FGI
Penelitian
Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran bahasa
sangat penting untuk diajarkan di sekolah-sekolah, baik bahasa nasional
(Indonesia), bahasa daerah maupun bahasa asing. Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional harus lebih diarahkan pada kemampuan dan keterampilan siswa
untuk berkomunikasi secara lisan maupun tulis. Pembelajaran bahasa diharapkan
dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa yang meliputi keterampilan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini saling
berkaitan dan saling melengkapi dalam kegiatan komunikasi.
Menulis merupakan
salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa. Keterampilan
menulis siswa harus terus ditingkatkan, terutama keterampilan menulis surat
resmi. Pada siswa SMP kelas VII misalnya, diharapkan dapat menulis surat resmi
dengan benar sesuai aturan yang ada dalam penulisan surat resmi. Dalam
keterampilan menulis, ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung oleh
ketepatan bahasa yang digunakan (Depdiknas 2003:5).
Pembelajaran menulis di
Sekolah Menengah Pertama perlu mendapat perhatian dari para guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia . Ketika dihadapkan pada pembelajaran menulis surat resmi,
siswa selalu mengalami kesulitan terutama dalam penggunaan bahasa. Hasil tulisan siswa
sebagian besar lemah dalam masalah kebahasaan dan teknik penulisan. Selama
pembelajaran menulis, siswa kurang memperhatikan aturan-aturan yang ada dalam
keterampilan menulis sehingga menyebabkan lemahnya keterampilan siswa dalam
menulis surat resmi.
Lemahnya keterampilan
siswa dalam menulis surat resmi disebabkan alokasi waktu pembelajaran menulis
di sekolah-sekolah selama ini relatif lebih kecil. Hal ini menyebabkan
keterampilan menulis siswa kurang maksimal. Siswa kurang mendapatkan pengalaman
dan pengetahuan dalam pembelajaran menulis. Setelah menamatkan jenjang sekolah,
dikhawatirkan siswa belum mampu menggunakan bahasa secara baik dan benar dalam
keterampilan menulis.
Dalam pembelajaran
menulis, siswa kurang memahami hakikat menulis. Berdasar hasil pengamatan selama mengajar, peneliti mengetahui bahwa
ketika diberikan kesempatan menulis surat resmi, para siswa tidak mementingkan
mutu tulisan. Mereka lebih mementingkan sistematika surat resmi tanpa
memperhatikan penggunaan bahasa.
Dari hasil pengamatan
tes menulis surat resmi di kelas IX A SMPN 2 Babakan Salju diketahui
bahwa keterampilan menulis pada siswa kelas IXA selama ini belum maksimal.
Dalam menulis surat resmi, siswa masih mengalami kesulitan dalam penggunaan
bahasa. Lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa disebabkan sebagian
besar siswa kurang berminat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, kurangnya
pemahaman siswa tentang surat resmi, dan siswa kurang berlatih menulis surat
resmi. Selain faktor dari siswa, lemahnya keterampilan menulis surat resmi juga dapat
dipengaruhi karena faktor dari guru. Lemahnya keterampilan menulis surat resmi
siswa dapat disebabkan karena bimbingan dan penjelasan guru dalam proses
pembelajaran sulit dipahami oleh siswa, serta strategi yang yang digunakan guru
dalam pembelajaran kurang tepat.
Guru dituntut
mempunyai keterampilan untuk mengelola kelas agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan lancar dan tercapai tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi
kelemahan siswa dalam menulis surat resmi, guru harus selalu memotivasi dan
memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya pelajaran Bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari,
terutama pembelajaran surat resmi. Agar siswa dapat menulis surat resmi dengan
benar, guru harus lebih memberikan penjelasan kepada siswa melalui
contoh-contoh surat resmi dan memberikan latihan-latihan menulis surat resmi
dengan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran merupakan hal
yang harus diperhatikan oleh guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Siswa tidak cukup diberikan penjelasan tentang teori menulis saja, tetapi hal
yang berhubungan dengan masalah kebahasaan dan teknik penulisan juga harus
diperhatikan. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa agar keterampilan siswa dalam menulis surat resmi dapat
ditingkatkan.
Pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat dijadikan
sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Pendekatan
kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Guru bertugas sebagai pengarah dan
pembimbing agar siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang
mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama
itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment) (Nurhadi
dan Senduk 2003:31).
Pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
surat resmi siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju . Dalam masyarakat
belajar, hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah dan dua
kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
Siswa yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya sekaligus meminta informasi yang diperlukan
dari teman belajarnya. Dalam pembelajaran tersebut, kegiatan belajar mengajar
akan dilaksanakan dalam kelompok kecil dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif, yaitu pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar ini sangat membantu proses
pembelajaran di kelas. Melalui belajar kelompok, siswa dapat saling berbagi
gagasan dan pengalaman serta bekerjasama untuk memecahkan masalah dalam
kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran menulis surat resmi dapat
dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, peneliti melakukan
penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Resmi Menggunakan
Pendekatan Kontekstual (Penelitian Tindakan Kelas Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia dalam bahan ajar “Membuat Surat Resmi” di SMPN 2 Babakan Salju)
1.2 Identifikasi
Masalah
Dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, guru selalu dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan
belajar, khususnya menulis surat resmi. Keterampilan menulis surat resmi pada siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju masih rendah. Masalah yang muncul dalam
keterampilan menulis dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa. Sebagian besar
siswa beranggapan bahwa Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang membosankan sehingga
siswa kurang berminat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia . Guru harus dapat
memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya pelajaran Bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya pemahaman
tentang surat resmi juga menyebabakan rendahnya keterampilan menulis siswa.
Aturan-aturan yang ada dalam penulisan surat resmi, terutama dalam hal
kebahasaan menyebabkan siswa sulit menulis surat resmi dengan benar. Untuk
mengatasi hal ini, guru harus lebih banyak memberikan penjelasan kepada siswa
dengan memberikan contoh-contoh surat resmi.
Faktor lain penyebab
rendahnya keterampilan menulis surat resmi adalah siswa kurang berlatih menulis
surat resmi. Mereka menganggap bahwa menulis adalah pelajaran yang sulit. Siswa
mengalami kesulitan menulis terutama dalam pemakaian bahasa. Untuk meningkatkan
keterampilan menulis, siswa harus banyak diberi latihan dengan teknik belajar
yang bervariasi.
Faktor eksternal yang
berasal dari luar siswa, yaitu faktor dari guru. Kurangnya keterampilan menulis
surat resmi dapat disebabkan karena bimbingan dan penjelasan guru dalam proses
pembelajaran sulit dipahami oleh siswa. Siswa tidak dapat menguasai seluruh
materi yang diajarkan oleh guru. Untuk menyelesaikan masalah ini, guru
seharusnya menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Teknik mengajar yang
kurang tepat dalam pembelajaran juga dapat menyebabkan lemahnya keterampilan
menulis surat resmi siswa. Guru harus menggunakan teknik mengajar yang
bervariasi agar kegiatan pembelajaran lebih menarik. Salah satu teknik yang
dapat digunakan adalah dengan menerapkan pendekatan kontekstual yang
dapat mendorong keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
1.3 Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah, peneliti membatasi permasalahan yang akan menjadi bahan
penelitian, yaitu keterampilan siswa dalam menulis surat resmi masih rendah. Untuk
meningkatkan keterampilan menulis surat resmi akan digunakan pendekatan
kontekstual .
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana
peningkatan keterampilan menulis surat resmi siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan
Salju setelah diberikan pembelajaran
kontekstual ?
2. Bagaimana
perubahan tingkah laku siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju setelah diberikan pembelajaran kontekstual ?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsi
peningkatan keterampilan menulis surat resmi
siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju setelah diberikan pembelajaran kontekstual .
2. Untuk mendeskripsi
perubahan tingkah laku siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju dalam menulis surat resmi setelah diberikan pembelajaran kontekstual.
1.6 Manfaat
Penelitian
Penelitian mengenai
peningkatan keterampilan menulis surat resmi
pada siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju dengan pendekatan kontesktual ini
diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan penelitian pendidikan di
Indonesia, khususnya pada bidang penelitian tindakan kelas. Penelitian ini juga
diharapkan menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca tentang
peningkatan keterampilan menulis surat resmi
pada siswa kelas IX dengan
pendekatan kontekstual sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap pembelajaran menulis surat resmi
sehingga keterampilan siswa dalam menulis surat resmi dapat ditingkatkan. Sedangkan bagi guru,
penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan metode dan strategi
guru dalam pembelajaran menulis dengan memperbaiki metode mengajar dalam
meningkatkan keterampilan menulis siswa.
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Keterampilan Menulis
1. Hakikat Menulis
Menulis merupakan
suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan 1986:3). Menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui
latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Menurut Akhadiah, dkk (1988:2),
menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa kita
melakukan kegiatan dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap
penulisan, dan tahap revisi.
Menulis, seperti halnya
ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan.
Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,
keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang
penulis. menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis,
diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut
penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam
pemilihan judul, bentuk, dan gaya.
Dalam menulis
diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan
mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan tatabahasa tertentu atau
kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan
informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil
menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus dan teratur
(Suriamiharja,dkk 1996:2).
Menulis merupakan
proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik penulis harus berpikir,
menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan
kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis timbul
serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan
ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan
yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling
berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan
berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar
atau penalaran merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan.
Dari beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses bernalar untuk
menuangkan gagasan dengan menggunakan kosakata dan kaidah kebahasaan dalam
bentuk tulis, yang disampaikan pada orang lain secara tidak langsung.
2. Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan
memiliki tujuan yang beranekaragam, yaitu memberitahukan atau mengajar,
meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau
mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum
berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan 1986:23).
Tulisan yang
bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative
discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan ingin memberitahu atau
mengajarkan sesuatu kepada pembaca sehingga pembaca menjadi tahu mengenai
sesuatu yang disampaikan oleh penulis.
Tulisan yang
bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive
discourse). Melalui tulisan, pengarang bertujuan ingin meyakinkan pembacanya
akan kebenaran gagasan yang disampaikan sehingga pembaca dapat dipengaruhi dan
merasa yakin akan gagasan penulis. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau
menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau
wacana kesastraan (literary discourse). Penulis bertujuan untuk menyenangkan
dan menghindarkan kedukaan para pembaca. Melalui tulisan, penulis ingin
menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, serta
membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.
Tulisan yang
mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana
ekspresif (ekspresive discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan untuk
mengekspresikan perasaan dan emosi agar pembaca dapat memahami makna yang ada
dalam tulisan.
Menurut Suriamiharja,
dkk (1996:2), tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan
dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa
yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan menulis menjadi salah satu
cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan adanya
pengiriman dan penerimaan pesan.
Dari kedua pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai tujuan untuk memberitahukan
atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan,
mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api agar
dipahami oleh orang lain.
3. Manfaat Menulis
Menulis merupakan
salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting di dalam
kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengutarakan pikiran dan
gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1986:22), menulis
sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis
juga dapat mendorong kita untuk berpikir secara kritis, memudahkan penulis
memahami hubungan gagasan dalam tulisan, memperdalam daya tanggap atau
persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan mampu menambah pengalaman
menulis.
Menurut pendapat
Akhadiah, dkk (1988:1), banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan menulis.
Keuntungan yang pertama adalah dengan menulis seseorang dapat mengenali
kemampuan dan potensi dirinya. Penulis dapat mengetahui sampai di mana
pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis
harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamannya.
Kedua, melalui
kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis,
penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membandingkan
fakta-fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. keuntungan ketiga, penulis
lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan
dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan
secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
Keempat, penulis
dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta
mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan
permasalahan yang semula masih samar. Keuntungan kelima, melalui
tulisan,penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya secara lebih objektif. Keenam,
dengan menuliskan sesuatu di kertas, penulis akan mudah memecahkan
permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang
lebih konkret. Ketujuh, dengan menulis mengenai suatu topik, penulis terdorong
untuk belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah,
bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Keuntungan kedelapan,
kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan penulis berpikir serta
berbahasa secara tertib.
Dari kedua pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat dalam kehidupan.
Menulis dapat meningkatkan penalaran untuk mengembangkan berbagai gagasan yang
dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
4. Ragam Tulisan
Telah banyak ahli
yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Beberapa klasifikasi yang pernah
dibuat seperti yang disampaikan oleh Tarigan (1986:26) adalah tulisan bentuk
objektif dan tulisan bentuk subjektif. Tulisan yang berbentuk objektif mencakup
penjelasan yang terperinci mengenai proses, batasan, laporan, dan dokumen.
Tulisan yang berbentuk subjektif mencakup otobiografi, surat-surat, penilaian
pribadi, esei informal, potret atau gambaran, dan satire.
Berdasarkan
bentuknya, Tarigan (1986:27) juga menyampaikan klasifikasi yang lain, yaitu
eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Selain itu terdapat klasifikasi
lain, yaitu tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara
pribadi dan tulisan ekspositori yang mencakup penulisan surat, penulisan
laporan, timbangan buku, resensi buku, dan rencana penelitian.
