnya
Tenaga Bimbingan dan
Penyuluhan, bertugas memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada murid , uraian
kegiatan:
Melakukan tugas yang
diberikan oleh kepala sekolah
Menyusun rencana
pembimbingan dan penyuluhan
Mengumpulkan data
perkembangan murid
Mengamati dan
mengawasi tingkah laku murid setiap hari
Membuat kartu kepada
murid yang berkasus
Membantu murid yang
mempunyai problema
Melaporkan semua
kegiatan bimbingan dan penyuluhan kepada kepala sekolah
Keberadaan guru
merupakan suatu komponen penting dalam menentukan kegiatan belajar mengajar
guna mencapai tujuan pendidikan.
2. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan konsep Emaslim
a. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai edukator
strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya sebagai edukator. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dan guru adalah melaksanakan
pembinaan peningkatan mental, moral, fisik, artistic, dan mengajar yang
menggunakan audio visual serta melaksanakan team teaching.
Hasil wawancara
dengan kepala Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya , pembinaan mental dilakukan
terhadap guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan watak. Hal ini terutama
dilakukan dengan menciptakan iklim sekolah yang kondusif agar setiap guru dapat
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tugasnya masing-
masing secara profesional. Misalnya kepala sekolah senantiasa berusaha untuk
melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran untuk memberikan kemudahan kepada
para guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar. Pembinaan moral, yitu
membina para guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk
mengenai perbuatan. Sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas setiap guru secara
proporsional.
Hasil wawancara
dengan guru mengatakan kepala sekolah juga membina para guru tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan kesehatan dan penampilan
mereka secara lahiriah. Misalnya kepala sekolah senantiasa memberikan dorongan
agar para guru terlibat secara aktif dalam kegiatan olah raga di sekolah,
terutama senam pagi yang dilaksanakan setiap hari jum’at.
Pembinaan fisik yaitu
membina guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap
seni dan keindahan. Menurut kepala sekolah SMP Negeri 1 Suralaya , hal ini
biasanya dilakukan melalui kegiatan karya wisata yang dilaksanakan setiap akhir
tahun ajaran yaitu mengisi kekosongan jam pelajaran, dimana sekolah membuat
kegiatan ekstrakurikuler berupa berbagai perlombaan.
Kepala sekolah SMP
Negeri 1 Suralaya dalam suatu wawancara juga mengatakan mengembangkan kegiatan
pembelajaran dimana dalam satu mata pelajaran dipegang oleh beberapa guru
(team), sesuai dengan keahlian masing-masing. Mengembangkan metode dengan
menggunakan infokus, televise (tv) dan video compact disk (vcd)
b. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai Manajer
Hasil penelitian
dapat dideskripsikan bahwa strategi kepala sekolah SMP Negeri 1 Suralaya sebagai
manajer dalam meningkatkan profesional guru di sekolah adalah:
Meningkatkan kerja
sama antar guru
Memberi kesempatan
kepada guru untuk meningkatkan profesinya, dan
Melibatkan seluruh
guru pada setiap kegiatan sekolah
Hasil wawancara
dengan kepala sekolah SMP Negeri 1 Suralaya , meningkatkan kerja sama antar
guru dimaksudkan sebagai upaya penciptaan hubungan yang harmonis untuk
mensukseskan program sekolah. Sebagai manajer kepala sekolah senantiasa
berusaha untuk mendaya gunakan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kinerja kepala sekolah
sebagai manajer senantiasa bekerja sama
dengan melalui orang lain (wakil-wakilnya), berusaha untuk senantiasa
bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan setiap tindakannya dengan waktu
dan menggunakan semua sumber daya yang ada untuk menghadapi berbagai persoalan
di sekolahnya melalui berpikir secara analitik dan konseptual, kepala sekolah
juga berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi oleh para guru.
Wawancara dengan
guru, sikap kepala sekolah dalam penyusunan program, menghimbau dan mengadakan
komunikasi dengan guru berupa arahan dan bimbingan terhadap penyusunan dan
tujuan program. Selain itu, kepala sekolah juga memberikan wewenang kepada guru
untuk tetap menjalankan program sesuai dengan program yang telah disusun.
