Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah
teori konstruktivisme. Teori ini di
gagas oleh Piaget dan Vygostky. Konstruktivisme adalah salah satu aliran
filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan
hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut teori konstruktivsme,
pengetahuan adalah ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau
dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi atau reorganisasi,
itu karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Pengetahuan menurut
konstruktivisme ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui, pengetahuan
tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) kepada kepala
orang lain (siswa). siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah
diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau
konstruksi yang telah di bangun/dimiliki sebelumnya. Pengetahuan dibentuk oleh
struktur penerimaan konsep sesorang sewaktu dia berinterksi dengan
lingkungannya. Pengetahuan bukanlah hal yang statis dan deterministic, tetapi
suatu proses menjadi tahu. Teori ini juga mengatakan bahwa semua pengetahuan
yang kita peroleh adalah hasil konstruksi kita sendiri, maka sangat kecil
kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar
kita mampu mengkonstruksi pengetahuan maka perlu :
1) mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman
karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu dengan
pengalaman-pengalaman sebelumnya.
2) membandingkan dan mengambil keputusan dari
persamaan dan perbedaan suatu hal. Hal ini dilakukan untuk bisa melihat
persamaan dan perbedaan untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan
mengkonstruksi pengetahuannya.
3) menyukai pengalaman yang satu dan tidak menyukai
pengalaman lainnya. Ini akan memunculkan penilaian terhadap pengalaman itu dan menjadi landasan
dalam pembentukan pengetahuannya.
Rusmana (2010 : 213) menyatakan bahwa teori
konstruktivisme dalam belajar merupakan
suatu pendekatan di mana siswa harus secara individu menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi
yang ada dengan aturan yang ada dan
memvisinya bila perlu.Pembelejaran kooperatif menggalakan siswa secara aktif dan positif dalam kelompok. Siswa dibolehkan
bertukar idea dan pemeriksaan idea sendiri dalam suasana yang tidak terancam
sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Model Pembelajaran kooperatif ini
mengemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak.
Dalam
model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi,
dengan cacatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada
siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.
Selain aktivitas dan
kreativitas yang diharapkan terjadi dalam proses pembelajaran, juga dituntut
adanya interaksi yang seimbang. Interaksi disini yaitu adanya komunikasi antara
guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Dengan adanya
komunikasi banyak arah ini dimungkinkan akan
terjadi aktivitas dan kreativitas yang diharapkan.
Penelitian yang
dilakukan oleh Piaget dan Vygostky, berdasarkan konstruktivisme menekankan
bahwa pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok
belajar. Dalam kelompok belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara
aktif mengungkapkan pengetahuan yang
dipikirkannya dan siswa lainnya membantu untuk melihat sesuatu dengan lebih
jelas, bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.
A. Konsep Dasar Pembelajaran
Kooperatif
Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu banyak guru yang
mengatakan tidak aneh dengan pembelajaran kooperatif, walaupun sebenarnya tidak
semua belajar kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Menurut Abdul Malik dalam Rusmana (2010:215) pembelajaran kooperatif
dilaksanakan melalui sharing proses antar peserta
belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar
itu. Pembelajaran ini melibatkan partisifasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi. Dalam sistem
belajar kooperatif, siswa belajar bekerjasama dengan anggota lainnya. Dalam
model ini siswa memiliki dua tanggungjawab yaitu mereka belajar untuk dirinya
sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan siswa dalam kelompok, untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi
pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. adanya peserta didik dalam kelompok
b. adanya aturan main (role) dalam kelompok
c.
adanya upaya belajar dalam kelompok
d. adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok
Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat
ditentukan berdasarkan atas:
a. minat dan bakat siswa
b. latar belakang kemampuan siswa
c. perpaduan antara minat dan bakat serta latar belakang
kemampuan siswa
Pembelajaran
kooperatif mewadahi bagaimana siswa bekerjasama dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari
siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan bahwa mereka akan
mencapai tujuan maka siswa lain dalam
kelempoknya memiliki kebersamaan, artinya setiap anggota kelompok bersikap
kooperatif dengan sesame anggota kelompoknya.
Dalam situasi belajar sering terlihat sifat individualistis
siswa. siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang
memberi perhatian kepada teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu,
ingin menang sendiri dan sebagainya.
Jika keadaan ini dibiarkan, maka tidak mustahil akan dihasilkan warga
Negara yang egois, inklusif, introfet, kurang bergaul dimasyarakat, acuh tak
acuh dengan lingkungan, kurang menghargai orang lain, dan tidak mau menerima
dan menghargai kelebihan orang lain. Gejala ini kiranya mulai terlihat pada
masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan, saling sikut dan
mudah terpropokasi. Oleh karena itu inilah hal penting, mengapa perlu dilakukan
pembelajaran kooperatif.
Terdapat
dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni cooperative
task atau tugas kerja sama dan cooperative structure
atau struktur intensif kerjasama. Tugas kerjasama berkenaan dengan suatu
hal yang menyebabkan anggota kelompok bekerjasama dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan. Sedangkan struktur intensif kerjasama merupakan sesuatu hal
yang membangkitkan motivasi siswa untuk melalukan kerjasama dalam rangka
mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat upaya
peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dan dampak
penyertanya yaitu sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain.