Keraf (1981) dalam
Sutikno (2002:24) membuat klasifikasi tulisan menjadi empat jenis, yaitu
deskripsi, narasi, argumentasi, dan eksposisi. Deskripsi adalah bentuk tulisan
yang menceritakan suatu objek atau suatu hal sehingga objek itu seolah-olah
berada di depan mata dan dilihat sendiri oleh pembaca. Narasi adalah bentuk tulisan
yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang seolah-olah dialami
sendiri oleh pembaca. Argumentasi adalah bentuk tulisan yang berusaha
membuktikan suatu kebenaran. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang menguraikan
suatu objek yang memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
Dari beberapa
klasifikasi para ahli mengenai tulisan tersebut, surat termasuk ragam tulisan
yang berbentuk subjektif dan ekspositori.
B. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)), merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan ysng
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat (Depdiknas 2002:1).
Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan
melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka
panjangnya. Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Pendekatan
kontekstual menjadi pilihan dalam kegiatan belajar mengajar karena diperlukan
sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi
belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah
strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka
seniri (Nurhadi 2004:104).
Ada tujuh komponen
utama pembelajaran yang mendasari penerapan pendekatan kontekstual di kelas.
Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Konstruktivisme
merupakan landasan filosofi pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Menurut Zulaeha
(2003:1), pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya
pemahaman sendiri (siswa) secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman
atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
Bertanya merupakan
strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan
secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan
(Nurhadi dan Senduk 2003:45). Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa
berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati,
dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya.
Menemukan merupakan
bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Menurut Mafrukhi
(2003:2), pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh bukan dari hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru selalu
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang
diajarkan. Siklus inquiry adalah merumuskan masalah, observasi, bertanya,
mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data, dan penyimpulan.
Konsep masyarakat
belajar (learning community) menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antara
teman, antarkelompok, dan antara yang tahu dengan yang belum tahu. Di mana
saja, mereka adalah anggota masyarakat belajar (Mafrukhi 2003:2). Dalam kelas
CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalan kelompok-kelompok
belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.
Menurut Depdiknas (2002:15), masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses
komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang
terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat
dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman
bicranya dan sekaligis meminta informasi yang diperlukan dari teman bicaranya.
Komponen pembelajaran
kontekstual selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Pemodelan
pada dasarnya membhasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana
guru menginginkan para siswa untuk belajar dan melakukan sesuatu yang dilakukan
oleh guru (Nurhadi dan Senduk 2003:49). Dalam pembelajaran kontekstual, guru
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau
model dapat didatangkan dari luar. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan
sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara
melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya.
Refleksi juga bagian
penting dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Refleksi adalah cara
berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran
terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan
apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya (Nurhadi dan Senduk 2003:51).
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki
siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, kemudian diperluas sedikit demi
sedikit.
Assessment atau
penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran itu perlu diketahui
oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang
benar (Mafrukhi 2003:3). Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian
bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Karena assessment menekankan
proses pembelajaran maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan
belajar siswa dinilai dari proses, bukan melalui hasil. Menurut Nurhadi dan
Senduk (2003:53), penilaian authentik menilai pengetahuan dan keterampilan
(performansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga
teman lain atau orang lain.
Karakteristik
pendekatan kontekstual, yaitu adanya kerjasama, saling menunjang, pengalaman
nyata, gembira, menyenangkan dan tidak membosankan, belajar dengan bergairah,
pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif dan kritis,
sharing dengan teman, dan guru kreatif.
Penerapan pendekatan
kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah
sebagai berikut.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya!
2. Laksanakan kegiatan inkuiri untuk mencapai
kompetensi yang diinginkan di semua bidang studi!
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya!
4. Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar
dalam kelompok-kelompok)!
5. Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran!
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan!
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dari
berbagai sumber dan dengan berbagai cara!
C. Model Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan
pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas
lebih ‘hidup’ dan lebih ‘bermakna’ karena siswa ‘mengalami’ sendiri apa yang
dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan
siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan serta
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di
sekolah maupun di luar sekolah (Nurhadi dan Senduk 2003:5).
Tugas guru dalam
kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak
berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru
bagi anggota kelas (siswa).
Masyarakat belajar
merupakan salah satu komponen pendekatan kontekstual yang dapat dijadikan
sebagai strategi pembelajaran. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari ‘sharing’ antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke
yang belum tahu.
Dalam kelas
kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya
heterogen. Siswa yang pandai mengajari yang lemah, siswa yang tahu memberitahu
yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang
mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. ”Masyarakat belajar”
bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar,
dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling
belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi
informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi
yang diperlukan dari teman belajarnya (Depdiknas 2002:15).
Kegiatan saling
belajar dapat terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi,
tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang
menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus
merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
Pada dasarnya, learning
community atau masyarakat belajar itu mengandung pengertian sebagai berikut.
1. Adanya kelompok
belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan dan pengalaman.
2. Ada kerjasama
untuk memecahkan masalah.
3. Pada umumnya hasil
kerja kelompok lebih baik daripada kerja secara individual.
4. Ada rasa tanggung
jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang
sama.
5. Melakukan upaya
membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu.
6. Menciptakan
situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya.
7. Ada rasa tanggung
jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima.
8. Adanya fasilitator
atau guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.
9. Harus ada
komunikasi dua arah atau multi arah.
10. Ada kemauan
menerima pendapat yang lebih baik.
11. Ada kesediaan
untuk menghargai pendapat orang lain.
12. Tidak ada
kebenaran yang mutlak.
13. Dominasi siswa
yang pandai perlu diperhatikan agar siswa yang lambat dapat pula berperan.
14. Siswa bertanya
kepada teman-temannya itu sudah mengandung arti learning community.
Apabila setiap orang
mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber
belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan
pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik learning community sangat
membantu proses pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam pembelajaran dapat
berwujud bekerja dalam pasangan, pembentukan kelompok kecil, pembentukan
kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olah ragawan, dokter,
perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dan sebagainya),
bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya,
bekerja dengan sekolah di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat (Nurhadi 2003:
49).
Pembentukan kelompok
kecil merupakan salah satu wujud dalam pembelajaran dengan teknik learning
community. Dalam pembentukan kelompok kecil, kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok yang anggotanya terdiri atas empat atau lima siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam
bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian
dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda
memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan
selanjutnya berkumpul untuk berdiskusi mengkaji bagian bahan tersebut. Setelah
diadakan diskusi, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang
telah dipelajari.
D. Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis
surat resmi kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan
Salju masih rendah. Rendahnya
keterampilan surat resmi tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa
mengenai surat resmi dan siswa kurang berlatih menulis surat resmi. Penjelasan
dan teknik mengajar yang digunakan oleh guru juga mempengaruhi rendahnya
keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.
Penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran menulis surat resmi diharapkan dapat memotivasi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis surat resmi. Dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan teknik
ceramah, tetapi juga dengan teknik diskusi. Melalui diskusi, siswa diarahkan
untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebelum melakukan
pembelajaran pada siklus I, terlebih dahulu melakukan tes pratindakan untuk
mengetahui pemahaman siswa mengenai surat resmi.
Pada siklus I,
peneliti memberikan contoh surat resmi kepada siswa. Melalui diskusi, siswa
diminta mengidentifikasi sistematika dan peggunaan bahasa dalam contoh surat
resmi tersebut. Siswa diarahkan untuk menemukan pemahaman sendiri mengenai
surat resmi. Kemudian siswa diminta untuk menyimpulkan pengertian dan cara
penulisan surat resmi yang baik dan benar. Setelah paham mengenai surat resmi,
siswa diminta berlatih untuk menulis surat resmi dengan baik dan benar. Peneliti menekankan
kepada siswa untuk menggunakan bahasa yang benar dalam menulis surat resmi.
Hasil pekerjaan siswa
dikoreksi dan dinilai sesuai berdasarkan kriteria penilaian yang sudah
ditentukan. Peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil tindakan pada siklus I
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis surat resmi. Apabila hasilnya
rendah, akan dilakukan pembelajaran pada siklus II.
Pada siklus II,
peneliti menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa pada
pembelajaran siklus I. Lalu, peneliti memberikan penyelesaian terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Peneliti memberikan contoh surat
resmi agar siswa dapat memperbaiki kesalahan dalam menulis surat resmi.
Kemudian, siswa diminta untuk menulis surat resmi dengan benar. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi
dan dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ditentukan. Peneliti
melakukan evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis surat
resmi siswa setelah dilakukan
pembelajaran siklus II. Apabila diperoleh hasil yang lebih baik dari
pembelajaran sebelumnya, maka penerapan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan keterampilan menulis surat resmi
siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju . Kerangka berpikir proses
pembelajaran menulis surat resmi dengan
pendekatan kontekstual dapat digambarkan sebagai berikut. Masalah
Hasil
Bagan 1. Tahap
Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Menulis surat resmi dengan Pendekatan Kontekstual
E. Hipotesis Tindakan
Dengan digunakannya
pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis
surat resmi dan mengubah tingkah laku
siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju .
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini
menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus, yaitu
proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Untuk mengetahui kemampuan siswa
sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal sebelum siklus
I. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis siswa. Siklus I
digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Sedangkan hasil proses
tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
menulis setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang
didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
3.1.1 Prosedur
Tindakan Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap
perencanaan siklus I dilakukan persiapan pembelajaran menulis surat resmi dengan menyusun rencana pembelajaran terlebih
dahulu sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini
digunakan sebagai program kerja atau pedoman peneliti dalam melaksanakan proses
belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Selain itu, peneliti
menyiapkan soal yang akan diujikan melalui lembar tes menulis surat resmi beserta kriteria penilaiannya. Peneliti juga
menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi, lembar wawancara,
lembar angket, lembar jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto. Setelah
menyiapkan alat tes dan nontes, peneliti berkoordinasi dengan guru mata
pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Tindakan
Tindakan ini
disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan
tindakan dalam siklus I meliputi apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
a. Apersepsi
Pada tahap ini,
peneliti memberikan apersepsi kepada siswa mengenai pengertian, sistematika,
dan penggunaan bahasa surat resmi. Kemudian, peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran dan manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
b. Proses
pembelajaran
Pada proses
pembelajaran, siswa diminta berkelompok yang terdiri atas empat sampai lima
orang. Peneliti memberikan contoh surat resmi kepada setiap kelompok. Siswa
mengamati contoh surat resmi dan menentukan jenis surat resmi tersebut. Secara
berkelompok, siswa mengidentifikasi sistematika dan penggunaan bahasa dalam
contoh surat resmi. Setelah mengidentifikasi sistematika dan penggunaan bahasa
dalam surat resmi secara berkelompok, siswa berdiskusi secara klasikal untuk
membahas sistematika dan penggunaan bahasa yang tepat dalam menulis surat
resmi.
c. Evaluasi
Setelah siswa paham
mengenai surat resmi, di akhir setiap siklus peneliti mengadakan tes. Pada siklus
I siswa diminta untuk menulis surat resmi
yang berupa surat permohonan izin secara individu. Tujuan tes ini adalah
untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.
3. Pengamatan
Selama penelitian
berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Melalui lembar observasi, peneliti mengamati tingkah
laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dinilai
adalah hasil tulisan siswa serta perilaku siswa selama mengikuti kegiatan
pembelajaran. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan
pemotretan selama pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil berupa
aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil pemotretan
ini digunakan sebagai gambaran siswa yang diabadikan selama proses pembelajaran
berlangsung.
Setelah kegiatan
pembelajaran selesai, peneliti membagikan angket dan lembar jurnal kepada siswa
untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa terhadap materi, proses
pembelajaran, dan teknik yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran
sehingga dapat memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya.
Untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis surat resmi, peneliti juga
melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran
terutama kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui sikap positif dan negatif siswa dalam
kegiatan pembelajaran menulis surat resmi.
4. Refleksi
Pada tahap ini,
peneliti melakukan analisis hasil tes, hasil observasi, hasil angket, hasil
jurnal, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil analisis ini digunakan
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik pembelajaran yang digunakan
oleh peneliti dan untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh siswa
selama proses pembelajaran. Refleksi pada siklus I digunakan untuk mengubah
strategi dan sebagai perbaikan pembelajaran pada siklus II.
3.1.2 Prosedur
Tindakan Siklus II
1. Perencanaan
Perencanaan yang
dilakukan adalah memperbaiki dan menyempurnakan rencana pembelajaran yang telah
dilakukan pada siklus I. Dalam tahap ini, peneliti menyusun rencana
pembelajaran dengan tindakan yang berbeda dengan tindakan pada siklus I. Peneliti
juga menyiapkan soal tes dan kriteria penilaiannya, lembar observasi, lembar
jurnal, lembar angket, lembar wawancara, dan foto. Kemudian peneliti
berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada siklus II.
2. Tindakan
Tindakan yang
dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan pada siklus I. Sebelum siswa
menulis surat resmi, peneliti menjelaskan terlebih dahulu kesalahan-kesalahan
hasil tes siswa pada siklus I. Peneliti menanyakan kesulitan yang dihadapi
siswa dalam menulis surat resmi. Kemudian siswa diberi arahan dan bimbingan
agar dalam pelaksanaan kegiatan menulis surat resmi pada siklus II menjadi lebih baik.
Dalam proses
pembelajaran, siswa membahas tugas yang diberikan pada pembelajaran sebelumnya.