Hasil observasi ini
terlihat bahwa kepala sekolah mengadakan hubungan yang harmonis dengan guru
dalam memberikan arahan dan bimbingan, kepala sekolah juga memanggil guru-guru
yang bermasalah dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah mengadakan
pendekatan dengan menanyakan berbagai permasalahan yang dialami oleh guru
kepala sekolah memberikan arahan yang sifatnya demokratis dan kekeluargaan.
SMP Negeri 1 Suralaya
mengungkapkan pelaksanaan peningkatan profesional guru dirasakan cukup berat
karena untuk meningkatkan profesional guru perlu meningkatkan disiplin,
motivasi, komitmen, memberikan keteladanan, mendorong kreatifitas,
memperkenalkan berbagai ide dan mengadakan pendekatan pribadi baik terhadap
guru, maupun terhadap pegawai administrasi. Dari kesemuanya itu, yang paling
penting dan paling berat adalah bagaimana menjalin kekompakkan seluruh guru di
sekolah, sehingga semuanya menyadari tugas dan kewajibannya masing-masing.
Hasil wawancara
dengan guru sekolah SMP Negeri 1 Suralaya , kepala sekolah memberi wewenang
kepada guru untuk menjalankan program sesuai dengan perencanaan. Dalam hal ini,
kepala sekolah melaksanakan tugasnya dengan arahan tentang program dengan para
guru yang dilakukan secara intensif dan persuasif dan dari hati ke hati bukan
dengan teguran- teguran keras, namun hasilnya ternyata cukup efektif. Dalam hal
ini kepala sekolah berusaha bersikap demokratis dan memberikan kesempatan
kepada para guru untuk meningkatkan profesinya secara optimal baik melalui
berbagai penataran ataupun lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.
c. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai Administrator
hasil penelitian,
strategi kepala sekolah sebagai administrator di sekolah baik kegiatan
pembelajaran dan bimbingan BK, administrasi murid, administrasi saran dan
prasarana serta keuangan dll.
Wawancara dengan kepala Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya mengatakan
Satuan pembelajaran (SP) yang dibuat oleh guru merupakan aturan terhadap
kegiatan apa yang harus dilakukan pada saat dimulainya kegiatan awal proses belajar
mengajar, kegiatan apa dan bagaimana yang dilakukan murid saat proses
pembelajaran dan kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru pada saat kegiatan
akhir proses pembelajaran.
Strategi kepala
sekolah dalam meningkatkan profesional guru dalam membuat perangkat
pembelajaran menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:
Pendekatan sifat,
Pendekatan perilaku,
dan
Pendekatan
situasional.
Hasil wawancara
dengan guru, kepala sekolah cenderung memakai pendekatan situasional. Dalam hal
ini tindakan kepala sekolah disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
Meskipun demikian, hasil pengataman terhadap berbagai tindakan kepala sekolah
tersebut pada hakekatnya lebih mengutamakan tugas, dimana ia merasa puas jika
tugas yang diberikan kepada setiap guru dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dalam hal ini, kepala sekolah senanitasa berusaha agar setiap guru dapat
melaksanakan tugasnya dengan hasil yang baik, tetapi mereka tetap merasa sering
dalam melakukan tugasnya. selain itu juga kepala sekolah juga menjaga hubungan
kemanusiaan dengan bawahannya. Oleh karena itu, para guru tidak merasa ada
jarak dengan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian ,
kepala sekolah berharap agar setiap permasalahan yang dihadapi oleh para guru
dapat diselesaikan dengan segera dan tidak berlarut-larut, agar tidak
mengganggu tugas-tugas utama yang harus dikerjakan.
d. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai Supervisor
Menurut hasil
penelitian, strategi yang digunakan adalah mengadakan diskusi kelompok,
mengadakan kunjungan kelas, mengadakan pembicaraan individual dan mengadakan
simulasi pembelajaran.
Menurut guru, diskusi
kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama(pejabat sekolah
dan staf-stafnya) untuk saling tukar informasi, memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi oleh sekolah, dll guna mencapai keputusan bersama. Menurut SMP
Negeri 1 Suralaya , diskusi ini biasanya dilaksanakan di ruang guru pada saat
anak-anak sudah pulang, sehingga tidak mengganggu KBM.
