Menurut Djamarah dan Zain ( 2003: 203 ) mengatakan bahwa: Pendekatan sosial emosional dalam pembelajaran adalah suasana perasaan dan suasana sosial ( social-emostionalclimate approach ) di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan Psikologi Klinis dan konseling (penyuluhan).
Menurut pendapat ini pendekatan sosial emosional
terciptanya iklim atau suasana pembelajaran yang harmonis dan hubungan sosial
yang positif. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif artinya ada
hubungan yang baik yang positif antara guru dengan anak didik, atau antara anak
didik dengan anak didik. Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan
pribadi itu, dan perananya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
Iklim sosial emosional yang baik adalah dalam arti
terdapat hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan
siswa dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif. Asumsi ini mengharuskan
seorang guru berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari
oleh hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan saling
menghormati antar personal di kelas. Setiap personal dibebri kesempatan
masing-masing sehingga timbul suasana sosial emosional yang menyenangkan pada
setiap personal dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
Iklim sosial emosional yang baik tergantung pada guru
dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang disadari dengan
hubungan manusiawi yang efektif. Dari asumsi ini berarti dalam pendekatan
sosial emosionla seorang guru harus berusaha mendorong siswa agar mampu dan
bersedia mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling pengertian, hormat
menghormati dan saling menghargai. Guru harus mendorong menjadi pelaksana yang
berisisiatif dan kraetif serta elalu terbuka pada kritik. Disamping itu bertari
juga guru harus mampu dan bersedia mendengarkan pendapat, sasaran, gagasan dan
lain-lain dari siswa sehingga terjadi susana pembelajaran yang dinamis.
Pendekatan sistim sosial emosional didasari atas asumsi bahwa kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan sosial –
emosional yang baik antara guru-siswa, dan antara siswa-siswa. Asumsi ini
menghendaki agar guru dapat melaksanakan program kelas didasari atas hubungan
manusiawi yang diwarnai sikap saling harga menghargai dan saling menghormati
antar personal kelas.
Untuk menciptakan hubungan baik dengan siswa, guru perlu
menerapkan sikap-sikap yang efektif, meliputi : (1) terbuka, (2) menerima dan menghargai siswa, (3) empati, dan (4)
demokratis. Orstetin dan Levin (1984: 86) mengidentifikasi karakteristik guru
yang efektif dalam pengelolaan kelas, yang meliputi: mendorong dan memelihara
minat siswa terhapat tujuan pembelajaran, serta mempertahankan aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan keterampilan mengajar.
Jacobsen ( 1989: 37 ) menjelaskan bahwa sikap guru yang
demokratis dapat mengembangkan sikap positif pada diri siswa, memiliki perasaan
senang dan nyaman, serta mempunyai pengalaman belajar yang lebih baik dibanding
dengan guru yang berikap keras atau tidak acuh.
Berdasarkan uraian diatas, maka sikap yang ditampilkan
dalam menumbuhkan kemauan dan kemampuan bertanya siswa adalah : (1) sikap
terbuka, (2) menerima dan menghargai siswa, (3). Empati, dan (4) demokrasi.
2. Keutamaan Pendekatan Sosial-Emosional
Pendekatan iklim sosial – emosisonal merupakan
pendekatan yang ditawarkan dalam menumbuhkan kemauan dan kemampuan bertanya
siswa. Pendekata ini dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan tertulis, kesempatan
membacakan pertanyaan yang diajukan, kompetisi kelompok, melatih mengajukan
pertanyaan tingkat rendah/ tinggi, yang didukung oleh suasana kelas yang aman,
saling menghargai, dan hormat menghormati antara personal kelas.
Untuk menciptalan susana pembelajaran yang dapat
memungkinkan siswa merasa aman dalam belajar yaitu dengan cara menciptakan
iklim kelas yang tepat melalui pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupkan
salah satu kompetensi profesional yang harus dimiliki guru. Hal ini sesuai
dengan pendapat Jhon Jarolimek ( Sumaatmadja, 1984: 72)
” The following are suggested as assential
beginning competencies : to teach elementary social studies the teacher needs
to be able to : 1). Organizing and translate subjekct matter into froms that
are usable, manageble, and understandable to puplils, 2). Use a varierty of
instructional resources wisely. 3). Prepare and implement long and short-range
taeching plans. 4). Use curriculum materials for planning and teaching. 5). Use
a variety of large-group, small-group, and individual-pupil teaching
strategies. 6). Evaluate his or her own teaching.7). use skill in managing the
calssroom”.