Kemudian, siswa berlatih menulis surat resmi
yang berupa surat permohonan bantuan secara berkelompok dengan teman
sebangku. Hasil pekerjaan setiap kelompok ditukar dengan kelompok lain untuk
dikoreksi. Siswa mengoreksi hasil pekerjaan dan menemukan kesalahan-kesalahan
yang ada dalam penulisan surat resmi oleh kelompok lain. Setelah berdiskusi
dengan teman sebangku, secara klasikal siswa berdiskusi untuk membahas
sistematika dan penggunaan bahasa dalam surat permohonan bantuan. Pada akhir
kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan evaluasi dengan mengadakan tes.
Secara individu, siswa diminta untuk menulis surat resmi berupa surat permohonan bantuan dengan
sistematika yang tepat dan bahasa yang efektif.
3. Pengamatan
Selama proses
pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dengan
menggunakan lembar observasi dan melakukan pemotretan. Setelah kegiatan
pembelajaran selesai, peneliti membagikan angket dan jurnal kepada siswa untuk
mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa selama mengikuti pembelajaran.
Pada siklus II ini, dilihat peningkatan hasil tes dan perilaku siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, yang meliputi keaktifan siswa dalam
mengerjakan tugas dan keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan.
Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran, peneliti juga
melakukan wawancara di luar jam pelajaran terutama kepada siswa yang
mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah.
4. Refleksi
Pada siklus II,
refleksi dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis surat
resmi dan perubahan tingkah laku siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari refleksi tersebut juga dapat
diketahui keefektifan penggunaan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran menulis surat resmi.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah keterampilan menulis surat resmi siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju .
Siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju berjumlah 44 siswa yang terdiri atas 21 siswa
putra dan 23 siswa putri.
3.3 Variabel
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan dua variabel sebagai berikut.
1. Variabel
Peningkatan Keterampilan Menulis surat resmi
Peningkatan
keterampilan menulis surat resmi dapat
diketahui dengan meningkatnya hasil keterampilan menulis surat resmi dan perubahan tingkah laku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan kontekstual .
Target tingkat
keberhasilan setiap siswa ditetapkan jika siswa mampu menulis surat resmi dengan benar. Target keberhasilan setiap
siswa pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II ditetapkan nilai batas
tuntas 70.
2. Variabel
Penggunaan Pendekatan Kontekstual
Masyarakat belajar
merupakan salah satu komponen pendekatan kontekstual yang menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Proses
pembelajaran dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar dan guru lebih banyak
berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Langkah-langkah
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran menulis surat resmi adalah sebagai berikut.
1. Siswa diberi contoh surat resmi.
2. Siswa diminta berkelompok dan berdiskusi
untuk mengidentifikasi sistematika dan penggunaan bahasa dalam contoh surat
resmi.
3. Siswa berlatih menulis surat resmi dengan sistematika dan bahasa yang benar.
3.4 Instrumen
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan instrumen sebagai berikut.
a. Tes
Bentuk instrumen tes
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis surat resmi dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang
efektif. Tes ini digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis
surat resmi. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis surat resmi,
diperlukan adanya penilaian.
Ada delapan aspek
pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu kesesuaian bentuk surat,
kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi
surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur
kalimat. Aspek-aspek penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
No
|
Aspek Penilaian
|
Rentang Skor
|
Bobot
|
Jumlah Skor
|
|||
SB
|
B
|
C
|
K
|
||||
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Kesesuaian bentuk
surat
Kelengkapan
bagian-bagian surat
Penulisan
bagian-bagian surat
Kejelasan isi surat
Pilihan kata
Ejaan dan tanda
baca
Penggunaan bahasa
baku
Struktur kalimat
|
10
15
15
10
10
15
10
15
|
|||||
Jumlah
|
100
|
Keterangan:
Sangat Baik (SB) :
Skor 4
Baik (B) : Skor 3
Cukup (C) : Skor 2
Kurang (K) : Skor 1
Aspek-aspek yang
dinilai dengan rentangan skor dan kategori penilaian dapat dilihat pada tabel 2
berikut.
Tabel 2. Kriteria
Penilaian Surat Resmi
No.
|
Aspek Penilaian
|
Rentangan Skor
|
Kategori
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Kesesuaian bentuk
surat
a. sesuai
b. cukup sesuai
c. kurang sesuai
d. tidak sesuai
Kelengkapan
bagian-bagian surat
a. lengkap
b. cukup lengkap
c. kurang lengkap
d. tidak lengkap
Penulisan
bagian-bagian surat
a. semua benar
b. sedikit
kesalahan
c. banyak kesalahan
d. salah semua
Kejelasan isi surat
a. jelas
b. cukup jelas
c. kurang jelas
d. tidak jelas
Pilihan kata
a. sesuai
b. cukup sesuai
c. kurang sesuai
d. tidak sesuai
Ejaan dan tanda
baca
a. sangat sempurna
b. sedikit
kesalahan
c. banyak kesalahan
d. semua salah
Penggunaan bahasa
baku
a. semua benar
b. sedikt kesalahan
c. banyak kesalahan
d. semua salah
Struktur kalimat
a. semua benar
b. sedikit
kesalahan
c. banyak kesalahan
d. semua salah
|
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3
12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3
8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1
12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
|
Keterangan pedoman
penilaian surat resmi sebagai berikut.
1. Kesesuaian bentuk
surat
a. Sesuai: bentuk
surat sesuai dengan aturan
b. Cukup sesuai:
bentuk surat tidak jauh menyimpang dari aturan
c. Kurang sesuai:
bentuk surat kurang sesuai dengan aturan
d. Tidak sesuai:
bentuk surat tidak sesuai dengan aturan
2. Kelengkapan
bagian-bagian surat
a. Lengkap: semua
bagian surat resmi ditulis lengkap
b. Cukup lengkap:
jumlah bagian surat resmi tidak kurang dari 10
c. Kurang lengkap:
jumlah bagian surat resmi kurang dari 10
d. Tidak lengkap:
jumlah bagian surat resmi kurang dari 7
3. Penulisan
bagian-bagian surat
a. Sangat sempurna:
jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan:
jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan:
jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Salah semua: semua
penulisan bagian surat salah
4. Kejelasan isi
surat
a. Jelas: isi surat
disampaikan dengan jelas
b. Cukup jelas: isi
surat yang disampaikan cukup jelas
c. Kurang jelas: isi
surat yang disampaikan kurang jelas
d. Tidak jelas: isi
surat yang disampaikan tidak jelas
5. Pilihan kata
a. Sesuai: pilihan
kata sesuai dengan isi surat
b. Cukup sesuai:
pilihan kata cukup sesuai dengan isi surat
c. Kurang sesuai:
pilihan kata kurang sesuai dengan isi surat
d. Tidak sesuai:
pilihan kata tidak sesuai dengan isi surat
6. Ejaan dan tanda
baca
a. Sangat sempurna:
jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan:
jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan:
jumlah kesalahan antara 11 sampai 20
d. Semua salah: semua
penggunaan ejaan dan tanda baca salah
7. Penggunaan bahasa
baku
a. Sangat sempurna:
jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan:
jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan:
jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Semua salah: semua
penggunaan bahasa baku salah
8. Struktur kalimat
a. Sangat sempurna:
jumlah kesalaha antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan:
jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan:
jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Semua kesalahan:
semua struktur kalimat salah
Dari pedoman
penilaian tersebut, peneliti dapat mengetahui kemampuan menulis surat
resmi siswa berhasil mencapai kategori
sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
Tabel 3. Penilaian
Keterampilan Menulis Surat Resmi
No.
|
Kategori
|
Skor
|
1.
|
Sangat baik
|
85 - 100
|
2.
|
Baik
|
75 - 84
|
3.
|
Cukup
|
65 - 74
|
4.
|
Kurang
|
0 - 64
|
b. Nontes Bentuk
instrumen yang berupa nontes adalah lembar observasi, pedoman wawancara, lembar
angket, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi
digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan keaktifan siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati, yaitu perilaku positif dan
perilaku negatif siswa dalam proses pembelajaran.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pembelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan pembelajaran menulis
surat resmi. Aspek yang digunakan dalam pedoman wawancara, antara lain mengenai
tanggapan siswa terhadap materi pelajaran, kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dalam pembelajaran menulis surat resmi, dan tanggapan siswa terhadap guru
dan teknik yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Lembar Angket
Angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket terstruktur dan tertutup. Aspek yang
diungkap mengenai proses pembelajaran menulis surat resmi. Jumlah pertanyaan
dalam angket sebanyak sepuluh soal dengan empat pilihan jawaban. Peneliti
menentukan skor dalam penilaian angket. Setiap jawaban memiliki skor yang berbeda.
Nilai akhir angket adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor
ideal dikalikan seratus.
4. Jurnal
Jurnal digunakan
untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Aspek yang diungkap antara lain mengenai perasaan siswa senang atau tidak
selama mengikuti pembelajaran menulis surat resmi dengan pendekatan kontekstual.
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Tes
Data dalam penelitian
ini diperoleh melalui tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I
dan siklus II. Tes diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran dengan
memberikan tugas kepada siswa untuk menulis surat resmi. Tes diberikan untuk
mengetahui keterampilan siswa dalam kesesuaian bentuk surat, kelengkapan
bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi surat,
pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur
kalimat.
Langkah-langkah dalam
pengambilan data hasil tes adalah sebagai berikut.
1. Persiapan
Dalam penelitian ini
peneliti menyiapkan soal yang akan dikerjakan oleh siswa, yaitu jenis surat
resmi yang akan ditulis oleh siswa. Hal-hal yang disiapkan, yaitu menentukan
topik yang akan digunakan dalam menulis surat resmi dan membagi kertas.
2. Pelaksanaan
Tes dilaksanakan di
dalam kelas setelah materi pembelajaran menulis surat resmi diberikan selama dua jam pelajaran.
Pelaksanaan tes bertujuan agar siswa mampu menulis surat resmi dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang
efektif.
3. Evaluasi
Setelah siswa menulis
surat resmi, peneliti melakukan evaluasi dengan memberikan nilai pada setiap
siswa dan hasil penilaian tersebut disebut sebagai hasil tes.
4. Teknik Nontes
Data nontes digunakan
untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Dalam
pengambilan data nontes, peneliti menggunakan observasi, wawancara, angket,
jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto.
Observasi dilakukan
oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan
pada semua siswa dengan memberikan tanda check (√) pada lembar observasi. Dalam
penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai proses dan
perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Wawancara dilakukan
setelah proses pembelajaran selesai dengan menggunakan alat perekam. Wawancara
hanya ditujukan kepada siswa tertentu yang mendapatkan nilai tinggi, sedang,
dan nilai rendah. Siswa menjawab pertanyaan yang berjumlah lima soal yang
berkaitan dengan pembelajaran menulis surat resmi. Wawancara dalam penelitian
ini berisi tentang respon siswa terhadap tugas yang dikerjakan dan hambatan
atau kesulitan yang dihadapi.
Angket dibagikan
kepada siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Jumlah soal dalam angket
sebanyak sepuluh soal dengan empat pilihan jawaban. Setiap jawaban memiliki
skor yang berbeda. Nilai akhir angket adalah jumlah skor yang diperoleh siswa
dibagi jumlah skor ideal dikalikan seratus.
Jurnal diisi oleh
siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Lembar jurnal berisi lima soal dan
diisi oleh siswa secara tertulis. Dalam penelitian ini, jurnal digunakan untuk
mengetahui respon dan minat siswa terhadap proses pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual , kesulitan yang
dihadapi siswa dalam menulis surat, dan kesan dan pesan siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Pengambilan foto juga
dilakukan selama penelitian berlangsung. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas
siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Dokumentasi berupa foto ini
digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian
berlangsung.
4.6 Teknik Analisis
Data
Teknik analisis data
dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
1. Secara kualitatif
Data kualitatif
diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal, angket, wawancara,
dan dokumentasi foto. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang
diperoleh, menyusunnya dalam satuan-satuan, dan dikategorisasikan.
Hasil analisis data
secara kualitatif digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa pada
pembelajara siklus I dan siklus II, serta untuk mengetahui efektivitas
penggunaan pendekatan kontekstual dalam peningkatan keterampilan menulis surat
resmi.
2. Secara Kuantitatif
Data kuantitatif
diperoleh dari hasil tes menulis surat resmi
dengan pendekatan kontekstual pada siklus I dan siklus II. Analisis data tes
secara kuantitatif atau deskriptif presentase ini dilakukan dengan menghitung
nilai masing-masing aspek, merekap nilai siswa, menghitung nilai rata-rata
siswa, dan menghitung presentase nilai.
Presentase nilai
dihitung menggunakan rumus berikut.
R
NP = -------------- x 100%
SM
Keterangan:
NP : nilai dalam
persen
R : skor yang dicapai
siswa
SM : skor maksimal
ideal
Hasil perhitungan
keterampilan menulis surat resmi dari
siklus I dan siklus II dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran
mengenai presentase peningkatan keterampilan menulis surat resmi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan
disajikan hasil tes dan nontes yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Hasil
tes terbagi atas tiga bagian, yaitu pratindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil
tes siklus I dan siklus II berupa keterampilan menulis surat resmi siswa dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual . Hasil nontes
diperoleh dari observasi, wawancara, angket, dan jurnal..