Jika diskusi ini
diadakan sewaktu KBM, maka guru yang bersangkutan memberikan tugas kepada
murid-muridnya sesuai dengan bahasan pada waktu itu. Masalah –masalah yang
dibahas pada diskusi tersebut misalnya meningkatkan kemampuan guru dalam
melakukan tugasnya sebagai guru atau masalah-masalah yang lain yang dihadapi
oleh sekolah.
Selanjutnya sebagai
supervisor, kepala sekolah mengadakan observasi kelas. Observasi kelas
digunakan sebagai teknik untuk mengamati KBM dikelas secara langsung, terutama
dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, serta sejauhmana murid
dapat menangkap materi pelajaran yang diajarkan. Berdasarkan hasil kunjungan
kelas, biasanya kepala sekolah bersama dewan guru mendiskusikan berbagai
permalahan yang ditemukan untuk mencari jalan keluarnya maupun yang menyangkut
profesional guru dan semua yang berhubungan dengan KBM.
Hasil wawancara,
terungkap bahwa observasi kelas tidak dilaksanakan pada semua guru, hanya
beberapa guru saja, sehingga kepala sekolah tidak dapat melihat permasalahan yang
dialami oleh guru secara utuh. Dikarenakan semua guru memiliki masalah yang
berbeda-beda.
Kepala sekolah
menggunakan teknik pembicaraan individual. Cara ini merupakan teknik bimbingan
dan konseling. Pembicaraan individual dilakukan hanya empat mata saja dan
kerahasiaannya sangat dijamin. Kepala sekolah mengungkapkan kepada peneliti
bahwa pembicaraan individual merupakan strategi yang sangat penting, terutama
dalam memecahkan masalah-maslah yang menyangkut pribadi guru, meskipun
pembicaraan ini sering dipandang negatif, Karena sering ada guru yang marah
sewaktu melakukan pembicaraan individual mengenai masalah pribadinya.
e. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai Leader
Hasil wawancara, kepala sekolah menggunakan tiga
sifat kepemimpinan yang telah disebutkan diatas. Dalam pelaksanaannya ketiga
sifat tersebut sering muncul secara bersamaan berdasarkan keadaan.
Kepala sekolah
menggunakan gaya demokratis jika ada permasalahan, kepala sekolah meminta
pendapat atau masukan dari guru. kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam suatu wawancara mengatakan gaya demokratis
akan membuat guru lebih bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya,
selain itu, guru terlihat lebih kreatif dan inovatif dalam pengambilan
keputusan di setiap kegiatan sekolah. Karena guru merasa dilibatkan secara
penuh dalam melaksanakan program sekolah.
f. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai Inovator
Hasil wawancara, kepala sekolah senantiasa
berusaha mencari informasi-informasi
baru guna menuju kearah yang lebih baik. Untuk selanjutnya dibawa ke rapat para
guru dan komponen sekolah dalam rapat bulanan. Kepala sekolah mengatakan akan
menampung informasi darimanapun jika itu dianggap dapat mendukung mutu pendidikan,
kepala sekolah akan mendiskusikannya dengan para guru, apakah layak diterapkan
disekolah? Dan apakah sudah sesuai dengan kekuatan sekolah dalam menerapkan hal
yang baru.
JIka informasi itu layak diterapkan
disekolah, maka kepala sekolah akan mendelegasikan tugas tersebut kepada guru
yang sesuai dengan kemampuannya. Kepala sekolah juga memberikan arahan dan
motivasi kepada guru, agar lebih semangat dan termotivasi dalam
melaksanakannya. Motivasi yang diberikan dalam bentuk pujian dan penghargaan serta
adanya hadiah.
Strategi lain adalah
kepala sekolah menyesuaikan dengan lingkungan dan menjadi telagan bagi para
bawahan di sekolah, supaya guru tidak merasa canggung dan bersikap sebagai
partner dengan kepala sekolah.
3. Pembahasan
a. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai edukator
Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai edukator dilakukan untuk menciptakan iklim
yang kondusif, member nasehat kepada warga sekolah, member dorongan kepada
seluruh guru, mengadakan karya wisata dan melaksanakan team teaching. Kegiatan
yang dilakukan kepala sekolah adalah mengikutsertakan guru dalam berbagai
pelatihan misalnya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Guru
Pembimbing (MGP), diskusi, seminar, lokakarya penyediaan sumber belajar dan
menelusuri perkembangan informasi melalui media elektronik.