Menurut Pendapat diatas bahwa kemampuan yang harus
dimiliki oleh guru dalam pembeajarann Pendidikan Agama Islam salah satunya
adalah kemampuan mengelola kelas.
Berkaitan dengan pengelolaan kelas dibawah ini akan
diuraikan bebrapa pengertian pengelolaan kelas. Diantaranya Johana Kasm
Lemlech (Suryadi, 2003: 11)
mengatakan bahwa : ‘ Classroom Mangement is the orchtration of classroom
life: planing kurikulum, organizing procedure and resources, arranging the
environment to maximize effeciencey monitoring student progress, anticipatting
potential problem’.
Menurut pengertian diatas, yang dimaksud dengan
peneglolaaan kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas
dimulai dari perencanaan kurikulum, penataan prosedur dan sumber belajar,
pengaturan lingkungan untuk memaksimumkan efisiensi, memantau kemajuan peserta
didik dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul.
Sudirman (1991;
310 ) memberikan pengertian sebagai berikut :“ Pengelolaan Kelas adalah
keterampilan bertindak seorang guru yang berdasarkan atas sifat-sifat kelas
dengan tujuan menciptakan situasi belajar nebgajar yang baik“.
Hamalik ( 1980: 15 ) memeberikan penjelasan tentang
pengelolaan Kelas sebagai berikut:
Pengelolaan Kelas adalah kemampuan guru dalam
mengadakan, mengatur kelompok siswa untuk melakukan kegiatan atau tugas-tugas
untuk mencapai tujuan yang berupa: (1) membuat perencanaan;(2)
mengorganisasikan kelas; (3) mengarahkan kelas; (4) melakukan supervisi dan
pengawasan; (5) melakukan penilaian. Kegiatan-kegiatan ini dimaksudkan agar
guru menyediakan fasilitas-fasilitas bagi berbagai macam kegiatan belajar siswa
dalam lingkungan sosial- emosional dan intelektual di dalam kelas. Fasilitas
yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar denganbekerja, terciptanya
suasana/disiplin kelas yang baik, perkembangan intelektual, emosional dan sikap
serta apresiasi para siswa itu sendiri”.
Begitu juga pendapat Arikunto yang diungkap ulang
oleh Fathurrohman ( 2001: 106 ) bahwa : Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu
menciptakan kondisi belajar yang optimal dengan bersirikan bahwa setiap anak
yang belajar harus aktif dan melakukan pekerjaan tidak membuang waktu serta
dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat sesuai dengan tugas yang
diberikan.
Lebih singkat Darmawan (1997: 15) mengatakan bahwa: Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur
kegiatan proses belajar mengajar secara sistemi. Usaha sadar ini mengarah pada
penyiapan bahan belajar, sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga proses
belajar mengajar berjalan dengan baik dan lancar.
Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan
bahwa pengertian pengelolaan kelas adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru
dalam menciptakan situasi kelas yang kondusif guna menunjang terhadap jalannya
proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien yang dimulai dari
penyusunan perencanaan pengajaran, penyiapan bahan pelajaran, penyiapan sarana
dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, pengaturan disiplin kelas dan pelaksanaan
evaluasi dari proses pengajaran itu sendiri.
Sedangkan Tujuan pengelolaan kelas menurut Undang (1996:
48 ) adalah :
Tujuan pengelolaan kelas yaitu : (1) menciptakan
kondisi kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik; (2)
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan berbagai fasilitas belajar
dengan seoptimal mungkin; (3) mewujudkan interaksi belajar mengajar yang
harmonis; (4) membantu siswa ( individu dan kelompok ) dalam mencapai tujuan
belajar “.
Sudirman
( 1991: 311 ) memberikan batasan tujuan pengelolaan kelas, yaitu : “
Pengelolaan Kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas
yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai
dengan kemampuan “.
Nice gan,Kunjungi juga blog ane yaa gan !! http://dou-ble.blogspot.co.id/
BalasHapusSumber rujukan?
BalasHapus