4.1.1 Pratindakan
Hasil tes pratindakan
berupa keterampilan menulis surat resmi siswa
sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan ini berfungsi
untuk mengetahui keadaan awal keterampilan menulis surat resmi siswa. Tes yang dilakukan adalah menulis
surat resmi yang berupa surat permohonan
izin. Hasil tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil
Keterampilan Menulis surat resmi Pratindakan
No
|
Kategori
|
Rentang Nilai
|
Frekuensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Rata-rata
|
1
2
3
4
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
85-100
75-84
65-74
0-64
|
0
0
11
33
|
0
0
722,75
2029,5
|
0%
0%
25%
75%
|
2752,25/44 = 62
|
Data pada tabel 4
menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas IXA dalam menulis surat resmi untuk kategori kurang dengan skor 0-64
dicapai oleh 33 siswa atau sebesar 75%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 25%. Sedangkan kategori sangat baik dengan
skor 85-100 dan kategori baik dengan skor 75-84 belum dicapai oleh siswa atau
sebesar 0%. Jadi, nilai rata-rata keterampilan menulis surat resmi siswa pada pratindakan sebesar 62 atau dengan
kategori kurang. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah skor
masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis surat resmi, yaitu aspek
kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian
surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ekaan dan tanda baca, penggunaan
bahasa baku, dan struktur kalimat.
4.1.1.1 Aspek
Kesesuaian Bentuk Surat
Pada aspek kesesuaian
bentuk surat ini, penilaiannya dipusatkan pada kesesuaian bentuk surat dengan
aturan yang berlaku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada aspek
kesesuaian bentuk surat pada tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 5
berikut.
Tabel 5. Keterampilan
Penyesuaian Bentuk Surat dengan Aturan yang Berlaku
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
25
9
9
1
|
856
189
144
8
|
56,82%
20,45%
20,45%
2,28%
|
1197 x100
1760
= 68
|
|
44
|
1197
|
100%
|
Data pada tabel 5
tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam menggunakan bentuk surat
untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 25 siswa atau
sebesar 56,82%. Kategori baik dengan skor 75-84 dan kategori cukup dengan skor
65-74 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%, sedangkan untuk kategori kurang
dengan skor 0-64 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,28%. Jadi, rata-rata skor
yang diperoleh siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat pada tes pratindakan
sebesar 68 atau dengan kategori baik.
4.1.1.2 Aspek
Kelengkapan Bagian-bagian Surat
Pada aspek
kelengkapan bagian-bagian surat ini, penilaiannya dipusatkan pada kelengkapan
bagian-bagian surat yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada
aspek kelengkapan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Keterampilan
Melengkapi Bagian-bagian Surat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
41
2
1
0
|
2172
66
30
0
|
93,18%
4,55%
2,27%
0%
|
2268 x100
2640
= 86
|
|
44
|
2268
|
100%
|
Data pada tabel 6
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 41 siswa atau sebesar 93,18%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27 %, sedangkan untuk kategori kurang
dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata
nilai keterampilan siswa pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat pada tes
pratindakan sebesar 86 dengan kategori sangat baik.
4.1.1.3 Aspek
Penulisan Bagian-bagian Surat
Pada aspek penulisan
bagian-bagian surat, penilaiannya dipusatkan pada ketepatan penulisan
bagian-bagian yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes
penulisan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 7. Keterampilan
Menulis Bagian-Bagian Surat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
0
9
33
2
|
0
297
924
28
|
0%
20,45%
75%
4,55%
|
1249 x100
2640
= 47
|
|
44
|
1249
|
100%
|
Data pada tabel 7
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik yaitu skor
85-100 belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%. Kategori cukup dengan skor
65-74 dicapai oleh 33 siswa atau sebesar 75%, sedangkan untuk kategori kurang
dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa dalam menulis bagian-bagian surat pada tes pratindakan
sebesar 47 dengan kategori kurang.
4.1.1.4 Aspek
Kejelasan Isi Surat
Pada aspek kejelasan
isi surat, penilaiannya dipusatkan pada kejelasan isi yang disampaikan dalam
surat. Hasil penilaian tes kejelasan isi surat dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8. Keterampilan
Menulis Isi Surat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
6
18
20
0
|
192
378
339
0
|
13,64%
40,91%
86,36%
0%
|
909 x100
1760
= 52
|
|
44
|
909
|
100%
|
Data pada tabel 8
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 13,64%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 20 siswa atau sebesar 86,36 %, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa dalam menulis isi surat pada tes pratindakan sebesar 52 dan
termasuk dalam kategori kurang.
4.1.1.5 Aspek Pilihan
Kata
Pada aspek pilihan
kata, penilaiannya dipusatkan pada ketepatan pemilihan kata dalam penulisan
surat resmi. Hasil penilaian tes ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada
tabel 9 berikut.
Tabel 9. Keterampilan
Memilih Kata
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
0
0
35
9
|
0
0
579
72
|
0%
0%
79,55%
20,45%
|
651 x100
1760
= 37
|
|
44
|
651
|
100%
|
Data pada tabel 9
menunjukkan bahwa keterampilan untuk kategori sangat baik dengan kategori
85-100 dan kategori baik dengan skor 75-84 belum dicapai oleh siswa atau
sebesar 0%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 35 siswa atau sebesar
79,55%. Kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar
20,45%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek pilihan kata pada
tes pratindakan sebesar 37 dan termasuk dalam kategori kurang.
4.1.1.6 Aspek Ejaan
dan Tanda Baca
Pada aspek ejaan dan
tanda baca, penilaiannya dipusatkan pada pemakaian huruf kapital, pemenggalan
kata, penggunaan ejaan, dan tanda baca dalam penulisan surat resmi. Hasil
penilaian tes pada penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel 10
berikut.
Tabel 10.
Keterampilan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
4
9
28
3
|
204
297
789
42
|
9,09%
20,45%
63,64%
6,82%
|
1332 x100
2640
= 50
|
|
44
|
1332
|
100%
|
Pada tabel 10 menunjukkan
bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai
oleh 4 siswa atau sebesar 9,09%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 9
siswa atau sebesar 20,45%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 28
siswa atau sebesar 63,64%, sedangkan untuk kategori kurang dengan skor 0-64
dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 6,82%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan
siswa pada aspek ejaan dan tanda baca pada tes pratindakan sebesar 50 dan
termasuk dalam kategori kurang.
4.1.1.7 Aspek
Penggunaan Bahasa Baku
Pada aspek penggunaan
bahasa baku, penilaiannya dipusatkan pada penggunaan bahasa baku dalam penulisan
surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek penggunaan bahasa baku dapat
dilihat pada tabel 11 berikut.
Tabel 11.
Keterampilan Menggunakan Bahasa Baku
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
36
7
1
0
|
1204
147
15
0
|
81,82%
15,91%
2,27%
0%
|
1366 x100
1760
= 78
|
|
44
|
100%
|
Data pada tabel 11
tersebut menunjukkan bahwa kategori sangat baik dengan kategori 85-100 dicapai
oleh 36 siswa atau sebesar 81,82%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh
7 siswa atau sebesar 15,91%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1
siswa atau sebsar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak
dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa
pada aspek penggunaan bahasa baku pada tes pratindakan sebesar 78 atau dengan
kategori baik.
4.1.1.8 Aspek
Struktur Kalimat
Pada aspek struktur
kalimat ini, penilaiannya dipusatkan pada kohesi dan koherensi unsur-unsur
pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat yang baik dalam surat resmi. Hasil
penilaian tes pada aspek struktur kalimat dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
Tabel 12.
Keterampilan Menyusun Struktur Kalimat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
36
7
1
0
|
1776
231
30
0
|
81,82%
15,91%
2,27%
0
|
2037 x100
2640
=77
|
|
44
|
2037
|
100%
|
Data pada tabel 12
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 36 siswa atau sebesar 81,82%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,91%. Kategori cukup dengan skor
65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa pada penulisan struktur kalimat pada tes pratindakan sebesar
77 atau dengan kategori baik.
Untuk lebih jelasnya,
hasil tes keterampilan menulis surat resmi
pratindakan siswa kelas IXA dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.
Grafik 1. Hasil Tes
Keterampilan Menulis surat resmi Pratindakan
Grafik 1 menunjukkan
bahwa mayoritas skor siswa masih berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak
75% siswa. Sisanya sebesar 25% siswa berada pada kategori cukup. Sementara itu,
kategori sangat baik dan baik belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Dengan
demikian, keterampilan menulis surat resmi
siswa perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan tindakan siklus I dengan pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual .
4.1.2 Hasil Siklus I
4.1.2.1 Hasil Tes
Hasil tes menulis
surat resmi yang berupa surat permohonan
izin dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dapat
dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13.
Keterampilan Menulis surat resmi Siklus
I
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
85-100
75-84
65-74
0-64
|
0
0
25
19
|
0
0
1718,25
1176,25
|
0%
0%
56,82%
43,18%
|
2894,5/44= 65
|
|
44
|
100%
|
Data pada tabel 13 menunjukkan
bahwa keterampilan siswa kelas IXA dalam menulis surat resmi untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100
dan kategori baik dengan skor 75-84 belum dicapai siswa atau sebesar 0%.
Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%,
sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 19 siswa atau sebesar
43,18%. Jadi, nilai rata-rata keterampilan menulis surat resmi siswa pada siklus I sebesar 65 atau dengan
kategori cukup. Secara keseluruhan, keterampilan menulis surat resmi siswa belum memenuhi target pencapaian nilai
70 dalam rata-rata kelas. Nilai rata-rata 65 berasal dari jumlah skor
masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis surat resmi, yaitu aspek
kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan
bagian-bagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca,
penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.
4.1.2.1.1 Aspek
Kesesuaian Bentuk Surat
Pada aspek kesesuaian
bentuk surat ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kesesuaian bentuk surat
dengan aturan yang berlaku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada
aspek kesesuaian bentuk surat pada tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 5
berikut.
Tabel 14.
Keterampilan Penyesuaian Bentuk Surat dengan Aturan yang Berlaku
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
25
11
8
0
|
876
231
126
0
|
56,82%
25%
18,18%
0%
|
1233 x100
1760
= 70
|
|
44
|
1233
|
100%
|
Data pada tabel 14
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 25%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 8 siswa atau sebesar 18,18%, sedangkan kategori kurang dengan skor
0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual sebesar 70 atau dengan kategori cukup.
4.1.2.1.2 Aspek
Kelengkapan Bagian-bagian Surat
Pada aspek kelengkapan
bagian-bagian surat ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kelengkapan
bagian-bagian surat yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada
aspek kelengkapan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 15 berikut.
Tabel 15. Aspek Kelengkapan
Bagian-bagian Surat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
41
2
1
0
|
2248
66
30
0
|
93,18%
4,55%
2,27%
0%
|
2344 x100
2640
= 89
|
|
44
|
2344
|
100%
|
Data pada tabel 15
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 41 siswa atau sebesar 93,18%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 30 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan skor
0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual sebesar
89 atau dengan kategori sangat baik.
4.1.2.1.3 Aspek
Penulisan Bagian-bagian Surat
Pada aspek penulisan
bagian-bagian surat, penilaiannya masih dipusatkan pada ketepatan penulisan
bagian-bagian yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes
penulisan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 16 berikut.
Tabel 16.
Keterampilan Menulis Bagian-Bagian Surat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
1
13
28
2
|
48
429
795
28
|
2,27%
29,55%
63,63%
4,55%
|
1300 x100
2640
= 49
|
|
44
|
100%
|
Data pada tabel 16
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%. Kategori baik dengan skor 75-84
dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 29,55%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 28 siswa atau sebesar 63,63%, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa pada aspek penulisan bagian-bagian surat dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual sebesar 49 atau dengan kategori kurang.
4.1.2.1.4 Aspek
Kejelasan Isi Surat
Pada aspek kejelasan
isi surat, penilaiannya masih dipusatkan pada kejelasan isi yang disampaikan
dalam surat. Hasil penilaian tes kejelasan isi surat dapat dilihat pada tabel
17 berikut.
Tabel 17.
Keterampilan Menulis Isi Surat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
18
9
15
2
|
600
189
258
16
|
40,91%
20,45%
34,09%
4,55%
|
1063 x100
1760
= 60
|
|
44
|
1063
|
100%
|
Data pada tabel 17
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%. Kategori baik dengan skor
84-75 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 15 siswa atau sebesar 34,09%, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa dalam menulis isi surat dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual sebesar 60 atau dengan kategori cukup.
4.1.2.1.5 Aspek
Pilihan Kata
Pada aspek pilihan
kata, penilaiannya masih dipusatkan pada ketepatan pemilihan kata dalam
penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes ketepatan pemilihan kata dapat
dilihat pada tabel 18 berikut.
Tabel 18.
Keterampilan Memilih Kata
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
1
16
18
9
|
32
336
291
72
|
2,27%
36,36%
40,91%
20,46%
|
731 x100
1760
= 42
|
|
44
|
100%
|
Data pada tabel 18
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%. Kategori baik dengan skor 75-84
dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 36,36%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,46%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa pada aspek pilihan kata dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual sebesar 42 atau dengan kategori kurang.
4.1.2.1.6 Aspek Ejaan
dan Tanda Baca
Pada aspek ejaan dan
tanda baca, penilaiannya masih dipusatkan pada pemakaian huruf kapital,
pemenggalan kata, penggunaan ejaan, dan tanda baca dalam penulisan surat resmi.