Selain itu kepala
sekolah juga mengadakan moving class, team teaching, mengadakan akselerasi bagi
peserta didik yang cerdas, mengikutsertakan guru dalam berbagai penetaran.
b. Strategi Kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya Dalam Menerapkan Peran Sebagai Manajer
sebagai manajer,
strategi yang dilakukan kepala sekolah SMP Negeri 1 Suralaya , adalah
meningkatkan kerja sama antar guru dimaksudkan sebagai upaya penciptaan
hubungan yang harmonis untuk mensukseskan program sekolah. Sebagai manajer
kepala sekolah senantiasa berusaha untuk mendaya gunakan seluruh sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
kinerja kepala sekolah sebagai manajer
senantiasa bekerja sama dengan melalui orang lain (wakil-wakilnya), berusaha
untuk senantiasa bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan setiap
tindakannya dengan waktu dan menggunakan semua sumber daya yang ada untuk
menghadapi berbagai persoalan di sekolahnya melalui berpikir secara analitik
dan konseptual, kepala sekolah juga berusaha untuk menjadi juru penengah dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para guru.
Sebagai manajer,
sikap kepala sekolah dalam penyusunan program, menghimbau dan mengadakan
komunikasi dengan guru berupa arahan dan bimbingan terhadap penyusunan dan
tujuan program. Selain itu, kepala sekolah juga memberikan wewenang kepada guru
untuk tetap menjalankan program sesuai dengan program yang telah disusun.
kepala sekolah mengadakan hubungan yang
harmonis dengan guru dalam memberikan arahan dan bimbingan, kepala sekolah juga
memanggil guru-guru yang bermasalah dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah
mengadakan pendekatan dengan menanyakan berbagai permasalahan yang dialami oleh
guru kepala sekolah memberikan arahan yang sifatnya demokratis dan
kekeluargaan.
c. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai Administrator
sebagai Administrator,
strategi kepala sekolah sebagai administrator di sekolah baik kegiatan
pembelajaran dan bimbingan BK, administrasi murid, administrasi saran dan
prasarana serta keuangan dll.
Kepala sekolah juga
harus mampu menjaga hubungannya dengan staf-staf yang ada dibawahnya, agar
dapat melaksanakan tugas dengan baik. Dengan demikian efektivitas kerja kepala
sekolah bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan
tingkat menyeimbangkan dalam situasi tertentu.
d. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai Supervisor
sebagai supervisor,
strategi yang digunakan adalah mengadakan diskusi kelompok, mengadakan
kunjungan kelas, mengadakan pembicaraan individual dan mengadakan simulasi
pembelajaran.diskusi kelompok yang dilakukan bersama-sama(pejabat sekolah dan
staf-stafnya) untuk saling tukar informasi, memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh sekolah, dll guna mencapai keputusan bersama.
Membantu membahas
Masalah –masalah misalnya meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan tugasnya
sebagai guru atau masalah-masalah yang lain yang dihadapi oleh
sekolah.Selanjutnya sebagai supervisor, kepala sekolah mengadakan observasi
kelas. Observasi kelas digunakan sebagai teknik untuk mengamati KBM dikelas
secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran,
serta sejauhmana murid dapat menangkap materi pelajaran yang diajarkan.
Berdasarkan hasil kunjungan kelas, biasanya kepala sekolah bersama dewan guru
mendiskusikan berbagai permalahan yang ditemukan untuk mencari jalan keluarnya
maupun yang menyangkut profesional guru dan semua yang berhubungan dengan KBM.
e. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai Leader
sebagai leader,Kepala
sekolah menggunakan gaya demokratis jika ada permasalahan, kepala sekolah
meminta pendapat atau masukan dari guru.
kepala Sekolah SMP Negeri 1 Suralayamengatakan gaya demokratis akan
membuat guru lebih bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya, selain
itu, guru terlihat lebih kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan di
setiap kegiatan sekolah. Karena guru merasa dilibatkan secara penuh dalam
melaksanakan program sekolah.
f. Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai Inovator
sebagai inovator,
kepala sekolah senantiasa berusaha
mencari informasi-informasi baru guna menuju kearah yang lebih baik.