Pembelajaran kooperatif
akan efektif digunakan apabila :
a. guru menekankan pentingnya usaha kerjasama
disamping usaha secara individual
b. guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam
belajar
c. guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui
teman sendiri
d. guru menghendaki adanya partisipasi aktif siswa
e. guru mengehendaki siswa memiliki kemampuan dalam
memecahkan masalah.
B. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
berbeda dengan pembelajaran lainnya. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan
yang ingin dicapai bukan hanya kemampuan akademis dalam arti penguasaan materi
pelajaran, melainkan adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.
Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas cooperative learning.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif :
1. Pembelajaran Tim
Pembelajaran kooperatif
dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh Karen
itu tim harus mampu membuat setiap siswa
belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan
Kepada Manajemen Kooperatif
Empat fungsi manajemen
dalam pembelajaran kooperatif yakni, (1) fungsi perencanaan, (2) fungsi
organisasi, (3) fungsi pelaksanaan, dan (4) fungsi kontrol.
3. Kemauan Untuk Bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh kerjasama dalam
tim. Oleh karena itu, prinsip kerbersamaan atau kerjasama perlu ditekankan
dalam pembelajarn kooperatif
4. Keterampilan Bekerjasama
Kemampuan bekerjasama dipraktekan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa di dorong untuk mau dan
sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka
mencapai tujun pembelajaran yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif :
1. menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa ; guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar
2. menyajikan Informasi ; guru menyajikan
informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan
3. mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar ; guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompk agar melakukan
fungsinya secara efektif dan efisien.
4. membimbing
kelompok bekerja dan belajar ; guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5. evaluasi
; guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. memberikan penghargaan ;Guru mencari cara-cara
untuk menghargai baik upaya hasil belajar individu maupun kelompok.
C. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Kooperatif
Prinsip
yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran kooperatif yakni :
a. Ketergantungan yang positif, maksudnya adalah suatu
bentuk kerjasama yang sangat erat kaitan antara anggota kelompok. Kerja sama
ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa
kesusksesan kelompok tergantung pada kesuksesan
individu
b. Pertanggungjawaban individual, maksudnya adalah
kelompok tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok.
Pertanggungjawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan mempastikan bahwa setiap
orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain dimana siswa harus menerima
tanpa pertolongan anggota kelompok.
c. Kemampuan bersosialisasi, maksudnya adalah sebuah
kemampuan bekerjasama yang biasa digunakan dalam aktivitas kelompok. Kelompok
tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan
bersosialisasi yang dibutuhkan.
d. Tatap muka, maksudnya adalah setiap kelompok diberi
kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan inetraksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggota..
e. Evaluasi proses kelompok, maksudnya adalah guru menjadwalkan waktu
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya
bisa bekerjasama lebih efektif.
D. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
- Penjelasan Materi, Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan tama tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran
- Belajar Kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya
- Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian secara individu, sedangkan tes kelompok akan memberikan penilaian kemampuan secara berkelompok.
- Pengakuan Tim. Adanya penetapan tim yang anggap paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
E. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
1.
Model Student Team Acievement Division (STAD)
Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif model
STAD :
a.
Penyampaian tujuan dan motivasi
b.
Pembagian kelompok
c.
Presentasi dari Guru
d.
Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
e.
Kuis (evaluasi)
f.
Penghargaan prestasi tim :
1) Menghitung skor individu
2) Menghitung skor kelompok
3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
2.
Model Jigsaw
Langkah-langkah Pembelajaran Model Jigsaw :
a.
Siswa di kelompokan menjadi + 4 orang
b.
Membaca ; siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca
materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
c.
Diskusi kelompok ahli ; siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan
topik tersebut
d.
Diskusi kelompok ; ahli
kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.
e.
Kuis ; siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua
topik.
f.
Penghargaan kelompok ; penghitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
3.
Group Investigation (Investigasi Kelompok)
Langkah-langkah pembelajaran Model Group
Investigation (Investigasi Kelompok):
a.
Guru mmebagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
b.
Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
c.
Guru memanggil ketua-ketua untuk
satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang
berbeda dengan kelompok lain
d.
Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif
berisi penemuan
e.
Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus member kesimpulan
f.
Guru mengadakan evaluasi
g.
penutup
4.
Model Make a
Match (Membuat Pasangan)
Langkah-langkah pembelajaran Model Make a Match :
a.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban
b.
Setiap siswa mendapat satu buah kartu
c.
Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d.
Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban)
e.
Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin
f.
Setelah satu abak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu yang bebeda dari sevelumnya
g.
Demikian seterusnya
h.
Kesimpulan/penutup
5.
Model TGT (Teams Games Tournamen)
Langkah-langkah pembelajaran Model TGT :
a.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
b.
Games Tournamen (dapat berupa kartu yang diberi angka/ LK)
c.
Penghargaan Kelompok
6.
Model Struktural
Langkah-langkah pembelajaran Struktural :
a.
Guru membagi siswa dalam kelompok
b.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru secara berkelompok
c.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi
d.
Guru mengadakan evaluasi
e.
penutup
Tidak ada komentar