Hasil penilaian tes pada penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada
tabel 19 berikut.
Tabel 19.
Keterampilan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
5
13
22
4
|
264
429
624
56
|
11,36%
29,55%
50%
9,09%
|
1373 x100
2640
= 52
|
|
44
|
100%
|
Data pada tabel 19
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 11,36%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 29,55%. Kategori cukup dengan skor
65-74 dicapai oleh 22 siswa atau sebesar 50%, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 9,09%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca dengan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual sebesar 52 atau dengan kategori kurang.
4.1.2.1.7 Aspek
Penggunaan Bahasa Baku
Pada aspek penggunaan
bahasa baku, penilaiannya masih dipusatkan pada penggunaan bahasa baku dalam
penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek penggunaan bahasa baku
dapat dilihat pada tabel 20 berikut.
Tabel 20.
Keterampilan Menggunakan Bahasa Baku
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
35
7
2
0
|
1184
147
33
0
|
79,55%
15,90%
4,55%
0%
|
1364 x100
1760
= 78
|
|
44
|
100%
|
Data pada tabel 20
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 35 siswa atau sebesar 79,55%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,90%. Kategori cukup dengan skor
65-74 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa baku dengan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual sebesar 78 atau dengan kategori baik.
4.1.2.1.8 Aspek
Struktur Kalimat
Pada aspek struktur
kalimat ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kohesi dan koherensi
unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat yang baik dalam surat
resmi. Hasil penilaian tes pada aspek struktur kalimat dapat dilihat pada tabel
21 berikut.
Tabel 21.
Keterampilan Menyusun Struktur Kalimat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
39
4
1
0
|
2008
132
30
0
|
88,64%
9,09%
2,27%
0%
|
2170 x100
2640
= 82
|
|
44
|
100%
|
Data pada tabel 21
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 39 siswa atau sebesar 88,64%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 9,09%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan skor
0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa dalam menyusun struktur kalimat dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual sebesar 82 atau dengan kategori baik.
Hasil tes
keterampilan menulis surat resmi siklus
I siswa kelas IXA dapat dilihat pada grafik 2 di bawah ini.
Grafik 2.
Hasil Tes
Keterampilan Menulis surat resmi Siklus
Grafik 2 menunjukkan
bahwa mayoritas skor siswa berada pada kategori cukup, yaitu sebanyak 56,82%
siswa. Sisanya sebanyak 43,18% siswa berada pada kategori kurang. Kategori
sangat baik dan baik melum mampu dicapai oleh siswa. Rata-rata skor yang
diperoleh siswa pada siklus I belum mencapai target penilaian yang ditentukan. Oleh
karena itu, keterampilan menulis surat resmi
masih perlu ditingkatkan dengan melakukan tindakan siklus II dengan
pembelajaran kontekstual .
4.1.2.2 Hasil Nontes
Hasil penelitian
nontes pada siklus I adalah hasil dari observasi, wawancara, angket, jurnal,
dan dokumentasi foto. Hasil penelitian nontes tersebut sebagai berikut.
4.1.2.2.1 Observasi
Observasi dilakukan
selama proses pembelajaran menulis surat resmi
dengan pendekatan kontekstual di kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju .
Observasi dilakukan oleh peneliti yang sekaligus sebagai guru dengan bantuan
seorang teman. Kegiatan observasi difokuskan pada tiga jenis perilaku, yaitu
keaktifan siswa mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa selama
pembelajaran menulis surat resmi, dan keaktifan siswa mengerjakan tugas menulis
surat resmi. Hasil observasi siklus I dapat dilihat pada tabel 22 berikut.
Tabel 22. Hasil
Observasi Siklus I
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
|
5
4
3
2
1
|
0
6
2
1
1
|
0
24
6
2
1
|
0%
60%
20%
10%
10%
|
|
Jumlah
|
10
|
33
|
100%
|
Dari observasi dapat
diketahui bahwa sebagian besar siswa belum aktif mendengarkan penjelasan guru.
Hal ini dapat dilihat pada data observasi yang menunjukkan bahwa sebanyak 32
siswa atau 72,7% siswa memperhatikan penjelasan guru. Sisanya sebanyak 27,3%
atau sebanyak 12 siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Mereka asyik
berbicara dengan teman sebangku atau melakukan kegiatan yang tidak berhubungan
dengan materi pelajaran. Keaktifan siswa bertanya mengenai materi yang
diajarkan oleh guru mencapai 9,09% atau hanya 4 siswa saja yang aktif bertanya.
Sementara itu, dari 44 siswa hanya 10 siswa atau sebesar 22,7% siswa yang mau
berkomentar mengenai materi yang diajarkan oleh guru dan 34 siswa atau 77,3%
siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sebagian besar siswa juga tidak
mencatat hal-hal penting dari materi yang dijelaskan oleh guru. Hanya 20 siswa
atau 45,5% siswa saja yang mau membuat catatan penting.
Keaktifan siswa
selama mengikuti pembelajaran siklus I masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya siswa yang tidak semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebanyak
24 siswa atau 54,5% siswa semangat mengikuti pembelajaran. Sisanya sebanyak 20
siswa atau 45,5% tidak semangat mengikuti pembelajaran. Hal itu disebabkan
karena kegiatan pembelajaran dilakukan pada siang hari sehingga siswa merasa bosan
dan tidak semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi,
dari 44 siswa hanya 34 atau 77,3% siswa yang berdiskusi dan 32 atau 72,7%
terlibat dalam pembelajaran menulis. Dalam kegiatan diskusi, banyak siswa yang
tidak aktif mengikuti diskusi tetapi berbicara atau bermain-main dengan teman
yang lain.
Keaktifan siswa
mengerjakan tugas menulis surat resmi sudah
cukup baik walaupun tidak semua siswa mampu menyelesaikan tugas dalam waktu
yang ditentukan. Sebanyak 34 siswa atau 77,3% siswa mengerjakan tugas menulis
surat resmi dengan sungguh-sungguh.
Sisanya sebanyak 10 siswa atau 22,7% masih bergurau dan melihat pekerjaan
temannya. Dari 44 siswa, 33 siswa atau 75% siswa mampu menyelesaikan tugas
dalam waktu yang ditentukan
Berdasarkan data pada
tabel 22 dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing aspek observasi, siswa
belum mampu mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dengan skor 4 mencapai
60%. Kategori cukup dengan skor 3 mencapai 20%, kategori kurang dengan skor 2
mencapai 10%, dan kategori sangat kurang dengan skor I mencapai 10%. Jadi,
perilaku siswa dalam pembelajaran masih perlu diubah ke arah yang lebih baik.
Guru harus merubah pola pembelajaran agar siswa dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik.
4.1.2.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan
oleh peneliti kepada dua siswa yang memperoleh nilai tinggi, dua siswa yang
memperoleh nilai sedang, dan dua siswa yang memperoleh nilai rendah dalam tes menulis
surat resmi yang berupa surat permohonan
izin. Keenam siswa tersebut bernama Retno Dwi Kanosari, Rahmat Yuni Ardianto,
Lolla Marrietta, Eko Wisnu Prabowo, Dwi Hana Panji, dan Irfan Adi sukmawan.
Wawancara pada siklus I dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajaran menulis surat resmi dengan
pendekatan kontekstual.
Dari hasil wawancara
dapat diketahui bahwa keenam siswa tersebut pada dasarnya senang dengan materi
menulis surat resmi. Mereka sebagian besar juga senang dengan teknik mengajar
yang digunakan oleh guru, yaitu pembelajaran kontekstual . Walaupun sebagian besar siswa senang dengan
teknik mengajar yang digunakan oleh guru, namun mereka merasa kurang
termotivasi dengan adanya diskusi dalam pembelajaran menulis surat resmi.
Menurut satu siswa yang nilainya sedang dan satu siswa yang nilainya kurang,
dengan diskusi mereka menjadi termotivasi karena dapat bekerja sama dengan
teman. Siswa yang lain merasa kurang termotivasi dengan diskusi. Dua siswa
menyatakan bahwa dengan diskusi kelas menjadi ramai sehingga tidak mampu
bekerja dengan baik. Sementara itu, dua siswa yang lain merasa bahwa dengan
diskusi pembagian tugasnya tidak adil karena hanya siswa tertentu saja yang
aktif. Sebelum hasil tes dikumpulkan, dua diantara enam siswa sudah berusaha
merevisi hasil pekerjaannya agar lebih baik. Namun, mereka masih mengalami
kesulitan terutama dalam menyusun kata dan struktur kalimat.
4.1.2.2.3 Angket
Angket diisi oleh
semua siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai. Aspek yang diungkap mengenai
proses pembelajaran menulis surat resmi yang
terdiri atas sepuluh pernyataan. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa
terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran. Hasil penilaian
angket dapat dilihat pada tabel 23 berikut.
Tabel 23. Hasil
Penilaian Angket Siklus I
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Rata-rata
|
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
|
4
3
2
1
|
98
274
58
10
|
9800
20550
2900
250
|
22,3%
62,2%
13,2%
2,3%
|
33500/440=
76
|
|
440
|
33500
|
100%
|
Dari data yang
diperoleh dapat diketahui bahwa sebanyak 6 siswa menyatakan sangat setuju, 35
menyatakan setuju, dan 3 siswa menyatakan kurang setuju bahwa penjelasan guru
mengenai materi surat resmi mudah dipahami. Pada pernyataan pertama, sebagian
besar sswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Dari 44 siswa, sebanyak
13 siswa menyatakan sangat setuju bahwa guru melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran sedangkan 26 siswa menyatakan setuju, 4 siswa menyatakan kurang
setuju, dan I siswa menyatakan tidak setuju. Pada pernyataan kedua sebagian
besar siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Sebanyak 12 siswa sangat
setuju bahwa guru memberikan bimbingan dan pengarahan dalam kegiatan
pembelajaran sedangkan 31 siswa menyatakan setuju dan 1 siswa menyatakan kurang
setuju. Pada pernyataan ketiga, sebagian besar siswa menyatakan setuju dengan
rata-rata skor 3. Sebanyak 8 siswa merasa sangat setuju bahwa guru memotivasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 31 siswa menyatakan setuju dan 5
siswa menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan keempat, sebagian besar siswa
menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Tanggapan siswa mengenai teknik
diskusi, yaitu 6 siswa menyatakan sangat setuju bahwa teknik diskusi memberikan
semangat dalam kegiatan menulis surat resmi
sedangkan 23 siswa menyatakan setuju, 12 siswa kurang setuju, dan 3
siswa menyatakan tidak setuju. Jadi, pada pernyataan kelima sebagian besar
siswa menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor 2. Sebanyak 12 siswa
merasa sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah untuk memahami materi
surat resmi sedangkan 22 siswa menyatakan setuju, 7 siswa kurang setuju, dan 3
siswa menyatakan tidak setuju. Pada pernyataan keenam, sebagian besar siswa
menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor 2. Sebanyak 6 siswa merasa
sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah dalam menulis surat resmi sedangkan 30 siswa menyataka setuju, 6 siswa
kurang setuju, dan 2 siswa menyatakan tidak setuju. Pada pernyataan ketujuh,
sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor 2. Dari 44
siswa, 13 siswa merasa sangat setuju bahwa mereka merasa telah bisa membedakan
surat resmi dengan surat pribadi sedangkan 27 siswa menyatakan setuju dan 4
siswa menyatakan kurang setuju. Jadi, pada pernyataan kedelapan mayoritas siswa
menyatakan setuju dengan skor rata-rata 3. Sebanyak 7 siswa menyatakan sangat
setuju bahwa mereka telah bisa menulis surat resmi dengan benar sedangkan 23 siswa menyatakan
setuju dan 14 siswa menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan kesembilan,
sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor sebesar 2.
Dari 44 siswa, 15 siswa merasa sangat setuju bahwa cara mengajar guru menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan sedangkan 27 siswa menyatakan setuju dan 2 orang
menyatakan kurang setuju. Jadi, pada pernyataan kesepuluh mayoritas siswa
menyatakan setuju dengan rata-rata skor sebesar 3.
Berdasarkan data pada
tabel 23 dapat disimpulkan bahwa pernyataan sangat setuju terhadap materi dan
teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran siklus I mencapai 22,3%.
Sementara itu, pernyataan setuju dengan skor 3 mencapai 62,2%. Pernyataan
kurang setuju dengan skor 2 mencapai 13,2% sedangkan pernyataan tidak setuju
dengan skor 1 mencapai 2,3%. Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa pada
penilaian angket siklus II sebesar 76. Hal ini berarti bahwa respon siswa
terhadap materi dan teknik mengajar guru sudah baik karena mayoritas siswa
menyatakan setuju. Namun, masih ada respon negatif siswa terhadap materi dan
teknik yang digunakan guru dalam mengajar sehingga menyebabkan kurangnya
keterampilan menulis surat resmi siswa. Oleh
karena itu, keterampilan menulis surat resmi
siswa masih perlu ditingkatkan dengan merubah perilaku negatif siswa
menjadi perilaku yang positif.
4.1.2.2.4 Jurnal
Jurnal digunakan
untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual . Jurnal
diisi oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai yang meliputi lima
pertanyaan, yaitu (1) kesan siswa terhadap cara mengajar yang digunakan oleh
guru, (2) perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran dengan teknik yang
digunakan oleh guru, (3) kesan siswa terhadap materi menulis surat resmi, (4)
kesulitan siswa dalam menulis surat resmi, dan (5) pesan siswa terhadap
kegiatan pembelajaran yang akan datang.