Kepala sekolah akan menampung informasi darimanapun jika itu dianggap dapat
mendukung mutu pendidikan. JIka informasi itu layak diterapkan disekolah, maka
kepala sekolah akan mendelegasikan tugas tersebut kepada guru yang sesuai
dengan kemampuannya. Kepala sekolah juga memberikan arahan dan motivasi kepada
guru, agar lebih semangat dan termotivasi dalam melaksanakannya. Motivasi yang
diberikan dalam bentuk pujian dan penghargaan serta adanya hadiah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang
diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan konsep Emaslim dalam meningkatkan
profesional guru adalah:
Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai edukator dilakukan untuk menciptakan iklim
yang kondusif, member nasehat kepada warga sekolah, member dorongan kepada
seluruh guru, mengadakan karya wisata dan melaksanakan team teaching. Kegiatan
yang dilakukan kepala sekolah adalah mengikutsertakan guru dalam berbagai
pelatihan misalnya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Guru
Pembimbing (MGP), diskusi, seminar, lokakarya penyediaan sumber belajar dan
menelusuri perkembangan informasi melalui media elektronik.
Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai manajer, dilakukan
dengan menggerakkan guna memberi kesempatan kepada guru untuk meningkatkan profesinya
dan mendorong keterlibatan seluruh guru. Kegiatan yang dilakukan kepala
madrasah adalah menyusun program sekolah baik jangka panjang, jangka menengah,
dan jangka pendek baik program akademis maupun non akademik.
Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai administrator,
dilakukan dengan mengelola kegiatan pembelajaran dan bimbingan konseling(BK),
administrator murid, mengelola administrasi sarana dan prasarana, serta
mengelola administrasi keuangan.
Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai supervisor,
dilakukan dengan mengadakan diskusi kelompok, mengadakan kunjungan kelas,
mengadakan pembicaraan individual dan mengadakan simulasi pembelajaran untuk
meningkatkan profesional guru. Kegiatan yang dilakukan kepala sekolah adalah
menyusun program supervisi, pelaksanaan supervisi dan tindak lanjut supervisi.
Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai leader, dilakukan
dengan memberikan petunujuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan guru, membuka
komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Kepala sekolah menerapkan gaya
kepemimpinan demokratis, otoriter, laissez faire. Kegiatan yang dilakukan
kepala sekolah adalah mengembangkan visi dan misi sekolah dan melaksanakan
program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan.
Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai inovator,
dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan warga masyarakat, mencari gagasan
baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh guru
dan mengadakan kunjungan kelas. Kegiatan yang dilakukan kepala sekolah adalah
melaksanakan berbagai pembaharuan untuk menuju ke arah yang lebih baik.
Strategi kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Suralaya dalam menerapkan peran sebagai motivator,
dilakukan dengan menerapkan disiplin, memberikan dorongan, memberikan
penghargaan secara efektif dan mengembangkan pusat sumber belajar. Kegiatan
kepala sekolah adalah memberikan motivasi kepada guru dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil
penelitian, ada beberapa implikasi terhadap Strategi kepala Sekolah SMP Negeri 1
Suralaya menerapkan konsep Emaslim untuk meningkatkan profesional guru, yaitu :
Kepala sekolah
sebagai edukator telah mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai penataran dan
seminar untuk menambah wawasan para guru. Pelaksanaan tentang kegiatan-kegiatan
tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi profesional guru. Namun kegiatan
tersebut paling lama hanya lima hari, sehingga kurang adanya perubahan
profesional guru.
Kepala sekolah
sebagai motivator telah memberi motivasi pada guru agar melanjutkan pendidikan
minimal tingkat sarjana dengan tidak mengabaikan tugas pokoknya ataupun mencari
guru pengganti di sekolah.
Kepala sekolah
sebagai supervisor telah melaksanakan supervisi pengajaran, namun tidak adanya
program tindak lanjut. Hal ini akan membawa dampak kurangnya perubahan
profesional guru ke arah yang lebih baik, terutama pada guru yang baru
mengajar.
Teknik-teknik supervisi
pengajaran yang dilakukan kepala sekolah sudah mencerminkan demokratis. Namun
demikian, teknik demonstrasi mengajar kurang diperagakan kepala sekolah hal ini
membawa dampak kurangnya variasi metode mengajar guru.
Kegiatan supervisi
umumnya dilakukan oleh guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah, yang
hasilnya dilaporkan kepada kepala sekolah. Kegiatan ini kurang memberikan
keleluasaan terhadap para guru dalam berkomunikasi dengan kepala sekolah,
karena kepala sekolah menilai kinerja guru hany berdasarkan hasil laporan guru
senior, karena tanpa melihat langsung kemampuan guru dalam mengajar.