Hasil dari data
jurnal menunjukkan bahwa 33 siswa senang dengan cara mengajar yang digunakan
oleh guru karena mudah dipahami. Teknik mengajar yang digunakan oleh guru
membuat siswa senang mengikuti kegiatan pembelajaran menulis surat resmi.
Sementara itu, 10 siswa menyatakan cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang
dengan cara mengajar yang digunakan oleh guru. Dari 44 siswa, 33 siswa merasa
senang mengikuti pembelajaran dengan teknik yang digunakan oleh guru sedangkan
10 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang. Sebagian besar
siswa merasa senang dengan teknik diskusi karena mereka merasa bahwa dengan
diskusi dapat bekerja sama dalam megatasi kesulitan dalam pembelajaran.
Sementatara siswa yang lain merasa bahwa dengan diskusi tidak setiap siswa
aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa, yaitu 32 siswa merasa senang
dengan materi menulis surat resmi sedangkan
11 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang. Sebagian besar
siswa merasa senang dengan materi menulis surat resmi karena mereka merasa bahwa belajar menulis
surat resmi itu berguna untuk masa yang
akan datang. Namun, sebagian kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis
surat resmi menyebabkan sebagian siswa
kurang menyukai materi menulis surat resmi. Dari 44 siswa, 13 siswa merasa
mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi
sedangkan 31 siswa merasa tidak mengalami kesulitan. Sebagian besar
siswa mengalami kesulitan ketika menulis surat resmi terutama dalam menyusun kata, struktur
kalimat, dan penggunaan tanda baca.
Dari data jurnal
dapat disimpulkan bahwa masih ada siswa yang memiliki kesan negatif terhadap
pembelajaran menulis surat resmi dengan
pendekatan kontekstual dan masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam menulis surat resmi. Guru perlu merubah metode pembelajaran
agar dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan mengarahkan siswa ke perilaku
yang lebih baik.
4.1.3 Hasil Siklus II
Tindakan siklus II
dilakukan karena pada siklus I keterampilan menulis surat resmi siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju masih pada kategori cukup dan belum memenuhi
target pencapaian nilai rata-rata kelas yang telah ditentukan. Selain itu,
perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran menulis surat resmi juga belum tampak. Oleh karena itu, tindakan
siklus II dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis surat resmi dan mengubah tingkah laku siswa dalam
pembelajaran. Tindakan siklus II ternyata dapat mengatasi masalah-masalah yang
ada dalam pembelajaran siklus I. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
kategori cukup ke kategori baik. Hasil tes menulis surat resmi dan hasil nontes siklus II dapat dilihat
sebagai berikut.
4.1.3.1 Hasil Tes
Hasil tes menulis
surat resmi yang berupa surat permohonan
bantuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dapat
dilihat pada tabel 24 berikut.
Tabel 24.
Keterampilan Menulis surat resmi Siklus
II
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
85-100
75-84
65-74
0-64
|
0
25
19
0
|
0
1917,5
1394,25
0
|
0%
56,82%
43,18%
0%
|
3311,75/44= 75
|
|
44
|
3311,75
|
100%
|
Data pada tabel 24
menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas IXA dalam menulis surat resmi untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100
dan kategori kurang dengan skor 0-64 belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%.
Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%.
Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 19 siswa atau sebesar 43,18%.
Jadi, nilai rata-rata keterampilan menulis surat resmi siswa pada siklus II sebesar 75 atau dengan
kategori baik. Secara keseluruhan, keterampilan menulis surat resmi siswa kelas IXA mengalami peningkatan
dan sudah memenuhi target pencapaian nilai 70 dalam rata-rata kelas.
Nilai rata-rata 75 berasal
dari jumlah skor masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis surat resmi,
yaitu aspek kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan
bagian-bagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca,
penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.
4.1.3.1.1 Aspek
Kesesuaian Bentuk Surat
Pada aspek kesesuaian
bentuk surat siklus II ini, penilaiannya masih sama dengan siklus I, yaitu
dipusatkan pada kesesuaian bentuk surat dengan aturan yang berlaku dalam
penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada aspek kesesuaian bentuk surat pada
tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 25 berikut.
Tabel 25.
Keterampilan Penyesuaian Bentuk Surat dengan Aturan yang Berlaku
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
43
|
1532
21
0
0
|
97,73%,
2,27%
0%
0%
|
1553 x100
1760
= 88
|
|
44
|
1553
|
100%
|
Data pada tabel 25 menunjukkan
bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai
oleh 43 siswa atau sebesar 97,73%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh
1 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori cukup dengan skor 65-74 dan
kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%.
Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual sebesar
88 atau dengan kategori sangat baik.
4.1.3.1.2 Aspek
Kelengkapan Bagian-bagian Surat
Aspek kelengkapan
bagian-bagian surat siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan pada
kelengkapan bagian-bagian surat yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil
penilaian pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel
26 berikut
Tabel 26.
Keterampilan Melengkapi Bagian-bagian Surat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
44
0
0
0
|
2624
0
0
0
|
100%
0
0
0
|
2624 x100
2640
= 99
|
|
44
|
100%
|
Data pada tabel 26
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 44 siswa atau sebesar 100%, sedangkan kategori baik dengan
skor 75-84, kategori cukup dengan skor 65-74, dan kategori kurang dengan skor
0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa dalam melengkapi bagian-bagian surat dengan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual sebesar 99 atau dengan kategori sangat baik.
4.1.3.1.3 Aspek
Penulisan Bagian-bagian Surat
Pada aspek penulisan
bagian-bagian surat siklus II, penilaiannya masih dipusatkan pada ketepatan
penulisan bagian-bagian yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian
tes penulisan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 27 berikut.
Tabel 27.
Keterampilan Menulis bagian-bagian Surat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
20
17
7
0
|
968
561
207
0
|
45,45%
38,64%
15,91%
0%
|
1736 x100
2640
= 66
|
|
44
|
1736
|
100%
|
Data pada tabel 27
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 20 siswa atau sebesar 45,45%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 38,64%. Kategori cukup dengan skor
65-74 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,91%, sedangkan kategori kurang
dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata
nilai keterampilan siswa dalam menulis bagian-bagian surat dengan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual sebesar 6,6 atau dengan kategori cukup.
4.1.3.1.4 Aspek
Kejelasan Isi Surat
Pada aspek kejelasan isi
surat siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kejelasan isi yang
disampaikan dalam surat. Hasil penilaian tes kejelasan isi surat dapat dilihat
pada tabel 28 berikut.
Tabel 28.
Keterampilan Menulis Isi Surat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
23
16
3
2
|
740
336
54
16
|
52,27%
36,36%
6,82%
4,55%
|
1146 x100
1760
= 65
|
|
44
|
1146
|
100%
|
Data pada tabel 28
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 23 siswa atau sebesar 52,27%. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 36,36%. Kategori cukup dengan skor
65-74 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 6,82%, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa pada aspek kejelasan isi surat dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual sebesar 65 atau dengan kategori cukup.
4.1.3.1.5 Aspek
Pilihan Kata
Pada aspek pilihan kata
siklus II, penilaiannya masih dipusatkan pada ketepatan pemilihan kata dalam
penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes ketepatan pemilihan kata dapat
dilihat pada tabel 29 berikut.
Tabel 29.
Keterampilan Memilih Kata
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
2
15
25
2
|
64
315
438
16
|
4,55%
34,09%
56,81%
4,55%
|
833 x100
1760
= 47
|
|
44
|
833
|
100%
|
Data pada tabel 29
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Kategori baik dengan skor 75-84
dicapai oleh 15 siswa atau sebesar 34,09%. Kategori cukup dengan skor 65-74
dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,81%, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa pada aspek pilihan kata dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual sebesar 47 atau dengan kategori kurang.
4.1.3.1.6 Aspek Ejaan
dan Tanda Baca
Pada aspek ejaan dan
tanda baca siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan pada pemakaian huruf
kapital, pemenggalan kata, penggunaan ejaan, dan tanda baca dalam penulisan
surat resmi. Hasil penilaian tes pada penggunaan ejaan dan tanda baca dapat
dilihat pada tabel 30 berikut.
Tabel 30.
Keterampilan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
18
18
8
0
|
888
594
234
0
|
40,91%
40,91%
18,18%
0%
|
1716 x100
2640
= 65
|
|
44
|
1716
|
100%
|
Data pada tabel 30
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dan kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar
40,91%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 8 siswa atau sebesar
18,18%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa
atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menggunakan
ejaan dan tanda baca dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual sebesar
65 atau dengan kategori cukup.
4.1.3.1.7 Aspek
Penggunaan Bahasa Baku
Pada aspek penggunaan
bahasa baku siklus II, penilaiannya masih dipusatkan pada penggunaan bahasa
baku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek penggunaan
bahasa baku dapat dilihat pada tabel 31 berikut.
Tabel 31.
Keterampilan Menggunakan Bahasa Baku
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
8-10
5-7
2-4
0-1
|
44
0
0
0
|
1532
0
0
0
|
100%
0%
0%
0%
|
1532 x100
1760
= 87
|
|
44
|
100%
|
Data pada tabel 31
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 44 siswa atau sebesar 100%, sedangkan kategori baik dengan
skor 75-84, kategori cukup dengan skor 65-74, dan kategori kurang dengan skor
0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa pada aspek penggunaan bahasa baku dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual sebesar 87 atau dengan kategori sangat baik.
4.1.3.1.8 Aspek
Struktur Kalimat
Pada aspek struktur
kalimat siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kohesi dan koherensi
unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat yang baik dalam surat
resmi. Hasil penilaian tes pada aspek struktur kalimat dapat dilihat pada tabel
32 berikut.
Tabel 32.
Keterampilan Menyusun Struktur Kalimat
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
12-15
8-11
4-7
0-3
|
38
5
1
0
|
1912
165
30
0
|
86,36%
11,36%
2,27%
0%
|
2107 x100
2640
= 80
|
||
44
|
100%
|
Data pada tabel 32
menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor
85-100 dicapai oleh 38 siswa atau sebesar 86,36. Kategori baik dengan skor
75-84 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 11,36%. Kategori cukup dengan skor
65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan
skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai
keterampilan siswa dalam menyusun struktur kalimat dengan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual sebesar 80 atau dengan kategori baik
4.1.3.2 Hasil Nontes
Hasil penelitian
nontes pada siklus II ini caranya masih sama dengan siklus I. Hasil penelitian
nontes siklus II diperoleh dari data observasi, wawancara, angket, jurnal, dan
dokumentasi foto. Kelima hasil penelitian nontes tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
4.1.3.2.1 Observasi
Kegiatan observasi
pada siklus II dilakukan selama proses pembelajaran menulis surat resmi dengan pendekatan kontekstual di kelas
IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju. Observasi ini dilakukan oleh peneliti sekaligus
sebagai guru dengan bantuan seorang teman. Selama melakukan kegiatan
pembelajaran siklus II, peneliti merasakan ada perubahan perilaku siswa. Hasil
observasi siklus II dapat dilihat pada tabel 33 berikut.
Tabel 33. Hasil
Observasi Siklus II
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
|
5
4
3
2
1
|
6
2
2
0
0
|
30
8
6
0
0
|
60%
20%
20%
0%
0%
|
|
44
|
100%
|
Keaktifan siswa
mendengarkan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran siklus II semakin
baik. Bukti ini dapat dilihat pada data observasi yang menyebutkan bahwa
sebanyak 37 siswa atau 84,1% siswa memperhatikan penjelasan guru. Sisanya
sebanyak 7 siswa atau 15,9% mengobrol sendiri dengan temannya. Sebanyak 17
siswa atau 38,6% siswa mau bertanya dan sebanyak 20 siswa atau 45,5% siswa mau
berkomentar mengenai materi yang yang diajarkan guru. Pertanyan dan komentar
siswa mengarah pada penyelesaian kesulitan yang dialami siswa dalam menulis
surat resmi. Sebanyak 37 siswa atau 84,1% siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa mengenai surat
resmi sudah bertambah sehingga meningkatkan keaktifan siswa mendengarkan
penjelasan guru. Dari materi yang diajarkan oleh guru, sebanyak 27 siswa atau
61,4% mencatat hal-hal yang penting sehingga dapat menambah pemahaman siswa
terhadap materi surat resmi. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa pada
pembelajaran siklus II sebanyak 34 siswa atau 77,3% semangat mengikuti pembelajaran.
Sisanya sebanyak 10 siswa atau 22,7% kurang konsentrasi mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dari 44 siswa, sebanyak 36 siswa atau 81,8% terlibat dalam
pembelajaran menulis surat resmi. Dalam kegiatan diskusi, sebanyak 38 siswa
atau 86,4% siswa aktif berdiskusi. Sisanya sebanyak 6 siswa atau 13,6% bergurau
dengan teman yang lain dan tidak serius melakukan diskusi. Diskusi pada siklus
II dilakukan dengan teman sebangku.Keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi
meningkat karena anggota kelompok hanya terdiri atas dua orang sehingga setiap
siswa merasa memiliki tanggung jawab yang sama dalam kegiatan diskusi.
Pada kegiatan tes
menulis surat resmi, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mengalami
peningkatan. Sebanyak 37 siswa atau 84,1% siswa mengerjakan tes menulis surat
resmi dengan sungguh-sungguh. Sisanya
sebanyak 7 siswa atau 15,9% bergurau dan melihat pekerjaan temannya. Sebanyak
38 siswa atau 86,45 siswa mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang
ditentukan. Hal ini disebabkan karena pemahaman siswa mengenai surat resmi
semakin bertambah sehingga siswa sudah tidak mengalami kesulitan dalam menulis
surat resmi.
Data pada tabel 33
menunjukkan bahwa untuk kategori sangat baik dengan skor 5 mengalami
peningkatan dari 0% menjadi 60%. Kategori baik dengan skor 4 dan kategori cukup
dengan skor 3 mencapai 20% sedangkan kategori kurang dengan skor 2 dan kategori
kurang sekali dengan skor 1 mencapai 0%. Berdasarkan pengamatan secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa sudah mengalami
perubahan menjadi perilaku yang positif. Peningkatan perilaku siswa dari
perilaku negatif ke perlaku positif merupakan hal yang mendukung peningkatan
keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Pembelajaran kontekstual dapat
mengarahkan siswa pada perilaku yang positif. Guru sudah berusaha merubah pola
pembelajaran dengan perencanaan yang matang agar siswa dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik.
4.1.3.2.2 Wawancara
Wawancara siklus II
juga dilakukan peneliti kepada dua siswa yang memperoleh nilai tinggi, dua
siswa yang memperoleh nilai sedang, dan dua siswa yang memperoleh nilai rendah.
Keenam siswa tersebut bernama Vita Sulistya Ariani, Indra Fransnowo, Anita
Setyowati, Grasia Mulat Maharsiwi, Fajar Ardi Bastia, dan Titus Wembie P. Dari
hasil wawancara diketahui bahwa pada dasarnya siswa-siswa tersebut senang
dengan materi menulis surat resmi karena
menurut mereka dapat menambah pengetahuan tentang menulis surat resmi yang benar. Satu siswa yang mendapat nilai
rendah menyatakan cukup senang dengan materi surat resmi karena ia merasa belum
terlalu paham mengenai surat resmi. Mereka juga merasa senang dengan teknik
mengajar yang digunakan oleh guru dan dengan diskusi sebagian besar siswa
merasa termotivasi termotivasi dalam menulis surat resmi. Satu siswa yang
mendapat nilai sedang dan satu siswa yang mendapat nilai rendah menyatakan
bahwa dengan diskusi mereka kurang termotivasi dalam menulis surat resmi.
Menurut mereka dengan diskusi kelas menjadi ramai dan tidak semua siswa aktif
dalam kegiatan diskusi. Sebelum hasil menulis surat resmi dikumpulkan, keenam siswa tersebut sudah
merevisi hasil tulisannya agar lebih baik. Namun, dari enam siswa tiga siswa
menyatakan masih mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi. Dua siswa
mengalami kesulitan dalam menyusun kata dan kalimat sedangkan satu siswa
mengalami kesulitan dalam menulis nomor surat.
4.1.3.2.3 Angket
Angket yang digunakan
dalam penelitian siklus II sama dengan angket pada siklus II. Angket diisi oleh
siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai. Aspek yang diungkap mengenai
proses pembelajaran menulis surat resmi yang
terdiri atas sepuluh pernyataan. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa
terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran. Hasil
penilaian angket siklus II dapat dilihat pada tabel 34 berkut.
Tabel 34. Hasil
Penilaian Angket Siklus II
No
|
Katagori
|
Rentang Skor
|
Frekwensi
|
Bobot Skor
|
%
|
Nilai Rata-rata
|
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
|
4
3
2
1
|
143
263
33
1
|
14300
19725
1650
25
|
32,5%
60%
7,5%
0,2%
|
35700/440=
81
|
|
440
|
325700
|
100%
|
Dari hasil angket
siklus II diketahui bahwa sebanyak 10 siswa menyatakan sangat setuju bahwa
penjelasan guru mengenai materi surat resmi mudah dipahami sedangkan 32
menyatakan setuju dan 2 siswa menyatakan kurang setuju. Jadi , pada pernyataan
pertama sebagian siswa menyatakan setuju dengan skor rata-rata sebesar 3. Sebagian
besar siswa sudah memahami materi surat resmi. Sebanyak 17 siswa menyatakan
sangat setuju bahwa guru melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sedangkan
25 siswa menyatakan setuju dan 2 siswa menyatakan kurang setuju. Dalam kegiatan
pembelajaran, sebagian besar siswa sudah terlibat. Hal itu terlihat dari
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, pada pernyataan kedua
mayoritas siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Sebanyak 16 siswa
merasa sangat setuju bahwa guru memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
kegiatan pembelajaran dan 28 siswa menyatakan setuju. Pada pernyataan ketiga
mayoritas siswa merasa setuju dengan rata-rata skor 3. Dari 44 siswa, 13 siswa
merasa sangat setuju bahwa guru memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sementara
itu, 22 siswa menyatakan setuju, 8 siswa menyatakan kurang setuju, dan satu
siswa menyatakan tidak setuju. 12 siswa merasa sangat setuju bahwa teknik
diskusi memberikan semangat dalam kegiatan menulis surat resmi sedangkan 27 siswa merasa setuju dan 5 siswa
merasa kurang setuju. Pada pernyataan keempat sebagian besar siswa merasa
kurang setuju dengan skor rata-rata 2. Kemudian 14 siswa menyatakan sangat
setuju bahwa teknik diskusi mempermudah mereka memahami materi surat resmi
sedangkan 26 siswa menyatakan setuju dan 4 siswa menyatakan kurang setuju. Pada
pernyataan kelima mayoritas siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3.
Dari 44 siswa, 12 siswa merasa sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah
mereka dalam menulis surat resmi sedangkan
29 siswa merasa setuju dan 3 siswa merasa kurang setuju. Jadi, mayoritas siswa
merasa setuju dengan skor rata-rata 3. Pada pernyataan ketujuh, sebagian besar
siswa menyatakan setuju dengan skor rata-rata 3. Sebanyak 18 siswa menyatakan
sangat setuju bahwa mereka telah bisa bisa membedakan surat resmi dan surat
pribadi. Sisanya sebanyak 23 siswa menyatakan setuju dan 1 siswa menyatakan
kurang setuju. Jadi, mayoritas siswa menyatakan setuju terhadap pernyataan
delapan dengan skor rata-rata 3. Selain itu, 10 siswa merasa sangat setuju
bahwa mereka telah bisa menulis surat resmi
dengan benar sedangkan 27 siswa merasa setuju dan 7 siswa merasa kurang
setuju. Pada pernyataan sembilan sebagian besar siswa merasa setuju dengan skor
rata-rata 3. Dari 44 siswa, sebanyak 21 siswa menyatakan sangat setuju bahwa
cara mengajar guru menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mereka sedangkan 22
siswa menyatakan setuju dan 1 siswa menyatakan kurang setuju. Jadi, pada
pernyataan sepuluh mayoritas siswa menyatakan setuju dengan skor rata-rata 3.
Data pada tabel 34
menunjukkan bahwa pernyataan sangat setuju terhadap materi dan teknik yang
digunakan guru dalam pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dari 22,3%
menjadi 32,5%. Sementara itu, pernyataan setuju dengan skor 3 mencapai 60%.
Pernyataan kurang setuju dengan skor 2 mencapai 7,5% sedangkan pernyataan tidak
setuju dengan skor 1 mencapai 0,2%. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada
penilaian angket siklus II mengalami peningkatan sebesar 5% menjadi 81. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat
merubah respon negatif siswa dan mengarahkan siswa pada perilaku positif.
4.1.3.2.4 Jurnal
Jurnal yang digunakan
dalam penelitian siklus II sama dengan jurnal pada siklus I. Jurnal diisi oleh
siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai yang meliputi lima pertanyaan,
yaitu (1) kesan siswa terhadap cara mengajar guru, (2) perasaan siswa setelah
mengikuti pelajaran dengan teknik yang digunakan oleh guru, (3) kesan siswa
terhadap materi menulis surat resmi, (4) kesulitan siswa dalam menulis surat
resmi, dan (5) pesan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang akan datang.
Dari hasil data
jurnal diketahui bahwa 36 siswa merasa senang dengan cara mengajar yang
digunakan oleh guru sedangkan 7 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa
tidak senang. Sebagian besar siswa sudah merasa paham terhadap materi surat
resmi. Mengenai teknik mengajar yang digunakan oleh guru, 34 siswa merasa
senang sedangkan 9 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang
dengan teknik mengajar yang digunakan oleh guru. Dalam pembelajaran siklus II,
sebagian besar siswa merasa semakin mengerti mengenai penulisan surat resmi. Pada
dasarnya sebagian besar siswa menyukai materi menulis surat resmi. Sebanyak 35
siswa merasa senang dengan materi menulis surat resmi karena mereka merasa bahwa menulis surat
resmi itu tidak terlalu sulit. Sementara
itu, 8 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang dengan materi menulis
surat resmi karena mereka masih
mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi. Dari 44 siswa, 7 siswa masih
mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi
terutama dalam penyusunan kata dan kalimat. Sisanya sebanyak 37 siswa
merasa tidak mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi karena mereka sudah berusaha memperbaiki
kesalahan dalam menulis surat resmi.
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil
penelitian ini didasarkan pada hasil pratindakan, hasil tindakan siklus I, dan
hasil tindakan siklus II. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui
dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil penelitian meliputi
hasil tes dan nontes. Pembahasan hasil tes mengacu pada perolehan skor yang
dicapai siswa dalam tes keterampilan menulis surat resmi dengan topik yang berbeda pada setiap siklus.
Aspek-aspek yang dinilai dalam keterampilan menulis surat resmi meliputi delapan aspek, yaitu: (1) kesesuaian
bentuk surat; (2) kelengkapan bagian-bagian surat; (3) penulisan bagian-bagian
surat; (4) kejelasan isi surat; (5) pilihan kata; (6) ejaan dan tanda baca; (7)
penggunaan bahasa baku; dan (8) struktur kalimat. Pembahasan hasil nontes
berpedoman pada lima instrumen penelitian, yaitu lembar observasi, wawancara,
angket, jurnal, dan dokumentasi foto.
Kegiatan pratindakan
dilakukan sebelum tindakan siklus I dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran awal mengenai keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.
Setelah mengetahui hasil pratindakan, peneliti melakukan tindakan siklus I dan
siklus II dengan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual . Pada pembelajaran siklus I dan siklus II
selalu diawali dengan mempresensi siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi
dengan merangsang ingatan siswa terhadap materi surat resmi dan memberikan
pertanyaan yang berhubungan dengan materi surat resmi. Sebelum kegiatan inti
pembelajaran, guru menjelaskan terlebih dahulu segala kegiatan yang akan
dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan inti pembelajaran
diawali dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil. Selanjutnya guru
membagikan contoh surat resmi kepada setiap kelompok dan meminta siswa
mengamati dan menentukan jenis surat resmi tersebut. Kemudian setiap kelompok
mengidentifikasi sistematika dan bahasa dalam contoh surat resmi. Setelah berdiskusi
secara berkelompok, secara klasikal siswa berdiskusi untuk membahas sistematika
dan bahasa yang benar dalam menulis surat resmi. Langkah selanjutnya guru
mengadakan tes menulis surat resmi secara
individu dengan topik yang telah ditentukan. Hasil tes menulis surat resmi dikoreksi untuk mendapatkan nilai. Dari nilai
tes tersebut dapat diketahui keterampilan menulis surat resmi siswa.
4.2.1 Peningkatan
Keterampilan Menulis surat resmi
Tabel 35. Hasil Tes
Keterampilan Menulis surat resmi Pratindakan,
Siklus I, dan siklus II
No
|
Aspek Penilaian
|
Nilai Rata-rata
|
Peningkatan
|
||||
PT
|
S-1
|
S-2
|
PT
|
S-1
|
S-2
|
||
Kesesuaian bentuk
surat
Kelengkapan
bagian-bagian surat
Penulisan
bagian-bagian surat
Kejelasan isi surat
Pilihan kata
Ejaan dan tanda
baca
Penggunaan bahasa
baku
Struktur kalimat
|
68
86
47
52
37
50
78
77
|
70
89
49
60
42
52
78
82
|
88
99
66
65
47
65
87
80
|
2
3
2
8
5
2
0
5
|
18
10
17
5
5
13
9
-2
|
20
13
19
3
|
Jumlah
495
522
597
27
75
102
Rata-rata
62
65
75
3
10
13
Berdasarkan rekapitulasi
data hasil tes keterampilan menulis surat resmi
dari pratindakan sampai siklus II, dapat dijelaskan bahwa keterampilan
siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat mengalami peningkatan. Nilai rata-rata
pada tes siklus I mengalami peningkatan sebesar 2% dari tes pratindakan.
Peningkatan tersebut karena pada pembelajaran siklus I guru melakukan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sehingga melalui diskusi siswa dapat memahami
cara menulis surat resmi yang benar.
Pada pembelajaran siklus II rata-rata nilai tes meningkat sebesar 18%. Pada
pembelajaran siklus II siswa sudah memahami bentuk surat yang sesuai dalam
menulis surat resmi. Jadi, peningkatan rata-rata nilai dari tes pratindakan
sampai tes siklus II sebesar 18%. Setelah dilakukan pembelajaran siklus II,
siswa lebih memahami aturan dalam penggunaan bentuk surat dalam menulis surat
resmi.