Kepala sekolah
sebagai leader dalam mengambil keputusan cenderung menempatkan gaya demokratis
dengan para guru. Kepala sekolah dalam memberikan tugas juga memandang sesuai
dengan tingkat kemampuan. Namun, dalam situasi tertentu terutama
yangberhubungan dengan kedisiplinan dalam mengajar, kepala sekolah menerapkan
gaya otoriter.
Kebijakan kepala
sekolah tidak kadang kala tidak menyangkut kebutuhan guru, terkadang ada guru
yang merasa dirugikan.
Saran-saran
Diharapkan dalam membuat kegiatan di sekolah, kepala
sekolah dapat meningkatkan alokasi waktu kegiatan, supaya bisa diserap oleh guru secara optimal.
Diharapkan, kepala
sekolah untuk melaksanakan teknik demonstrasi mengajar dan observasi kelas pada
semua guru, sehingga guru akan mengetahui berbagai kelemahan dalam mengajar.
Kepala sekolah,
diharapkan untuk selalu melaksanakan kegiatan supervisi secara
berkesinambungan, sehingga kepala sekolah akan dapat memantau tingkat kemajuan
profesional guru.
Dalam membuat
kebijakan terutama penetapan jadwal mengajar jam pertama, diharapkan kepala
sekolah memprioritaskannya kepada guru yang berlokasi tempat tinggal yang dekat
dengan sekolah, bukan kepada yang berlokasi jauh dari sekolah.
Diharapkan, Kepada
Diknas Pendidikan agar mempunyai komitmen yang tinggi untuk mengembangkan
program pengawasan dalam meningkatkan profesional guru dengan meningkatkan
kegiatan pembinaa, pelatihan dan penataran.
Bagi guru diharapkan
agar dapat menerima, memahami dan melaksanakan setiap kegiatan di sekolah
maupun pembinaan yang dilakukan kepala sekolah yang bertujuan meningkatkan
profesinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Idochi. A.
Mochi (1994), Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan : Teori,
Konsep, dan Isu, Bandung, Alfabeta
Arikunto,
Suharsimi,(1992),Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka
Cipta
Burhanuddin, Yusak,
(1995), Administrasi Pendidikan,Bandung, Pustaka Setia
Fattah, Nanang,
(1994), Landasan manajemen Pendidikan, Bandung, Rosda karya
Hamalik, Oemar
(1996), Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan kompetensi, Jakarta, Bumi Aksara
Indrawijaya, Ibrahim,
Adam, (1991) kepemimpinan dalam organisasi, Jakarta, lembaga Administrasi
Negara
Makmun, Abin
Syamsudin, (1990), Konsep Dasar dan Penilaian Kompetensi Profesional Tenaga
Kependidikan, bandung, UPI Bandung
Moleong,Lexy,j,
(1990), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda karya
Mulyana, Dedi(1994)
Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya
Mulyasa,(1995),
Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, Remaja Rosda Karya
_______,(1993),
Konsep dan Manajemen Berbasis sekolah dan Dewan Sekolah, Bandung, Pustaka bani
Quraisy
Nurdin, Syarifuddin,
(1995), Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta, Quantum teaching
Nurkolis ,(1993),
Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta, Gramedia
Pirdata , Made,
(1990)Landasan Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta
Pirdata , Made,(1992)
Landasan Pendidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta,
Rineka Cipta
Sanjaya, Wina, (1995)
Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group
Siagin,
Sondang(1997)Fungsi- Fungsi Manjerial,Jakarta, Bumi Aksara
Siswanto,
H.B(1007),Pengantar Manajemen, Jakarta, Rineka Cipta
Supriadi, Desi (1998)
Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta, Adi Cipta
Suryosubroto(1992)
Proses Belajar di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta
Susilo, Joko,
Muhammad(1997)Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Syarifuddin, Nurdin,
BasyiruddinUsman (1992) Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta,
PT. Intermasa
Usman, Nasir, (1997)
Manajemen Peningkatan kinerja Guru, bandung, Mutiara Laut
Wahjosumidjo(1990)
Karakteristik Kepala Sekolah Tangguh, Surabaya, SIC
ijin sedot untuk referensi
BalasHapus