Keterampilan siswa
pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat mengalami peningkatan dari tes pratindakan
sampai siklus II. Nilai rata-rata pada tes siklus I meningkat sebesar 3% dari
tes pratindakan. Melalui diskusi pada pembelajaran siklus I, siswa sudah dapat
mengidentifikasi sistematika penulisan surat resmi sehingga siswa sudah
mengetahui bagian-bagian dalam penulisan surat resmi. Nilai rata-rata pada tes
siklus II mengalami peningkatan sebesar 10% dari tes siklus I. Pada
pembelajaran siklus II, siswa sudah mampu menulis bagian-bagian surat dengan
lengkap. Jadi, peningkatan rata-rata nilai pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dari tes
pratindakan sampai tes siklus II sebesar 13%.
Pada aspek penulisan
bagian-bagian surat, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 2%
pada siklus I. Pada pembelajaran siklus I, siswa sudah memahami cara penulisan
surat resmi karena melalui diskusi siswa sudah berlatih untuk menulis surat
resmi. Kemudian pada pembelajaran siklus II rata-rata nilai meningkat sebesar
17% dari siklus I. Setelah beberapa kali berlatih menulis surat resmi, pada
pembelajaran siklus II siswa sudah semakin mampu menulis bagian-bagian surat
resmi dengan benar. Peningkatan nilai rata-rata pada aspek penulisan
bagian-bagian surat dari tes pratindakan sampai siklus II sebesar 19%. Pada
pembelajaran siklus II sebagian besar siswa sudah mampu menulis bagian-bagian
surat resmi dengan benar.
Pada aspek kejelasan
isi surat, nilai rata-rata siswa pada tes siklus I meningkat sebesar 8% dari
tes pratindakan. Pada siklus I, siswa sudah mampu menulis isi surat dengan
jelas walaupun masih terdapat penggunaan kata dan struktur kalimat yang kurang
sesuai. Pada pembelajaran siklus II peningkatan nilai rata-rata sebesar 5%.
Peningkatan tersebut lebih rendah karena pada tes siklus II siswa menulis surat
resmi dengan topik yang berbeda dari
siklus I sehingga siswa kurang mampu menyesuaikan pilihan kata dengan topik
surat. Jadi, peningkatan nilai rata-rata pada aspek kejelasan isi surat dari
tes pratindakan sampai tes siklus II sebesar 13%.
Peningkatan nilai
rata-rata pada aspek pilihan kata pada tes siklus I dan siklus II sebesar 5%.
Kedua siklus tersebut memiliki peningkatan yang sama karena tes menulis surat resmi pada siklus I dan siklus II dilakukan dengan
topik yang berbeda sehingga siswa mengalami kesulitan untuk memilih kata yang
tepat. Peningkatan rata-rata nilai pada aspek pilihan kata pada siklus II
sebesar 10 % dari tes pratindakan. Dalam menulis surat resmi, sebagian besar
siswa mengalami kesulitan dalam pilihan kata.
Peningkatan rata-rata
nilai pada aspek ejaan dan tanda baca pada siklus I sebesar 2%. Dalam
pembelajaran siklus I, sebagian besar siswa belum menggunakan ejaan dan tanda
baca yang tepat dalam menulis surat resmi. Pada pembelajaran siklus II, nilai
rata-rata siswa meningkat sebesar 13% dari siklus II. Peningkatan tersebut
karena guru selalu mengarah kan siswa untuk menggunakan ejaan dan tanda baca
yang sesuai dalam penulisan surat resmi. Pada tes siklus II nilai rata-rata
pada aspek ejaan dan tanda baca meningkat sebesar 15% karena pada siklus II
sebagian besar siswa sudah mampu menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat
dalam menulis surat resmi.
Nilai rata-rata pada
aspek penggunaan bahasa baku pada tes siklus I tidak mengalami peningkatan
karena adanya kesamaan nilai rata-rata siswa pada tes pratindakan dan tes
siklus I. Hal itu disebabkan karena dalam penulisan surat resmi pada tes
pratindakan maupun siklus I sebagian besar siswa menggunakan bahasa dan
kata-kata yang sama. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat
sebesar 9% karena dalam pembelajaran siklus II siswa sudah berlatih menulis
surat resmi dengan pilihan kata dan
bahasa yang tepat. Jadi, nilai rata-rata pada aspek penggunaan bahasa baku pada
siklus II mengalami peningkatan sebesar 9% dari tes pratindakan. Nilai
rata-rata aspek struktur kalimat pada tes siklus I mengalami peningkatan
sebesar 5% dari tes pratindakan karena melalui diskusi siswa sudah berlatih
menulii surat resmi dengan struktur kalimat yang tepat. Pada tes siklus II
nilai rata-rata siswa mengalami penurunan. Hal itu disebabkan karena perbedaan
topik pada tes menulis surat resmi siklus
I dan siklus II. Pada siklus II siswa menulis surat resmi dengan topik yang berbeda dengan siklus II
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat. Jadi, peningkatan
nilai rata-rata aspek struktur kalimat pada siklus II sebesar 3% dari siklus I.
Sebagian besar siswa tidak mampu menyusun struktur kalimat yang tepat dalam
menulis surat resmi.
Berdasarkan rata-rata
nilai dan peningkatan pada masing-masing aspek penilaian menulis surat
resmi dapat disimpulkan bahwa nilai
rata-rata kelas pada tes pratindakan mencapai 62 termasuk dalam kategori kurang
karena masih berada pada rentang nilai 0-64. Nilai rata-rata tersebut berasal
dari jumlah rata-rata setiap aspek yang dinilai. Rendahnya keterampilan siswa
dalam menulis surat resmi tersebut
karena kemampuan siswa dalam aspek bahasa dan nonkebahasaan masih kurang. Hal
ini dapat dilihat pada hasil penilaian setiap aspek surat yang menunjukkan
hasil yang jauh di bawah kategori baik.
Nilai rata-rata kelas
pada tes menulis surat resmi siklus I
sebesar 65 dan termasuk dalam kategori cukup karena berada pada rentang nilai
65-74. Dengan demikian, nilai tes siklus I belum memenuhi target nilai yang
telah ditentukan. Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari masing-masing
aspek penilaian. Dilihat dari nilai rata-rata setiap aspek penilaian pada
siklus I, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan siswa pada setiap aspek penilaian menulis surat resmi mengalami peningkatan sebesar 3% dari
rata-rata nilai pratindakan.
Nilai rata-rata kelas
keterampilan menulis surat resmi siklus
II sebesar 75 dan termasuk dalam kategori baik karena berada pada rentang nilai
75-84. Pencapaian skor tersebut berarti sudah memenuhi target nilai yang
ditentukan dan tindakan siklus III tidak perlu dilakukan. Nilai masing-masing
aspek pada siklus II hampir semua mengalami peningkatan. Berdasarkan nilai
rata-rata setiap aspek penilaian pada siklus II dapat disimpulkan bahwa
kemampuan siswa pada setiap apek penilaian menulis surat resmi mengalami peningkatan sebesar 9% dari nilai
rata-rata siklus I. Jadi, secara keseluruhan peningkatan keterampilan menulis
surat resmi siswa kelas IXA SMP Negeri 2
Babakan Salju sebesar 13%.
Peningkatan
keterampilan siswa dalam menulis surat resmi
merupakan prestasi yang baik. Sebelum dilakukan pembelajaran siklus I
dan II, keterampilan menulis surat resmi
siswa masih kurang. Setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual pada siklus I dan siklus II, keterampilan menulis
surat resmi siswa mengalami peningkatan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan keterampilan siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju . Hasil menulis
surat resmi siswa menjadi lebih baik
dalam aspek kebahasaan maupun nonkebahasaan.
4.2.2 Perubahan
Tingkah Laku Siswa
Dari hasil nontes,
yaitu observasi, wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi foto pada siklus I
dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
surat resmi dengan pendekatan
kontekstual masih kurang. Sikap dari sebagian siswa masih
menunjukkan perilaku yang negatif. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sebangku dan masih adanya siswa yang
tidak bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi juga
masih banyak siswa yang tidak aktif. Dari data yang diperoleh melalui wawancara
dan jurnal, ternyata sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis
surat resmi.
Kondisi yang ada pada
siklus I merupakan permasalahan yang harus dicari solusinya. Untuk mengatasi
masalah tersebut, peneliti membuat rencana pembelajara siklus II dengan lebih
baik. Pada pembelajaran siklus II sudah ada perubahan tingkah laku siswa. Siswa
tampak siap dan semangat mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Selain itu, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
baik dalam kegiatan diskusi maupun dalam mengajukan pertanyaan. Hal ini
disebabkan karena siswa sudah lebih memahami materi surat resmi sehingga
berdampak pada hasil tes menulis surat resmi
siswa yang semakin meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perilaku siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual menunjukkan
perubahan yang mengarah pada perilaku positif.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan data
hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Keterampilan menulis
surat resmi siswa kelas IXA SMP Negeri 2
Babakan Salju mengalami peningkatan
sebesar 13% setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual . Nilai rata-rata kelas pada tes pratindakan
mencapai 62 dan termasuk dalam kategori kurang. Setelah dilakukan tindakan
pembelajaran pada siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 3% menjadi
65 dan termasuk dalam kategori cukup. Nilai rata-rata pada siklus I belum
memenuhi target penilaian yang ditentukan sehingga perlu dilakukan tindakan
pembelajaran siklus II. Setelah dilakukan tindakan pembelajaran siklus II,
nilai rata-rata tes menulis surat resmi siswa
meningkat sebesar 10%. Nilai rata-rata kelas pada tes siklus II mencapai 75 dan
sudah memenuhi target penilaian yang ditentukan karena termasuk dalam kategori
baik.
2. Setelah digunakan
pembelajaran kontekstual terjadi perubahan tingkah laku siswa. Pada
pembelajaran siklus I, kesiapan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran masih
kurang dan sebagian siswa masih menunjukkan perilaku yang negatif. Keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran dan diskusi masih kurang sehingga dalam menulis
surat resmi sebagian siswa masih
mengalami kesulitan. Pada pembelajaran siklus II siswa tampak siap dan semangat
mengikuti pembelajaran. Perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan
perubahan yang mengarah pada perilaku positif. Selain itu, siswa lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran maupun diskusi.
5.2 Saran
Saran yang diberikan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk Guru
a. Guru, khususnya
guru bidang studi Bahasa Indonesia, hendaknya menggunakan pembelajaran
kontekstual dalam kegiatan menulis surat resmi karena dapat melatih siswa bekerja sama
dengan orang lain.
b. Guru hendaknya
melatih siswa untuk gemar menulis dan selalu mengarahkan siswa untuk
menggunakan kata. kalimat, dan bahasa yang sesuai dalam kegiatan menulis.
2. Untuk Siswa
a. Siswa hendaknya
selalu berlatih menulis terutama menulis surat resmi dengan pilihan kata, kalimat, dan bahasa yang
sesuai.
b. Siswa disarankan
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran agar dapat mengatasi kesulitan dalam
belajar.
3. Untuk Peneliti
Penelitian mengenai
keterampilan menulis dengan pendekatan kontekstual penting untuk dilakukan.
Penelitian lanjutan dari penelitian ini perlu dilakukan dengan membahas aspek
yang berbeda dan untuk menambah khasanah ilmu bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti,
Maidar G Arsjad, dan Sakura H Ridwan. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Arifin, Syamsir.
1987. Pedoman Penulisan Surat menyurat Indonesia. Padang: Angkasa Raya.
Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2002.
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
________2003.
Kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP kerangka Dasar Pengembangan Silabus dan
Sistem Penilaian Hasil Belajar Siswa SLTP Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Keraf, Gorys. 2002.
Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kustiawan, Nanang.
2003. Membuat Surat Dinas/ Resmi. Surabaya: Pustaka media.
Mafrukhi. 2003.
Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Regional Pendekatan Kontekstual
dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. Jurusan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas negeri Semarang.
Mahmudah, Siti Ida
Asrotul. 2000. Peningkatan Menulis Surat Undangan resmi dengan Teknik Pelatihan
Berjenjang pada Siswa Kelas II SLTP 3 Ungaran Tahun Ajaran 1999/2000. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.
Nurhadi dan Agus
Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Nurhadi. 2004.
Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Soedjito dan Solchan
TW. 1999. Surat-Menyurat Resmi dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudarsa, Caca, Farid
Hadi, dan Atika Sya’rani. 1992. Surat Menyurat dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suriamiharja, Agus,
Akhlah Husen, dan Nunuy Nurjanah. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta:
Depdikbud.
Sutikno. 2002.
Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi Melalui Penyajian Gambar pada
Siswa Kelas ID SLTP 30 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Tarigan, Henry
Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Zulaeha, Ida. 2003.
Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia. Disajikan dalam Seminar Regional Pendekatan Kontekstual dalam
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas negeri Semarang.
mantap gan
BalasHapusizin sedot
gan kirim file ptk b indo sma. maksih kw di kirim
Hapuscara dwnlodnya gan???
BalasHapusCaranya dapat file bagaimana ya
BalasHapusCaranya dapat file bagaimana ya
BalasHapusDownload nya
BalasHapus